Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Seoul – Pemerintah Jepang bereaksi mengenai sebuah patung di Korea Selatan, yang menunjukkan Perdana Menteri Abe Shinzo seakan berlutut dan membungkuk ke arah seorang comfort women.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini adalah eufemisme untuk merujuk kepada perempuan yang dipaksa bekerja sebagai pelacur di tempat pelacuran milik tentara Jepang pada Perang Dunia II.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Kabinet Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan jika patung yang disebut berada di sebuah taman botani di pedesaan itu memang ada maka itu akan menjadi pelanggaran protokol internasional yang tidak termaafkan.
“Jika berita soal ini benar maka bakal ada dampak kuat terhadap hubungan Jepang dan Korea,” kata Suga dalam jumpa pers pada pada Selasa, 28 Juli 2020, seperti dilansir Reuters.
Isu comfort women ini menjadi ganjalan bagi hubungan Jepang dan Korea Selatan pasca PD II. Sejumlah kalangan masih mempertanyakan apakah para comfort women telah mendapatkan kompensasi layak dan permintaan maaf dari pemerintah Jepang.
Pemerintah Jepang menganggap isu ini sebagai telah selesai dan final lewat kesepakatan 2015 antara Abe dan Presiden Korea Selatan waktu itu, Park Geun-hye.
Saat itu, Abe mengucapkan permintaan maaf dan berjanji akan memberikan dana bantuan untuk para korban yang masih hidup.
Namun, pemerintahan Korea Selatan saat ini yang dipimpin Presiden Moon Jae-in menyatakan kesepakatan itu cacat dan membatalkannya.
Media Korea Selatan melaporkan patung itu dipesan oleh pengelola sebuah taman botani swasta di daerah Pyeongchang.
Patung itu menyerupai Abe Shinzon yang berlutut dan membungkuk kepada seorang figur gadis muda yang sedang duduk. Patung gadis seperti ini pernah diletakkan di depan Kedubes Jepang di Seoul dan lokasi lain untuk menghormati comfort women.