Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Semua jurnalis Palestina yang meliput serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober lalu dianugerahi penghargaan kebebasan pers dunia dari UNESCO, kata badan kebudayaan PBB dalam pengumuman pada Kamis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Di masa-masa kegelapan dan keputusasaan ini, kami ingin menyampaikan pesan solidaritas dan pengakuan yang kuat kepada para jurnalis Palestina yang meliput krisis ini dalam keadaan yang begitu dramatis,” kata Mauricio Weibel, ketua juri profesional media internasional, dalam konferensi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebagai umat manusia, kita berhutang besar atas keberanian dan komitmen mereka terhadap kebebasan berekspresi,” tambah Weibel dalam sebuah upacara di ibu kota Chile, Santiago, menjelang Hari Kebebasan Pers Sedunia pada Jumat 3 Mei 2024.
Lebih dari 100 jurnalis dan pekerja media, sebagian besar warga Palestina, telah terbunuh dalam tujuh bulan pertama konflik di Gaza yang dimulai pada Oktober, menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ).
Kantor Media Pemerintah Gaza menyebutkan jumlah korban jiwa jurnalis menembus lebih dari 140 orang.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, Weibel mengatakan dunia memiliki “utang besar kepada jurnalis Palestina”. “Kita menghadapi banyak risiko di seluruh dunia, dan kita perlu mengatakan, ‘Hentikan’,” tambahnya.
Audrey Azoulay, direktur jenderal Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO), mengatakan penghargaan tersebut merupakan “penghargaan atas keberanian jurnalis menghadapi keadaan sulit dan berbahaya”.
Lucia Newman dari Al Jazeera, melaporkan dari Santiago, menggambarkan acara tersebut sebagai “upacara yang sangat emosional”.
“Ada banyak orang di ruangan itu yang menangis. Ada banyak emosi dan tepuk tangan yang sangat meriah.”
Jurnalis Al Jazeera di Gaza termasuk di antara mereka yang menjadi sasaran serangan Israel sejak Oktober.
Pada Desember, kepala biro Al Jazeera di Gaza, Wael Dahdouh, terluka dalam serangan Israel yang menewaskan rekannya dan juru kamera Al Jazeera Arab, Samer Abudaqa, ketika mereka sedang melaporkan di Gaza selatan.
Istri Dahdouh, Amna; putra Mahmoud, Sham; putri Sham; dan cucunya Adam, tewas dalam serangan pada Oktober setelah serangan udara Israel menghantam rumah tempat mereka berlindung di kamp pengungsi Nuseirat.
Putra tertua jurnalis veteran tersebut, Hamza Dahdouh, juga seorang jurnalis Al Jazeera, terbunuh pada Januari oleh serangan rudal Israel di Khan Younis, Gaza selatan. Dia berada di dalam kendaraan dekat al-Mawasi, kawasan aman yang ditetapkan Israel, bersama jurnalis Mustafa Thuraya, yang juga tewas dalam serangan itu.
Menurut laporan dari koresponden Al Jazeera, kendaraan mereka menjadi sasaran ketika mereka mencoba mewawancarai warga sipil yang kehilangan tempat tinggal akibat pemboman sebelumnya.
Pada Februari, Mohamed Yaghi, seorang jurnalis foto lepas yang bekerja dengan beberapa media, termasuk Al Jazeera, juga tewas dalam serangan udara Israel di Deir el-Balah, Gaza tengah.
Setidaknya 34.596 warga Palestina telah tewas dan 77.816 luka-luka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas mencapai 1.139 orang dengan puluhan orang masih ditawan.
Pilihan Editor: Israel Kembali Diadukan ke ICC atas Kejahatan Perang Terhadap Jurnalis Palestina di Gaza
AL JAZEERA