Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Berita Tempo Plus

Berprestasi atau Tidak, Tergantung Ibu

Agar anak berprestasi, para ibu dan guru harus menerapkan pola asuh yang otoritatif. Pola ini cukup kuat mengendalikan anak tapi tetap demokratis. Untuk itu, peran ibu sangat menentukan, mengapa?

28 Desember 1998 | 00.00 WIB

Berprestasi atau Tidak, Tergantung Ibu
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SEMUA orang tua pasti ingin anaknya berprestasi. Tapi harapan sering tak selaras dengan kenyataan. Kalau sudah begini, jangan buru-buru menyalahkan anak. Mungkin orang tualah yang salah mengasuhnya. Asal tahu caranya, sebenarnya prestasi seseorang itu bisa dibentuk. Kuncinya ada pada pola asuh ibu di rumah dan para guru di sekolah. Pribadi berprestasi bisa terbentuk bila lingkungan rumah dan sekolah menerapkan pola asuh yang sama. Begitulah kesimpulan disertasi Doktor Mochamad Enoch Markum, yang diajukan di depan sidang dewan penguji Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, pertengahan Desember silam, dan memperoleh penilaian cum laude.

Dalam disertasi yang berjudul Sifat Sumberdaya Manusia Indonesia Penunjang Pembangunan (Suatu Studi tentang Prasyarat Sifat, Latar Belakang Keluarga, dan Sekolah dari Individu Berprestasi Tinggi), Enoch menyatakan bahwa faktor ibu sangat mempengaruhi pembentukan sifat dan prestasi individu.

Kesimpulan itu diambil setelah dilakukan serangkaian penelitian terhadap sejumlah mahasiswa peraih gelar juara I dan II Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Utama Tingkat Nasional 1996 dan 1997. Diteliti pula sejumlah mahasiswa berprestasi rendah, yaitu mereka yang indeks prestasi komulatifnya pada semester VI kurang dari 2,00 (dari skala 3).

Dari penelitian tersebut, Enoch menemukan bahwa sifat dan prestasi individu dipengaruhi oleh bagaimana pola sang ibu mengasuh anaknya. Mengutip pendapat ahli psikologi Baumrind, Enoch menggolongkan pola asuh anak menjadi tiga: otoriter, permisif, otoritatif.

Pada pola asuh otoriter, orang tua sangat menanamkan disiplin pada anaknya dan menuntut prestasi tinggi. Namun, di pihak lain, orang tua tersebut tidak memberikan kesempatan pada anaknya untuk mengemukakan pendapat serta sekaligus memenuhi kebutuhan si anak. Sebaliknya pada pola asuh permisif, orang tua menunjukkan sikap demokratis dan kasih sayang tinggi, namun dengan kendali dan tuntutan berprestasi yang rendah. Sedangkan pada pola asuh otoritatif, orang tua memberikan kontrol dengan mengendalikan anak untuk mencapai target tertentu. Tapi orang tua juga memberi anak kesempatan untuk menyampaikan keluhan dan pendapatnya.

Dari ketiga pola tersebut, pola asuh otoritatif terbukti paling kondusif untuk mencetak anak berprestasi. Pola asuh model ini dianggap kuat dalam kendali tapi tetap memberikan sikap demokratis. Ia menuntut prestasi sekaligus melimpahkan kasih sayang yang tinggi juga. Pendeknya, anak-anak yang diasuh dengan pola asuh ini akan memiliki kompetensi instrumental yang kuat.

Peran ibu yang otoritatif, menurut Enoch, sangat besar dalam pembentukan individu berprestasi. Kenapa ibu? Kehadiran seorang ibu dalam keluarga ternyata menempati posisi lebih penting daripada si bapak. Ini mirip di Jepang. Ratu rumah tangga Jepang tidak hanya sibuk di dapur, melainkan juga terlibat aktif dalam pendidikan anak-anaknya. Begitu besar keterlibatan ibu terhadap pendidikan anaknya sampai ia rela mengorbankan kesenangannya sendiri. Bila perlu, mereka bersedia mencari pekerjaan paruh waktu untuk membiayai les tambahan anaknya. Tak mengherankan bila di Jepang ibu-ibu juga dikenal sebagai kaum pendidik (kayoiku mama).

Agar berhasil, peran ibu perlu ditunjang oleh para guru di sekolah. Yang ideal tentu saja pola asuh dan pembinaan para guru tidak jauh berbeda dari yang diberikan di rumah. Soalnya, sekolah merupakan lingkungan kedua setelah rumah yang dapat membentuk sifat seseorang.

Pembentukan sifat itu sangat penting karena dalam diri setiap individu yang punya prestasi tinggi mestinya juga terkandung enam sifat tertentu. Enam sifat itu adalah kerja keras, disiplin, komitmen, prestatif, mandiri, dan realistis. Menurut bekas Direktur Kemahasiswaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan itu, keenam sifat tersebut memiliki andil besar dalam membentuk sosok individu yang berprestasi.

Salah seorang anggota tim penguji, Suwarsih Warnaen, berkomentar bahwa disertasi Enoch sangat bermanfaat. "Setidaknya kita punya pegangan yang cukup kuat untuk menciptakan strategi-strategi dalam mendorong munculnya individu berprestasi tinggi," kata guru besar psikologi sosial dan pakar di bidang psikologi lintas budaya itu.

Wicaksono dan Arif A. Kuswardono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus