Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua pasal yang ditolak adalah pasal 2, tentang kesaksian palsu di bawah sumpah pada kesempatan lain untuk kasus yang sama, dan pasal 4, tentang penyalahgunaan kekuasaan untuk kesaksian palsu. Itulah sebabnya Natal ini Clinton akan lebih banyak berkontemplasi, karena nasib Clinton selanjutnya bergantung pada Senat. Namun, Senat tak akan bersidang sampai 6 Januari 1999 mendatang karena sedang reses. Yang pasti, Clinton menyatakan tidak akan mundur. Hal ini bisa dimaklumi mengingat ia baru saja memperoleh "kemenangan yang gemilang" dengan aksi pengebomannya di Irak (lihat boks). Selain itu, memang hingga kini jajak pendapat memperlihatkan Clinton masih didukung rakyat.
Keteguhan Clinton menjalani prosesi ini mengingatkan publik Amerika pada kasus yang dialami Andrew Johnson, 130 tahun lalu. Johnson, yang diangkat menjadi presiden setelah terbunuhnya Abraham Lincoln, dijatuhi keputusan serupa oleh Majelis Rendah. Alasannya, ia dianggap menghalang-halangi pembangunan kawasan selatan seusai perang saudara. Namun, kemujuran masih di tangannya. Ia terselamatkan karena suara yang mendukung pemecatan hanya kurang satu. Maklum, untuk mengesahkan keputusan di tingkat Senat, yang dibutuhkan adalah dukungan dua pertiga anggota plus satu suara.
Dilihat dari komposisi 100 anggota yang terdiri atas 55 kursi untuk Republik dan 45 kursi untuk Demokrat, peluang untuk lolos sebetulnya cukup besar. Untuk bisa menggulingkan Clinton, Senat membutuhkan 67 suara. Selama tak ada anggota Senat dari Demokrat yang lompat pagar, kepresidenan Clinton akan aman. Namun, mengingat hubungan Clinton yang tidak terlalu mulus dengan beberapa senator dari kubu Demokrat--seperti Senator Nebraska Bob Kerrey--Clinton layak untuk khawatir. Adapun yang akan memimpin peradilan Clinton di Senat nanti adalah Ketua Mahkamah Agung. Sedangkan sebagai penuntut, Majelis Rendah telah menunjuk 13 orang, yang disebut manajer, yang, apa boleh buat, semuanya berasal dari Republik.
Bagaimana dengan warga AS? Sebetulnya, mereka sudah sampai pada titik jenuh dengan kasus ini. Sejumlah media massa terkemuka secara tegas mengkritik keputusan Majelis Rendah tersebut karena, selain mempermalukan negara, mereka bisa mengancam kredibilitas Amerika. Simpati kepada Clinton itu, antara lain, timbul karena kinerja Clinton dalam menangani pemerintah dianggap memuaskan. Dari jajak pendapat yang diadakan ABC News/Washington Post pada 1.285 responden dewasa, 37 persen menyatakan agar kasus Lewinsky itu didrop saja. Sedangkan 37 persen lainnya menginginkan sebaiknya Kongres (Majelis Rendah dan Senat) berkompromi agar kasus ini tidak berlarut-larut.
Kebanyakan dari rakyat Amerika menyatakan lebih senang bila keputusan yang dijatuhkan pada Clinton hanya berupa teguran resmi (censure). Ironisnya, tokoh yang berdiri di barisan terdepan dalam menganjurkan hal ini adalah Bob Dole, pesaing Clinton dalam pemilihan presiden pada 1996, yang berasal dari Republik. Skenario Dole, yang akan menduduki kursi Senat Januari depan, adalah Clinton diwajibkan menandatangani resolusi kecaman atas dirinya di depan kamera televisi yang berisi pengakuan bahwa ia telah melakukan kesaksian palsu di bawah sumpah.
Saat ini, publik tampaknya harus sedikit sabar menunggu skenario mana yang akan jadi dimainkan. Namun, cerita pendamping dari kisah utama kasus ini ternyata tak kalah menarik. Yang pertama adalah mundurnya Bob Livingston, Ketua Majelis Rendah yang menggantikan Newt Gingrich. Livingston mundur setelah memberikan pengakuan bahwa selama 33 tahun perkawinannya ia juga melakukan perselingkuhan.
Kabar yang sedikit "menggembirakan" adalah terpilihnya Clinton sebagai tokoh pilihan majalah Time tahun ini. Namun, gelar Men of the Year ini harus dibagi dengan penuntutnya, Ken Starr. Alasan pemilihan mereka adalah pengaruh yang besar terhadap pemberitaan tahun ini. Tidak jelas apakah gelar majalah Time itu menjadi sebuah hadiah akhir tahun bagi Clinton.
Yusi A. Pareanom
Sumber: Associated Press & Reuters
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo