PUCUK pimpinan tertinggi Uni Soviet tetap belum terbuka untuk tokoh-tokoh muda. Ini, antara lain, terbukti dengan penunjukan Marsekal Sergei Sokolov, 73, sebagai menteri pertahanan, menggantikan Mendiang Marsekal Dmitri Ustinov, yang meninggal akhir Desember. Dengan pengangkatan itu, Sokolov adalah pejabat tertua untuk pos penting tersebut. Dia tergolong prajurit tempo dulu yang pandangannya banyak ditentukan oleh Perang Dunia II. Karier militernya memang tidak meragukan, tapi ia bukanlah seorang anggota Politbiro, dan tidak pula pernah menonjol seperti Ogarkov, bekas Kepala Staf Angkatan Bersenjata yang kini menjadi komandan wilayah Barat. Memasuki dinas tentara pada 1932, Sokolov, dalam PD II, memimpin pasukan tank. Prestasinya di medan perang, juga di gelanggang diplomasi, kurang tersebar luas. Baru belakangan ini Sokolov dikenal sebagai arsitek penyerbuan Soviet ke Afghanistan. Di samping itu, selama 17 tahun menjabat deputi pertama menhan, baru dua bulan terakhir ia sering mewakili Ustmov. Dalam waktu singkat, sekitar 24 jam sesudah meninggalnya Ustinov, Sokolov ditunjuk sebagai menhan. Seleksi tampaknya berlangsung cepat dan mudah - ini agak bertentangan dengan tradisi pemilihan ketat yang berlaku untuk pos menhan, menlu, dan direktur KGB. Maka, diplomat Barat di Moskow mulai asyik dengan berbagai tafsir. Pertama-tama, Sokolov terpilih karena dia dianggap cukup "aman dan terpercaya". Dia memang bukan tipe teknokrat sehebat Ustinov, tapi untuk masa transisi, Sokolov, dengan masa dinas 50 tahun, masih dapat di andalkan. Setidaknya, dia mengenal seluk-beluk administrasi militer, kendati diragukan kebolehannya dalam bidang modernisasi Angkatan Bersenjata. Dusko Doder, wartawan Washington Post di Moskow, mencatat kemungkinan lain. Katanya, Kremlin belum siap untuk sebuah regenerasi. Tidak jelas alasannya, tapi memang ada kecenderungan untuk menunda. Seorang pengamat malah memastikan bahwa penunjukan Sokolov adalah pertanda bahwa Presiden Konstantin Chernenko masih sibuk dengan urusan konsolidasi pucuk pimpinan tertinggi. Karena itu, tertutuplah peluang untuk Grigory Romanov, tokoh yang dijagokan analis Barat. Mereka rupanya tidak melihat bahwa penunjukan Sokolov bisa dianggap paling tepat, tak lain, karena dia bisa cocok dengan kelompok militer profesional tanpa mesti membahayakan posisi tokoh partai di kalangan Angkatan Bersenjata. Kaitannya memang agak rumit, tapi sekali lagi membuktikan adanya peran dan pengaruh militer dalam pengambilan keputusan politik di Kremlin. Karena itu, bisa dimaklumi jika Sokolov tiba-tiba saja memperingatkan AS dan NATO agar tidak meningkatkan ketegangan dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini