Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agaknya perlu dua Clinton untuk membereskan sisa-sisa sepak terjang dua Bush. Ketika George Bush senior meninggalkan kursi Presiden Amerika Serikat 16 tahun lalu, Bill Clintonlah yang membersihkan sisa-sisa Perang Teluk. Kini Bush junior bersiap meninggalkan Gedung Putih. Dan seorang Clinton bakal datang lagi untuk membantu membereskan persoalan.
Perumpamaan di atas rasanya tepat menggambarkan suasana menjelang pengumuman kabinet presiden terpilih Amerika Serikat, Barack Obama. Kurang dari sebulan setelah kemenangannya pada pemilu 4 November lalu, presiden dari Partai Demokrat ini sudah mengantongi sejumlah nama yang bakal mengisi pos-pos penting pemerintahannya. Sebagian besar punya hubungan dengan bekas presiden Bill Clinton.
Hillary Clinton, istri Bill, misalnya, sudah dilamar Obama untuk menjadi Menteri Luar Negeri. Kubu Obama sudah melobi Bill—yang kemudian mempersilakan sang istri maju. Pengumuman resmi baru akan disampaikan sesudah malam Thanksgiving—kira-kira pada Kamis pekan ini.
Juru bicara Clinton, Philippe Reines, mengatakan pasangan Clinton sudah membicarakan penunjukan ini. ”Senator Clinton sudah berkonsultasi dengan Senator Ted Kennedy dan Ketua Senat Mayoritas Harry Reid. Ia memastikan siap membantu presiden terpilih Obama semaksimal mungkin,” katanya.
Penunjukan ini bertujuan mengakomodasi suara kubu Clinton dalam tubuh Demokrat—karena kegagalan Hillary pada Konvensi Demokrat yang lalu. Selain itu, menurut banyak pengamat, Clinton dipandang memahami persoalan Amerika saat ini.
Sebelum nama Hillary masuk bursa, Obama sudah memilih sejumlah veteran dari masa Bill Clinton untuk bergabung dalam kabinet. Ada Rahm Emanuel, mantan penasihat senior Bill. Dia akan menjabat Kepala Staf Gedung Putih. Ada Eric Holder, mantan penasihat utama Clinton. Dia akan mengisi kursi Jaksa Agung. Lalu Peter Orszag, bekas asisten khusus Clinton di Badan Ekonomi Nasional. Obama meminta dia memimpin Departemen Anggaran dan Manajemen.
Setidaknya 31 dari total 47 anggota staf pemerintahan transisi Obama adalah orang Clinton. Kantor transisi diketuai oleh John Podesta, Kepala Staf Gedung Putih di masa Presiden Amerika ke-42 itu.
Sejak kampanye, Obama sudah dikelilingi orang yang pernah bekerja di masa pemerintahan Clinton. David Axelrod, ahli strategi di balik sukses kampanye Obama, adalah politikus Chicago pada 1990-an. David lainnya, David Plouffe, manajer kampanye Obama, pernah bekerja untuk Partai Demokrat di Kongres pada masa Clinton.
Penunjukan serombongan bekas anak buah Clinton membuat kubu Republik gerah. Leslie Sanchez, ahli strategi Republik, mengatakan orang mulai frustrasi dengan penunjukan demikian banyak ”Clintonian” dalam pemerintah Obama.
Robert Kuttner, penulis buku Obama’s Challenge, menyebutkan penunjukan terlalu banyak orang Clinton ini ”mengkhawatirkan”. ”Obama sebaiknya berhati-hati dengan sedemikian banyak orang Clinton yang akan duduk dalam pemerintahnya,” kata Kuttner.
Orang-orang Clinton yang ditunjuk itu, menurut sebagian pengamat, tidak otomatis akan mendukung program yang hendak diusung Obama. Emanuel, misalnya, dulu dikenal menyokong terlaksananya perjanjian area perdagangan bebas antara Amerika dan Kolombia (NAFTA) pada 1990-an. Perjanjian ini sangat ditentang kalangan Demokrat populis, termasuk Obama.
Yang lebih mengkhawatirkan, menurut pengamat, terpilihnya Hillary Clinton untuk pos Menteri Luar Negeri justru bisa menjadi langkah mundur Obama. Pasalnya, dalam banyak kesempatan, Hillary menyuarakan dukungannya terhadap Perang Irak.
Hillary juga dinilai akan bersikap lemah terhadap sang suami, yang memiliki yayasan dan berhubungan dengan pelbagai lembaga donor yang menopang kegiatannya di 40 negara. Mendengar penilaian miring itu, Bill langsung mempersilakan tim independen mengaudit yayasan yang ia miliki jika istrinya terpilih. ”Saya akan melakukan apa pun yang Obama dan Hillary inginkan,” ucap Bill.
Kelompok antiperang dan aktivis liberal pun memprotes pilihan Obama untuk tim keamanan nasionalnya. Tim ini didominasi orang-orang yang setuju dengan invasi ke Irak. Kelly Dougherty, Direktur Eksekutif Veteran Perang Irak Penentang Perang, mengatakan Obama menjalankan kampanyenya atas dasar ide antiperang. Namun, kata Dougherty, ”Dia mengirim pesan yang sangat berbeda ketika membawa orang-orang yang mendukung perang dari awal.”
Juru bicara Obama, Nick Shapiro, menyebutkan keputusan menarik orang-orang Clinton itu diambil karena setelah masa kepresidenan Jimmy Carter, praktis tak ada orang Demokrat yang masuk Gedung Putih. ”Presiden terpilih Obama berkomitmen untuk membentuk tim berkompeten yang berasal dari berbagai latar belakang, termasuk pengalaman yang mereka miliki.” katanya. Dia menambahkan, ”Menjabat posisi penting dalam pemerintahan, baik di sektor publik maupun swasta, seharusnya dipandang positif.”
Stephanie Cutter, juru bicara kantor transisi Obama, pun mengatakan orang-orang terpilih—dari kubu mana pun—”akan mematuhi setiap komitmen yang dibuat dalam kampanye.” Menurut dia, kebijakan Obama sendirilah yang menentukan ke mana Amerika akan bergerak.
Angela Dewi (AFP, AP, BBC, CNN, Polico, Nytimes)
Siapa, di Mana
ERIC HIMPTON HOLDER
Posisi: Jaksa Agung
Jabatan sebelumnya: Deputi Jaksa Agung di bawah kepemimpinan Janet Reno dan hakim di Pengadilan Tinggi Distrik Columbia
- Holder bakal menjadi Jaksa Agung kulit hitam pertama dalam sejarah Amerika. Ia pendukung gerakan antihukuman mati. Ia bersama Caroline Kennedy pernah bergabung dalam tim yang memilih Joe Biden sebagai wakil presiden untuk Obama.
TOM DASCHLE
Posisi: Menteri Kesehatan
Jabatan sebelumnya: Ketua Senat Mayoritas dan penasihat kebijakan publik di firma hukum Alston & Bird di Washington
- Daschle berminat sekali pada posisi ini karena selama dia menjabat Ketua Senat banyak program kesehatan yang tak dapat dilaksanakan. Ia akan membantu Gedung Putih membuat perencanaan layanan dan asuransi kesehatan yang bakal diajukan Obama di depan Kongres tahun depan.
PENNY PRITZKER
Posisi: Menteri Perdagangan
Jabatan sebelumnya: Kepala keuangan tim pencari dana pada kampanye Obama
- Pritzker adalah perempuan pengusaha kaya asal Chicago. Keluarganya pemilik jaringan Hotel Hyatt. Penunjukan Pritzker yang berlatar belakang pengusaha itu dipandang riskan oleh banyak orang.
JANET NAPOLITANO
Posisi: Menteri Keamanan Dalam Negeri, pos yang dibentuk setelah terjadinya serangan 11 September
Jabatan sebelumnya: Gubernur Arizona
- Napolitano adalah sahabat dan pendukung Obama sejak awal masa kampanye.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo