Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jenderal lulusan sd

Wawancara dengan abdul rashid dostum tentang penggulingan najibullah, pejuang mujahidin, hekmatyar, pemerintahan baru afghanistan.

23 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA banyak wartawan sudah meninggalkan Kabul, Sabtu dua pekan lalu, sebuah pengumuman tertulis di lobi Hotel Continental, tempat menginap para wartawan asing. Bunyinya, "Jenderal Dostum mengundang para wartawan untuk suatu pertemuan di markasnya di Mazar-i-Sharif besok hari Minggu. Pesawat berangkat pukul 08.00 dari Bandara Kabul dan kembali sore hari." Esok harinya, wartawan TEMPO, Yuli Ismartono, bersama beberapa wartawan naik pesawat angkut militer Antonov An-32. Selain para wartawan, pesawat buatan Uni Soviet itu juga membawa pasukan milisi Dostum yang baru menjalani cuti atau sakit. Di belakang pesawat teronggok dua peti mayat. Pesawat tanpa izin resmi dari pemerintah sementara Afghanistan itu berangkat tanpa pengawal. Hanya ada dua orang penerjemah. "Anda tak perlu izin karena Kabul sekarang milik Dostum," kata Najib, salah seorang pegawai negeri rezim lama, salah seorang penerjemah itu. Dari pesawat, kawasan utara utara Afghanistan yang dikuasai pasukan milisi Uzbek merupakan pegunungan yang indah. Termasuk Pegunungan Hindu Kush yang puncaknya dihiasi salju. "Kawasan ini dijuluki Swiss di Asia," tutur Najib. Berkat pasukan Dostum yang memihak rezim lama pada masa perang, daerah subur yang membentang di kawasan utara ini hampir tak rusak oleh bom atau mortir, tak sebagaimana kawasan selatan yang dikuasai oleh pejuang mujahidin. Kekuatan ekonomi di provinsi yang berbatasan dengan republik Asia Tengah inilah yang menunjang sumber dana bagi 30 ribu pasukan milisi Uzbek. Sejumlah truk pengangkut yang melewati daerah kekuasaan Dostum dikenai pajak. Selain itu, ada dugaan Dostum menjaring dana dari industri opium di kawasan Sabit Mas, yakni kawasan Pakistan, Afghanistan, dan Tajikistan. Pendek kata, jika Jenderal Abdul Rasyid Dostum terpaksa berpisah dengan pemerintahan Kabul, ia dan provinsi utara lainnya tak akan menderita. Bahkan, pada masa lalu Dostum bisa mengirim sisa dana pendapatannya ke Kabul. Begitu tiba di Mazar-i-Sharif, sebuah pesawat helikopter MI-8 buatan Rusia, telah menunggu para wartawan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke markas besar Jenderal Dostum di Qala-i-Janghi. Kubunya yang mirip benteng zaman kaisar masa lalu, menyebabkan Dostum disebut sebagai Jenghis Khan. Setiap sudut benteng dilengkapi menara pengintai lengkap dengan peluncur roket dan senapan mesin dijaga lima tank. Dengan santai, Jenderal Abdul Rashid Dostum, yang berperawakan tinggi besar, tapi bertutur kata halus, itu muncul disertai Jenderal Abdul Momen, salah seorang tangan kanannya, bekas perwira Presiden Najibullah. Berseragam loreng tanpa tanda pangkat dan tanpa senjata, Dostum tak tampak sebagai seorang jenderal. Saya terpaksa berhenti sekolah untuk membantu orangtua," kata Jenderal yang hanya lulusan SD ini membuka percakapan. Berikut, petikan wawancaranya dengan salah seorang tokoh kunci perdamaian di Afghanistan kini itu. Kapan Anda mulai melawan Najibullah? Sekitar enam tahun lalu. Kami berniat menggulingkan Najibullah karena ia tak memedulikan kepentingan suku minoritas. Dalam tubuh militer hanya tiga jenderal yang dipercayainya, semua saudaranya sendiri. Kemudian, kami bergabung dengan pejuang mujahidin pimpinan Jenderal Massoud sehingga kami berhasil merebut Balkh tanpa banyak korban. Setelah itu barulah kami bersama-sama merebut Kabul. Pasukan bersama inilah yang melindungi penduduk Kabul dari serangan Hekmatyar. Lalu mengapa Anda baru bergabung dengan mujahidin tiga tahun lalu? Selama perang 14 tahun ini, saya tak pernah menyerang mujahidin di bagian utara. Bila baru tiga tahun lalu kami bergabung dengan mujahidin, karena menunggu pasukan kami menjadi kuat. Jika saya bergabung dengan kelompok mujahidin sebelum tentara kami kuat, lalu bersembunyi di gunung, tak mungkin kami berhasil menumbangkan Kabul. Kedudukan apa yang Anda inginkan dalam pemerintahan baru nanti? Saya seorang komandan militer. Tujuan utama kami hanya menggulingkan rezim Najibullah. Nasib saya kini di tangan para pemimpin di Kabul. Apa pun yang mereka putuskan nanti, akan saya terima, meskipun Hekmatyar menuduh saya punya ambisi dan menjadi sebab penyebab perpecahan di Afghanistan. Konon, Mojadidi melakukan perundingan diamdiam dengan Hekmatyar. Kami berada di Kabul atas permintaan rakyat Kabul. Mengapa ia menuntut kami keluar? Tiga belas tahun lamanya pasukan kami melindungi rakyat dari serangan Hekmatyar. Mereka menyadari bahwa pasukan Hekmatyar tak menghendaki damai. Ia ingin berperang terus. Hekmatyar tidak menginginkan orang lain berkuasa di Kabul, kecuali dirinya sendiri. Penarikan pasukan kami dari Kabul harus diputuskan Jenderal Massoud, karena ia yang meminta kami masuk Kabul. Kami akan tunduk pada kehendak rakyat. Seandainya terbentuk tentara nasional, menurut Anda, yang ideal seperti apa? Saya serahkan kepada komandan Massoud. Kami akan melaksanakan keputusannya, asal disetujui Dewan Mujahidin. Kami hanya minta, angkatan bersenjata itu terdiri dari semua suku. Sebab, hal itulah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah di negeri ini. Pasukan Anda dituduh melakukan berbagai macam kejahatan dan tindakan brutal. Itu kan propaganda pihak Hekmatyar. Mengapa tak ada yang membicarakan kejahatan dan kebrutalan mereka, terutama di Provinsi Logar? Apakah Anda puas dengan pemerintahan di Kabul kini? Jalan paling baik untuk menyelesaikan masalah terbesar di Afghanistan adalah partisipasi suku minoritas dalam pemerintahan. Bentuk pemerintahan yang tepat adalah suatu negara federal. Saya tak keberatan jika Hekmatyar dan partai Hezb-i-Islami turut serta dalam pemerintahan ini. Seandainya bentuk federal tak disetujui semua pihak, apa tindakan Anda? Sejak lama saya dituduh ingin memecah belah Afghanistan. Itu tidak akan terjadi. Kami cuma menginginkan hak sama diberikan kepada semua suku bangsa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus