FRONT Islam Penyelamat sudah dilarang, tapi masalah yang ditimbulkannya belum juga habis. Partai yang disebut-sebut sebagai partai fundamentalis Islam di Aljazair itu, konon, aktivisnya masih melakukan gerakan untuk mencoba bangkit. Sabtu pekan lalu, kantor berita Reuters memberitakan Abu Zeid, yang dikenal sebagai aktivis partai terlarang itu, terpaksa ditembak mati setelah menolak menyerahkan diri meski sudah dikepung pasukan komando kepolisian. Ia dituduh sebagai salah satu pelaku pembunuhan terhadap 50 polisi sejak Front Islam Penyelamat (FIS, Front Islamique du Salut) dilarang pada Februari lalu. Enam belas pelaku yang sudah tertangkap dua pekan lalu dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan. Dan direncanakan akhir Juni nanti delapan pemimpin utama FIS yang kini ditahan, termasuk Abbasi Madani yang moderat dan Ali Belhadj yang radikal, akan diajukan ke pengadilan. Bagaimana sebenarnya keadaan Aljazair setelah FIS dilarang? Berikut wawancara tim wartawan TEMPO dengan Menteri Luar Negeri Lakhdar Brahimi, menlu Aljazair yang singgah di Jakarta dalam perjalanan menghadiri Konperensi Tingkat Menteri Nonblok di Denpasar pekan lalu. Ini bukan kunjungan pertamanya ke Indonesia. Ia pertama kali ke Indonesia ketika menghadiri Konperensi Mahasiswa Asia-Afrika, tahun 1955. Kemudian Lakhdar Brahimi tinggal di Indonesia sampai 1962, mewakili bangsanya yang sedang berjuang menentang kolonialisme Prancis. Lakhdar Brahimi, 59 tahun kini, yang masih bisa berbahasa Indonesia, menerima TEMPO di Kedutaan Besar Aljazair, didampingi Duta Besar Abdelhak Bererhi, Selasa pekan lalu. Berikut beberapa cuplikan dari wawancara tersebut. Tentang hukuman mati bagi aktivis FIS. Sampai sekarang belum ada yang dieksekusi walaupun sudah ada yang divonis hukuman mati. Tapi sebenarnya yang dihukum mati bukan karena mereka berpolitik, tapi karena mereka menyerang pos tentara di perbatasan dan membunuh beberapa orang. Tentang penundaan pengadilan pemimpin FIS Ali Belhadj dan Abbasi Madani. Itu hanya persoalan hukum, mungkin pengacara mereka yang minta agar sidang ditunda, atau soal teknis lainnya. Tapi direncanakan pengadilan terhadap keduanya akan dilaksanakan pada 25 Juni nanti. Tentang sikap keras pemerintah Aljier terhadap FIS dan gerakan Islam lainnya. Tidak ada partai Islam lainnya di Aljazair selain FIS. Tentu saja setiap orang bisa saja mengumumkan adanya gerakan Islam, tapi tidak ada yang menjadi partai. Di Aljazair sudah ada enam partai dan itu sudah cukup. Tentang pembubaran FIS. Pertanyaan itu mestinya Anda ajukan enam bulan yang lalu. FIS bukan dibubarkan oleh pemerintah tapi oleh pengadilan. Ada undang-undang tentang partai yang mengatur fungsi dan peran partai politik dan semua harus mengikuti aturan. Pemerintah mengajukan keberatan kepada pengadilan karena FIS tidak menaati undang-undang. Oleh pengadilan tuduhan pemerintah terbukti benar. Undang-undang itu antara lain mengatakan bahwa semua organisasi politik mesti menghormati hukum, menjaga ketertiban, dan tak melakukan tindak kekerasan. Tentang pemilu yang hampir saja dimenangkan oleh FIS yang fundamentalis. Banyak pendapat tentang itu, tapi yang saya katakan ini bukan pendapat, melainkan fakta. Faktanya adalah kami melakukan pemilihan putaran pertama, dan setelah presiden mengundurkan diri proses pemilihan harus dihentikan. Kami akan kembali penuh ke konstitusi secepatnya. Tentang sebutan sebagai fundamentalis? Sebagian anggota FIS memang menyebut dirinya sendiri sebagai fundamentalis, dan bangga dengan julukan itu. Tapi yang lainnya tidak. Begitu juga dengan para pemimpin mereka. Ali Belhadj, misalnya, ia bangga menjadi fundamentalis, ekstremis, antidemokrasi, antiBarat, dan antimodernisasi. Tapi Abassi Madani tidak. Ia lebih demokrat. Tentang popularitas FIS di kalangan rakyat. FIS cukup populer. Seperti negara Dunia Ketiga yang lain, Aljazair ada dalam masa transisi. Kami hidup secara tradisional, juga modern. Kami hidup dalam subsistem kebangsaan Arab. Sekarang orang diajarkan bahwa sosialisme itu salah. Keadaan itu membuat kita menentang apa yang ada, seolah-olah semua yang baru itu lebih baik daripada yang sudah ada. Dan dalam keadaan seperti itu FIS sangat pintar mengekspresikan ketidaksetujuan pada pemerintah. Itulah yang terjadi. Tentang sikap rakyat kepada pemerintah. Mereka tak puas terhadap pemerintah. Itulah sebabnya mereka mendengarkan siapa saja yang menyatakan situasi tidak baik. FIS sangat pintar dalam mengkritik pemerintah untuk mendapat dukungan dari rakyat. Mereka pandai mengkritik tapi tak punya konsep. Ini cukup menyulitkan. Kami menghadapi persoalan ekonomi yang serius dan juga masalah perubahan politik dari partai tunggal ke sistem multipartai. Ekonomi Aljazair sedang dalam masa transisi dari sistem sosialis ke ekonomi campuran antara sektor publik dan ekonomi pasar, bukan sistem kapitalistis. Sistem politik juga sedang beralih dari sistem partai tunggal ke multipartai. Maka, kekacauan pasti terjadi. Jadi, kekacauan yang sekarang bukan semata karena FIS dibubarkan. Berapa lama Dewan Tinggi Negara, yang menjalankan pemerintahan Aljazair sekarang, akan bertahan? Dua tahun, sampai akhir tahun 1993, ketika pemilihan berikutnya diadakan. Kemungkinan adanya partai lain dalam pemilu tahun 1993 itu. Salah satu persoalan yang kami hadapi sejak tahun 1988 adalah sikap tak konsisten pemerintah. Sebagai contoh, ada undang-undang yang melarang partai berasaskan agama, tapi ada FIS. Jadi, sekarang ini kami harus mengganti undang-undang yang isinya membolehkan partai berasaskan Islam, atau kalau undang-undang itu akan dipertahankan maka partai berasaskan agama harus dilarang. Kami banyak berdiskusi tentang itu. Apa benar rakyat Aljazair memang memerlukan satu partai Islam. Lalu ada hal mendasar yang salah dalam undang-undang pemilu kami. Dalam pemilihan putaran pertama FIS memenangkan 3 juta suara dan mendapat 187 kursi, Front Nasional Liberal mendapat 1.700.000 suara dengan 16 kursi, dan FFS mendapat 500.000 suara tapi dengan 25 kursi. Perbandingan antara perolehan suara dan jumlah kursi itu jelas mencerminkan kesalahan mendasar dalam undang-undangnya. Untuk pemilihan berikutnya kami harus menggunakan undang-undang lain. Tentang kemungkinan fundamentalisme makin berkembang di Aljazair. Susah untuk menjelaskannya tetapi mereka telah mencapai titik tertinggi. Pada umumnya pendukungnya adalah silent majority yang kecewa terhadap pemerintah, dan kenyataannya FIS memang memperoleh simpati dari mereka. Yang tidak memilih FIS mereka sebut sebagai jahanam. Tapi mereka sudah melewati titik puncak, dan mereka yang dulu memilihnya tidak akan memilihnya lagi. Selain yang disebut silent majority, ada juga yang memang militan dan hanya menentang sistem yang sudah ada ada. Jumlah yang terakhir ini paling-paling 20-25% dari seluruh pendukung FIS. Sekarang pendukung FIS makin menurun. Dalam pemilihan tingkat pemerintah daerah pada Juni 1990 dan pada pemilihan putaran pertama, Desember 1991, FIS kehilangan satu juta suara: dari 4 juta pada 1990 menjadi hanya 3 juta pada 1991. Kalau pemerintah tidak melakukan kesalahan yang sangat bodoh, saya kira FIS tidak akan berkembang lagi. Tentang kemungkinan terjadinya kudeta militer kalau keadaan makin kacau. Militer sangat penting dalam pemerintahan Aljazair tapi mereka tak ingin mengambil alih kekuasaan. Mereka hanya menginginkan sistem yang stabil dan kemudian kembali ke baraknya. Saat ini kemungkinan adanya kekacauan tidak sesederhana seperti yang dipikirkan orang. Bagaimana dengan pengaruh Iran terhadap masyarakat Aljazair? Ada, tapi tak besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini