Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Ganja Dari RRC

Puluhan karung berisi biji ganja ditemukan polisi dari kapal New United bermuatan bungkil kedelai yang diimpor bulog. Para pelaku masih dalam pelacakan. (krim)

5 Januari 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK pelak lagi, kalau benar barang itu biji ganja adanya, ini merupakan penyelundupan ganja terbesar yang pernah terjadi di negeri ini. Sebanyak 85 karung biji ganja @ 70 kg, ditemukan petugas Polres Jakarta Utara. Beratnya yang pasti belum diketahui, karena sebagian besar tercampur dengan bungkil kedelai. "Yang jelas, beratnya lebih dari satu ton," kata sumber TEMPO. Biji ganja tadi, yang diangkut kapal New United berbendera Panama dari pelabuhan Hong Kong, terselip di antara 8.000 karung lebih bungkil kedelai yang diimpor Bulo. Kapal tersebut merapat di dermaga pelabuhan Tanjung Priok pada minggu pertama Desember lalu. Begitu muatan dibongkar dan diangkut ke gudang PT Ujung Lima, Jakarta Utara, seorang petugas Satpam mencurigai beberapa karung yang isinya tercecer. Polisi dihubungi, dan ketika diteliti, ternyata karung-karung tersebut berisi biji ganja. Komandan Serse Polres Jakarta Utara, Mayor Suhartono, segera memblokir semua muatan New United. Nakoda kapal dan beberapa awaknya sempat pula dimintai keterangan. Namun, sampai pekan lalu, belum seorang pun ditangkap sehubungan dengan kasus penyelundupan itu. "Kami masih terus melakukan penyidikan," ujar Suhartono. Sebuah sumber di Polda Jakarta menyebutkan, penemuan biji ganja dalam jumlah yang sebegitu banyak merupakan kasus yang baru pertama kali ini di jumpai. "Untuk apa sebenarnya biji sebanyak itu? Sepengetahuan polisi, ganja dalam bentuk biji hanyalah untuk ditanam. Sedangkan yang biasa dipakai, dan diselundupkan, adalah daunnya," kata sumber itu. Biji ganja memang tak mudah didapat. Dari sebatang pohon, paling hanya ditemukan puluhan butir. Atau perbandingannya, seperti dikatakan Suhartono, dari hasil panenan seratus kilogram daun ganja, paling banyak bisa diperoleh satu kilo biji. Dengan kata lain, biji yang sampai lebih dari satu ton itu adalah hasil dari perkebunan ganja yang entah berapa ribu hektar luasnya. Dan hal itu, sepertinya, kurang masuk akal. Sebab itu, polisi sempat ragu, jangan-jangan yang ditemukan itu bukan biji ganja melainkan biji-bijian lain - entah apa - yang biasa dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Tapi kata sebuah sumber, berdasarkan penelitian Labkrim Mabes Polri, biji-bijian yang diangkut New United itu positif mengandung narkotik. Untuk lebih meyakinkan, Mabes Polri kini meminta bantuan Bagian Tanaman Keras Fakultas Pertanian IPB, Bogor, guna menelitinya lebih lanjut. Kelihatannya diperlukan waktu cukup lama untuk penelitian tersebut. Tapi, berpegang kepada hasil penelitian Labkrim Mabes Polri, seorang perwira polisi antinarkotik. PoldaJakarta terpaksa geleng-geleng kepala. "Kalau biji-bijian sebanyak itu disebar, jalur sepanjang Sabang sampai Merauke bisa dipenuhi tanaman narkotik itu," katanya. Maka ia menduga, mungkin sekali dari Indonesia rencananya biji ganja itu akan disebarkan ke berbagai negara. Sumber di Bulog membenarkan bahwa pihaknya mengimpor bungkil kedelai dari Hong Kong sebanyak 500 ton, untuk makanan ternak. Dalam dokumen barang, bungkil tadi disebutkan ada 8.300 karung lebih. Setelah dihitung, ternyata ada kelebihan 37 karung. Dan setelah diperiksa lebih lanjut, terdapat 85 karung yang bercampur biji dan batang ganja. "Ini aneh, mungkin ada yang mencoba menyelundupkan dengan membonceng nama Bulog," ujar Bustanil Arifin, kepala Bulog yang merangkap Menteri Koperasi itu. Ditemui Agus Basri dari TEMPO, Sabtu pekan lalu, Bustanil juga menyatakan bahwa bungkil kedelai yang diimpor Bulog itu dibeli lewat PT Watson yang berkedudukan di Hong Kong. Bulog, kata Bustanil, pokoknya menerima barang di Jakarta dengan harga US$ 175 per ton. Harga sebegitu cukup murah, karena harga di pasaran umumnya sampai US$ 200 per ton. Menurut yang didengar Bustanil, bungkil dan biji ganja yang coba diselundupkan itu kabarnya berasal dari daratan RRC. Dan di sana, "Ganja sudah seperti Ajinomoto, bumbu masak, yang biasa dicampurkan dalam makanan ternak." Namun, sewaktu PT Watson dikontak, katanya, mereka menyatakan tidak tahu-menahu tentang terselipnya biji-bijian yang mencurigakan itu. Dolog Jakarta pun, yang bertugas sebagai pelaksana dalam penerimaan dan penyimpanan bungkil yang diimpor Bulog, menyatakan tak tahu-menahu. Kadolog Jakarta, M. Sya'ban, hanya menyatakan bahwa pihaknya bukan yang bertanggung jawab. "Yang mengimpor itu 'kan Bulog - semuanya ada di tangan Bulog," katanya kepada TEMPO. Bahwa kemudian barang impor itu dititipkan di gudang PT Ujung Lima, katanya, karena semua gudang Dolog di Jakarta sudah penuh. Tapi, adalah Dolog memang yang menunjuk perusahaan Pan Asia sebagai survevor pemeriksa barang-barang yang dibawa kapal New United, saat hendak dibongkar di pelabuhan Tanjung Priok. Dari laporan petugas Pan Asia, dinyatakan bahwa keadaan barang okey, artinya sudah sesuai dengan pesanan Bulog. Tak jelas apakah petugas Pan Asia itu hanya sekadar basa-basi meneliti, sehingga kemudian melaporkan kondisi barang semuanya baik, ataukah ada unsur kesengajaan dengan tidak melaporkan apa yang dijumpainya. Pekan lalu, pihak perusahaan Pan Asia belum bisa dihubungi, untuk mendapatkan konfirmasi. Tapi PT Ujung Lima, menyatakan kepada TEMPO bahwa pihaknya jelas tak bisa dimintai pertanggungjawaban. "Kami 'kan hanya dititipi untuk menyimpan barang Bulog itu. Malahan petugas kami yang kemudian melapor ke polisi, setelah menjumpai ada beberapa ISI karung yang mencurigakan," kata seorang karyawan PT Ujung Lima. Sulit memang menentukan, pihak mana sebenarnya yang benar-benar bertanggung jawab terhadap masuknya barang terlarang yang disisipkan di antara bungkil kedelai itu. Apalagi mencari tahu, siapa kira-kira yang punya kerja dan mengatur penyelundupan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus