Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keep us strong. Help WikiLeaks keep governments open.” Demikian kata-kata yang ditulis begitu besar di situs yang membuat geram banyak pemimpin negara, WikiLeaks, setelah situs itu menyebarkan ratusan ribu dokumen rahasia berbagai negara, termasuk kawat diplomasi Washington.
WikiLeaks memang harus kuat kalau ingin terus membagi kabar rahasia dari balik ruangan-ruangan penting. Genderang perang telah ditabuh. Beragam upaya menyingkirkan situs yang menggegerkan dunia ini telah digelar satu demi satu.
”WikiLeaks masih beroperasi. Kami terus berada pada jalur yang sama seperti sebelumnya,” juru bicara WikiLeaks, Kristinn Hrafnsson, berjanji, pekan lalu.
WikiLeaks telah membuat gerah para petinggi dunia, terutama Washington. Data rahasia mereka sedikit demi sedikit diumbar ke publik. Akhir Oktober lalu, misalnya, WikiLeaks membuka 400 ribu catatan rahasia militer Amerika tentang operasinya di Irak. Kemudian menyusul 90 ribu catatan militer mengenai strategi di Afganistan.
April lalu, situs ini membuka video yang memperlihatkan helikopter Apache milik Amerika menewaskan setidaknya 12 orang, termasuk dua wartawan Reuters, saat penyerangan di Bagdad tiga tahun silam. Terakhir dan yang seolah menjadi peluru pembuka pertempuran, 28 November lalu, WikiLeaks membuka 250 ribu dokumen kawat diplomatik dari Washington.
Tak aneh bila Washington bak kebakaran jenggot. Menteri Luar Negeri Hillary Clinton langsung mengundang para wartawan asing, untuk berjaga-jaga agar—kalau semua dokumen dibuka—hubungan dengan mitra asingnya tak memburuk. Bahkan bekas kandidat wakil presiden Sarah Palin menyerukan pemburuan Julian Assange laiknya pemburuan orang-orang Al-Qaidah atau pemimpin Taliban.
Petinggi negara-negara lain yang dokumennya dibocorkan ke publik juga buka suara meski tak sekeras Washington. Hantaman yang bertubi-tubi mulai menerpa WikiLeaks.
Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, mulai merasakan kuatnya ancaman terhadap keselamatannya. Pria 39 tahun ini digambarkan kerap berganti nomor telepon seluler seperti berganti baju. Selama di Inggris, dia menjauhkan diri dari publik. Ia tinggal di Frontline Club, sebuah klub yang selalu dipenuhi wartawan yang berbagi kisah peliputan perang mereka. Apalagi ketika Swedia menguatkan perintah penahanan terhadapnya karena dugaan pemerkosaan yang dia lakukan pada Agustus lalu. Bahkan nama warga Australia ini masuk red notice Interpol.
Ketika Assange sedang sibuk dengan urusan hukumnya dengan Swedia, satu per satu pukulan menghantam WikiLeaks. Pada hari yang sama dengan saat WikiLeaks membuka dokumen diplomatik Amerika, 28 November, situsnya mulai kena serangan ”DDOS”.
Beberapa hari kemudian, Senator Joe Lieberman mulai bergerak. ”Saya minta semua perusahaan atau organisasi yang menyediakan hosting bagi WikiLeaks segera menghentikan kerja samanya,” katanya.
Tableau Software mengangguk patuh kepada Lieberman. Perusahaan yang menawarkan peranti lunak gratis untuk visualisasi data ini menghilangkan grafis informasi kawat diplomatik.
Amazon.com menyusul meskipun tidak mengaku mendapat tekanan dari siapa pun. Alasan yang dikemukakan, isi WikiLeaks bisa menyakiti orang, dan mereka khawatir akan mendapat serangan. Sehari kemudian, EveryDNS.com berhenti melayani WikiLeaks.
Serangan tak hanya di bidang teknologi. Keuangan WikiLeaks pun kena imbas. PayPal menghentikan layanannya ke WikiLeaks. Sumbangan pun kesulitan mencapai laci situs yang didirikan empat tahun silam ini. Apalagi MasterCard dan Visa, yang biasanya menjadi jalan bagi para donatur, juga menutup layanan bagi situs yang dipimpin Assange ini.
Bahkan duit yang di tangan pun tak bisa disentuh. PostFinance di Swiss membekukan rekening Assange yang berisi 31 ribu euro. Alasannya, Assange memberikan informasi yang tak benar tentang kediamannya saat pembukaan rekening.
Puncaknya, Selasa pekan lalu, Julian Assange ditahan di London atas permintaan Swedia, dan kini sedang berjuang agar tidak diekstradisi. Meski demikian, WikiLeaks tak surut langkah. ”Semua perkembangan soal Julian Assange tidak akan mengubah rencana kami mengeluarkan semuanya di hari ini dan di hari-hari berikutnya,” kata Kristinn Hrafnsson.
Kelompok yang memiliki lima pegawai penuh waktu dan sekitar 800 relawan yang semuanya tak dibayar ini akan terus bekerja agar ratusan ribu dokumen rahasia negara yang sudah diniatkan disebarluaskan tetap sampai ke publik. Menurut Hrafnsson, WikiLeaks dijalankan oleh para relawan dari London dan kota-kota lain.
Belum lagi, para pendukung pun tak berdiam diri. Kelompok aktivis Internet atau hacktivist Anonymous mulai menyerang lawan. Di bawah bendera ”Operation Payback”, mereka menyerbu situs lembaga-lembaga—Visa, MasterCard, PayPal, dan Amazon—yang memperlakukan WikiLeaks seperti bau tak sedap yang harus dijauhi. Situs Sarah Palin juga kena serangan. Bahkan situs jaksa Swedia yang menangani kasus Assange sempat diganggu.
Perusahaan Islandia yang membantu masalah keuangan, DataCell, menyatakan mengajukan gugatan ke Visa. ”DataCell, yang memfasilitasi pembayaran ke WikiLeaks, memutuskan akan melakukan tindakan hukum terhadap Visa,” demikian isi pernyataan pers mereka. The Wau Holland Foundation, yang membantu WikiLeaks, juga menyatakan telah mengajukan gugatan terhadap PayPal.
Satu per satu masalah diselesaikan, tentu dengan dukungan pihak-pihak luar yang bersimpati. Sumbangan dana kini bisa disalurkan lewat Commerzbank di Jerman dan Landsbanki di Islandia, atau bisa juga lewat kotak pos di Universitas Melbourne, Australia.
Sebuah upaya yang dikenal sebagai Streisand effect dilakukan. Untuk menghindari sensor, replikasi dilakukan. Ribuan cermin WikiLeaks dibuat.
Dokumen-dokumen siap terus disebarkan. Menurut Assange, sebelum penahanannya, arsip Cable Gate telah disebar bersama material penting dari Amerika dan negara lain ke 100 ribuan orang dalam bentuk enkripsi. ”Kalau sampai terjadi sesuatu pada kami, kunci-kuncinya akan secara otomatis menyebarkannya,” katanya kepada The Guardian.
Keterangan Assange itu diyakini Joss Wright, peneliti The Oxford Internet Institute. ”Informasinya sudah di luar sana,” katanya. ”Sekali informasi ini sudah di sana, secara virtual, tidak mungkin menghentikan penyebarannya.”
James Ball, wartawan yang bekerja dengan WikiLeaks, menegaskan bahwa apa pun yang dilakukan pemerintah Amerika atau pihak lain untuk menghentikan Julian Assange, itu tak akan menghentikan WikiLeaks. ”Serangan teknis ke kami hanya akan menghasilkan lebih dari 500 cermin WikiLeaks yang dibuat di seluruh dunia,” katanya. ”Menaruh kembali jin ke botol susah sekali.”
Purwani Diyah Prabandari (The Guardian, BBC, Washington Post)
Sebagian Bocoran WikiLeaks
- Ada ketakutan bahwa teroris akan mendapatkan bahan nuklir Pakistan.
- Beberapa pemimpin Arab mendesak Amerika menyerang Iran karena isu nuklir.
- Amerika Serikat menginstruksikan agar pejabat-pejabat kunci Perserikatan Bangsa-Bangsa dimata-matai.
- Cina mengubah hubungannya dengan Korea Utara, mulai mempertimbangkan Korea bersatu di bawah Seoul.
- Yaman menyetujui serangan Amerika ke kelompok-kelompok militan di negaranya.
- Presiden Afganistan Hamid Karzai membebaskan tahanan-tahanan yang dianggap berbahaya.
- Hamid Karzai digambarkan sebagai pemimpin yang paranoid dan lemah.
- Korupsi marak di Afganistan.
- Rusia adalah ”negara mafia virtual” dengan maraknya korupsi dan penyuapan.
- Pemimpin Cina di belakang hacking Google.
- Daftar fasilitas global Amerika yang sangat vital bagi keamanan nasional.
- Komentar-komentar atas pribadi para pemimpin dunia yang cukup memalukan, seperti terhadap Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Perdana Menteri Inggris David Cameron.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo