Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERDANA Menteri Margaret Thatcher yang dijuluki wanita besi dari Inggris, ternyata bisa lumer di meja perundingan. Ia mencabut usulnya agar Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) memotong subsidi pertanian. Thatcher semula menganggap subsidi pertanian terlalu banyak menghamburkan anggaran belanja- MEE, pada pertemuan puncak dua hari MEE di Brussel, dua pekan lalu. Setelah usul yang sempat mengguncangkan MEE itu dicabut Thatcher, dalam keputusan bersama yang ditandatangani kepala-kepala pemerintahan anggota MEE, Senin pekan ini disebutkan bahwa subsidi pertanian pada tahun fiskal 1988-1989 dinaikkan 2,4%, menjadi US$ 19,25 milyar. Selain itu, uga disepakati sampai 1992, pos anggaran tersebut akan dibatasi hanya sampai US$ 20,7 milyar. Pembengkakan subsidi itu yang membuat Thatcher berusaha keras memperjuangkan usulnya, sehingga pertemuan puncak MEE, Desember lalu, berakhir tanpa keputusan. Tak heran kalau Perdana Menteri Prancis Jacques Chirac, yang berkepentingan besar dengan subsidi ini, dalam sebuah pembicaraan di luar sidang tanpa sungkan-sungkan mengejek Thatcher dengan sebutan: Couilles - buah zakar. Mengapa Thatcher menganggap subsidi pertanian terlalu banyak? Dia mengacu pada pengeluaran pos anggaran itu sejak 1983. Pada tahun itu, subsidi pertanian baru mencapai US$ 9,3 milyar. Tahun lalu, melonjak menjadi US$ 18,8 milyar - atau 70,4% dari seluruh anggaran belanja MEE. Subsidi terbesar dikeluarkan untuk gandum, yang mencapai surplus 20 juta ton per tahun. Sehingga, MEE, tahun lalu, harus mengeluarkan biaya USS 12 milyar untuk sewa gudang dan pemasaran. Surplus lainnya berasal dari kedelai, kacang kapri, dan berbagai tanaman untuk makanan ternak. Dari dana tahunan itu, MEE juga harus mengeluarkan subsidi rutin untuk setiap petani sebesar USS 3 ribu per tahun. Jumlah jauh lebih kecil dibandingkan subsidi bagi para petani Amerika Serikat yang mendapat US$ 8 ribu per tahun. Tapi, mengingat iuran tahunan anggota tak besar, MEE tak mungkin mampu membiayai seluruh subsidi tanpa adanya dana tambahan. Menurut Thatcher, negara yang paling banyak menyedot subsidi MEE adalah Prancis dan Jerman Barat. Padahal, katanya petani di kedua negara itu termasuk paling makmur diantara anggota MEE lainnya. Tuduhan itu tentu saja ditangkis oleh Helmut Kohl. Menurut Kanselir Jerman Barat itu, para petani di negerinya butuh banyak subsidi akibat melonjaknya nilai Deutsche Mark, sehingga mereka sulit bersaing di pasar internasional. Alasan yang sama, juga menjadi alasan Presiden Prancis Francois Mitterrand. Tapi, kuat dugaan, Kohl dan Mitterrand bersikeras menaikkan subsidi pertanian karena mereka akan menghadapi pemilihan umum, sehingga harus mampu menarik hati petani. Di Prancis, pemilihan presiden akan berlangsung musim bunga tahun ini. Sementara itu, Kohl harus menghadapi dua pemilihan penting di 2 negara bagian. Kendati demikian, tak berarti Thatcher kalah total. Berkat kegigihannya, sejak tahun depan, setiap negara yang mengalami surplus produksi pertanian akan di denda berupa pemotongan harga sebesar 3%. Keputusan itu tentu saja melegakan produsen gandum di negara Dunia Ketika yang mendapat subsidi pas-pasan dari pemerintah. Selama ini, surplus gandum MEE itu kebanyakan dipasarkan ke negara-negara tersebut. Penurunan subsidi pertanian itu, akan dipakai untuk menambah pos anggaran struktural, perluasan kesempatan kerja, perbaikan kota, dan pembangunan, terutama bagi anggota-anggota MEE di Eropa Selatan, seperti Portugis, Spanyol, dan Yunani. Wilayah utara yang kebagian adalah Irlandia Utara dan Skotlandia. Atas dasar itulah dana struktural akan dinaikkan menjadi US$ 9,1 milyar pada 1992. Tahun ini, cuma dianggarkan USX 5,5 milyar. Di samping itu, anggaran belanja MEE direncanakan akan digenjot dari US$ 31 milyar pada tahun ini menjadi US$ 36,9 milyar pada 1992 . Hasil pertemuan puncak MEE tahun ini cukup membuat was-was para eksportir non-MEE, termasuk Indonesia. Soalnya, dari pertemuan puncak itu terlihat jelas kekompakan MEE dalam mewujudkan Eropa Barat sebagai satu negara secara ekonomi. Sekali mereka membangun benteng proteksi, runyamlah negara-negara non-MEE mengingat Eropa Barat adalah pasar komoditi nonmigas terbesar di dunia. Prg., Yudhi Soerjoatmodjo (London)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo