SESUDAH Nong Chan, Nong Samet. Kamp pengungsi KPNLF (Front Pembebasan Nasional Rakyat Khmer), yang disebut terakhir ini, jatuh ke tangan Vietnam, pekan lampau. Didahului gempuran roket, 1.000 tentara Vietnam melancarkan serangan musim panas ke-6 tanpa mendapat perlawanan berarti. Empat tank T-54 buatan Soviet membereskan pertahanan benteng bambu dalam waktu singkat. Sekitar 63.000 pengungsi Kamboja menyelamatkan diri ke wilayah Muangthai. Operasi militer Vietnam yang kasar, liar, dan kejam - menurut deplu Muangthai - tiga hari kemudian diteruskan ke basis KPNLF terbesar di Ampil. Puluhan roket dan bom dihunjamkan ke sasaran itu, hingga Ampil tak ubahnya kota hantu. Gerilyawan dan penduduk sipil Kamboja, yang bertahan di parit-parit perlmdungan, siap lari menyusul rekan mereka. Ampil merupakan satu-satunya kamp dari enam basis KPNLF yang masih bertahan, sejak Vietnam merebut Nong Chan. Menurut petugas UNBRO (Operasi Bala Bantuan Perbatasan PBB), serangan Vietnam kali ini dinilai paling sengit. Tapi, seperti halnya di Nong Chan, tentara Vietnam itu akan segera mundur sembari menebar ranjau. Tampaknya Vietnam memang sengaja meratakan basis KPNLF dengan maksud menggunting pertahanan Khmer Merah. Yang disebut terakhir adalah unsur terkuat dalam koalisi Republik Demokratik Kamboja dan yang secara teratur menerima bantuan senjata dari RRC. Adapun KPNLF, yang dipimpin Son Sann, tidaklah sekuat Khmer Merah, dan cenderung menjalin kerja sama dengan kelompok Sihanouk. Seorang pengamat berpendapat, serangan Vietnam itu dimaksudkan untuk membuktikan kekuatan militernya - satu hal, yang belakangan ini agak diragukan. Mengapa? Soalnya, pihak Khmer Merah mengaku telah berhasil menghajar empat batalyon pasukan Vietnam di Koh Kong, kawasan barat Kamboja. Dalam bentrokan itu 377 tentara Vietnam tewas, sedangkan korban yang jatuh di pihak Khmer Merah tidak diketahui.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini