Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jendela lain buat cina

13 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HANYA sekitar 65 km di barat daya Hong Kong, di bibir pantai barat Provinsi Guangdong, RRC, sejarah seakan-akan tertegun di Kota Makao. "Di sini masa lampau selalu hadir," ujar seorang agen kantor perjalanan. Inilah pemukiman tertua yang didirikan orang Eropa di Timur Jauh. Luasnya, berikut Pulau Taipa dan Pulau Coloane, tak lebih dari 15,5 km persegi. Makao seperti tidak terpengaruh oleh kegelisahan Hong Kong. Gubernur Vasco de Almeida e Costa, yang memerintah kota dengan perjudian 24 jam ini, tak begitu merisaukan para penguasa Cina. "Kami bisa berunding dengan mereka, atau meninggalkan daerah ini," katanya tenang. Riwayat Makao memang lain dari Hong Kong. Ia tidak direbut Portugis melalui perjanjian yang tidak adil, juga tidak melalui perang. Ia seolah-olah diserahkan begitu saja -- tanpa syarat. Syahdan pada abad XVI, perairan Laut Cina Selatan sudah menadi medan operasi para perompak. Dengan bahtera-bahteranya yang besar, para saudagar Portugis memasuki perairan ini, 1516. Bersama mereka turut kapal-kapal perang Angkatan Laut Portugal, yang ditugaskan melindungi armada niaga itu dari gangguan lanun. Mereka lalu mendirikan pos pertama, di Makao, dan menghalau para perompak. Merasa bersyukur oleh perlindungan itu. Kekaisaran Cina menyerahkan wilayah ini kepada Portugal, 1557. Ia segera menjadi pusat lalu lintas perdagangan antara Cina, Jepang, dan beberapa negeri Timur. Pada 1845, Makao dinyatakan pelabuhan bebas. Sebuah perjanjian persahabatan dan perdagangan yang ditandatangani Cina dan Portugal, 1 Desember 1887, menyebutkan Makao berada di bawah kekuasaan Portugal. Sebaliknya, Portugal berjanji tidak akan menentukan nasib Makao tanpa persetujuan Cina. Selama Perang Dunia II, Makao dinyatakan wilayah netral. Di sekitar masa itu pula, konon, Makao menjadi pusat perdagangan sen1ata yang mengalir ke utara, ke tangan pasukan komunis yang sedang menghalau Jepang dan Chiang Kai Shek. Pada 1951, Makao dinyatakan sebagai provinsi luar negeri Portugal. Revolusi Kebudayaan di Cina, 1966-1967 memang sempat mengguncang Makao dan mengejutkan penguasa Portugis. Tetapi tak lama kemudian, keadaan tenang kembali. Setelah perubahan politik di Portugal, 1974, Makao dinyatakan sebagai wilayah Cina, yang berada di bawah administrasi Portugal. Di kawasan dengan penduduk hampir 400 ribu orang ini, hidup berjalan lamban. Apalagi bila dibandingkan dengan Hong Kong yang senantiasa berpacu dengan waktu. Banyak jalan beralaskan batu merah -- gaya Eropa. Arsitekturnya tidak hanya menunjukkan selera Portugis dan Cina. Tapi juga Belanda, Spanyol, bahkan Jepang. Dan pemerintah mewajibkan penduduk mengecat rumahnya tiap dua tahun. Di masa lampau, Makao pernah menjadi pusat perdagangan emas di Timur Jauh. Setelah 1974, peranan itu diambil alih Hong Kong. Hanya bisnis perjudian yang tak bergeser. Begitu juga bisnis hiburan malam yang terserak di seantero kota. Makao pernah memiliki rumah pelacuran yang terbesar di dunia. Tetapi kota ini tidak hanya bernapas dari usaha hura-hura. Penangkapan ikan, perdagangan umum, dan industrinya cukup berarti. Sumber alamnya memang sangat terbatas. Karena itu Makao memanfaatkan pelabuhan bebasnya. Belakangan, penangkapan ikan juga mundur, karena RRC membatasi gerak nelayan Makao di perairan mereka. Sebaliknya, Makao hanya setingkat di bawah Hong Kong dalam menampung barang buatan RRC. Industri berkembang sejak 1950-an. Kini, produksi tekstil Makao memasukkan 80% pendapatan ekspor negeri ini. Belakangan, Makao juga terkenal sebagai pembuat kembang api. Produksinya mencapai Benua Amerika. Selain itu Makao juga membuat arak, dupa, dan hio. Di samping jaringan perbankan yang rapi, Makao memajukan usaha perumahan yang makin berkembang. Perusahaan Trafalgar Housing, misalnya, membangun 10 ribu flat di Pulau Taipan, sejak 1981. Seperempat dari jumlah flat itu disediakan bagi orang Hong Kong. Makao juga mendirikan Sociedade De Construcoes E Fomento Predial Macao/ Zhulai Limitada, perusahaan patungan dengan RRC di bidang perumahan. Sejak isu peralihan kekuasaan beredar di Hong Kong, sudah puluhan pengusaha bank dari koloni Inggris itu mengajukan permohonan berusaha di Makao. Gubernur Makao, yang berpangkat laksamana itu, memang mengharapkan modal Hong Kong mengalir ke Makao, terutama dalam periode keresahan ini. Bagaimana kalau kemudian Cina juga mencaplok Makao? "Makao bu koloni," sahut Vasco de Almeida e Costa. Gubernur ini memang akrab dengan para penguasa daratan. "Saya berunding dengan wakil-wakil mereka kapan saja keadaan membutuhkan," katanya. Tetapi di mata para pengamat, ada sisi lain Makao yang bisa dimanfaatkan Cina. Setelah Hong Kong diambil alih, misalnya, hanya bekas provinsi Portugal inilah yang bisa diharapkan Cina menjadi jendela ke dunia luar -- bila nanti pintu perdagangannya dengan Barat tertutup sama sekali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus