Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kliklah blog Blackinkorea.blogspot.com. Sebuah poster nyinyir berjudul Sleepers tertanggal 15 Januari 2007 akan segera menohok. Menampilkan empat wajah Abdullah Badawi tengah terkantuk-kantuk, memperlihatkan perdana menteri itu “ngorok” di pertemuan kabinet, pertemuan dengan partainya, saat konferensi internasional, dan pertemuan penting lainnya.
Pada bagian atas poster itu tertera ucapan Dr Martin Luther King Jr, I have a dream. Sedangkan di bawahnya ucapan Abdullah Badawi, I have thousand dreams. Selanjutnya ada celetukan kalimat: Badawi, seorang perdana menteri yang meninggalkan negerinya ketika negara terkena bencana.
Blog yang dibuat seorang laki-laki dengan nama samaran Black, 26 tahun, yang tinggal di Gwangju, Korea Selatan, ini adalah bagian dari “tren” di negeri tetangga itu: maraknya berbagai blog yang mengobok-obok Badawi. Tengok blog lain, rockybru.blogspot.com. Pembuatnya seseorang bernama Ahirudin bin Attan. Dalam blognya itu, ia menulis: The PM’s RM30 Million Yacht. Ia menyindir pembelian kapal pesiar mewah oleh Badawi. Kapal sepanjang 44 meter dan diperkirakan bernilai US$ 8 juta itu terbuat dari bahan-bahan yang diimpor dari Afrika Selatan, dengan kapasitas untuk 14 orang.
Posting-nya itu mengundang 84 komentar yang rata-rata bernada sinis. “Masya Allah...apa dah jadi dengan orang ni. Betul-betul ‘power gone to the head’. Bersultan di mata beraja di hati,” begitu komentar Idris Said, seorang blogger Malaysia.
Blogger yang sama juga menuliskan persoalan pembelian pesawat jet Q319. Tulisan yang dikirim pada 26 Januari 2007 ini berjudul Malaysia Orders Luxury Jet for PM? Selanjutnya tertera kalimat sinis, pemesanan kapal pesiar mewah belum juga tuntas, sekarang ada lagi sebuah pesawat mewah yang diperkirakan seharga $ 50 juta. Sebuah komentar merespons tulisan ini, dikirim oleh BigGuyDotCom: “Terima kasih, ini (maksudnya Badawi) seperti Nero menyanyi ketika Roma habis terbakar. Sedih.”
Seorang blogger paling berpengaruh di Malaysia, Ooi Chuan Aun--lebih terkenal sebagai Jeff Ooi--sejak 2 Januari 2003 telah meluncurkan blognya yang lebih serius dan kritis. Ia menuliskan berbagai isu politik Malaysia. Ia menampilkan banyak data. Terkadang ia mengambil tulisan dari media massa setempat, lalu membubuhkan komentarnya. Badawi terutama menjadi bulan-bulanannya.
Pada 11 Januari 2007 ia mengirim artikel berjudul Red alert, floods (17 deaths) and currying favour for “A meal fit for princess” at Nasi Kandar Perth. Artikel itu menyoroti ironi: ketika banjir yang menewaskan 17 orang menimpa Johor, Badawi malah pergi ke Victoria Park, meresmikan restoran Puteri Nasi Kandar. Sebuah usaha bisnis adik Badawi, Ibrahim, yang bekerja sama dengan seorang pengusaha Lejadi Group, Lim Ewe Jin.
Jeff termasuk blogger yang paling rajin mengamati berita Badawi. Dari berbagai kasus tuduhan nepotisme, korupsi, ekonomi, hingga tindakan politik dalam dan luar negeri Badawi dipantaunya. Ia memiliki pemahaman yang baik tentang politik pluralisme di Malaysia, sama bagusnya dengan pemahamannya dalam puisi dan musik. Alhasil, blognya makinberwarna.
Persoalan muncul ketika surat kabar propemerintah New Straits Times (NST) menggugat Jeff Ooi dan Ahirudin Attan. Tulisan dua blogger ini sering mengkritik pemberitaan NST yang propemerintah. Gugatan ke pengadilan pun diajukan NST pada 11 Januari 2007, dengan tuntutan mereka harus mengeluarkan lebih dari 10 posting di blognya.
Tulisan Jeff yang mengundang marah staf redaksi NST, misalnya, Will NST out-perform Star? Jeff menuliskan perbandingan antara NST dan The Star. Ia menyajikan angka-angka pendapatan, besarnya sirkulasi dan iklan kedua media ini. Hasilnya, The Star mengungguli NST. Bahkan iklan NST disebut menurun hingga 6,5 persen. Jeff memberikan saran kepada para penanam saham agar tidak membeli saham NST namun membeli saham The Star.
Minggu, 28 Januari, New Straits Times mempublikasikan wawancara dengan Abdullah Badawi. Badawi menuduh para blogger menyebarkan fitnah keji. “Kebohongan demi kebohongan diceritakan. Bagi mereka, segala sesuatu tidak benar dan segala sesuatu tidak baik,” kata Badawi.
Badawi mengatakan, blog bukanlah sesuatu yang tak bisa lepas dari hukum. Penulis blog seharusnya memiliki tanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya. Ia tak bisa membiarkan dirinya diganggu terus-menerus sehingga membuatnya tak bisa bekerja.
Toh, berita yang dianggap fitnah di Internet itu tak terdengar riaknya. Biasanya berita miring tentang Badawi cepat tersebar, tapi tak lekas terdengar--termasuk di lingkungan kantor perdana menteri (JPM). “Berita itu sama sekali tidak terdengar di antara kami-kami. Biasanya, kalau ada gosip begitu, para pegawai akan ngerumpiin,” kata Puan Zaitun, 49 tahun, seorang pegawai di JPM, kepada Tempo di Putrajaya.
Para ahli hukum di Malaysia pun mulai berkomentar. Presiden Persatuan Peguam Syarie Malaysia, Zainul Rijal Abu Bakar, berpendapat para blogger yang tak bertanggung jawab bisa saja dikenai gugatan. Kebebasan berpendapat bukan sesuatu yang mutlak. “Jika kebebasan bersuara menafikan hak orang lain, itu tidak betul. Dalam Islam, memfitnah lebih berat daripada membunuh,” katanya.
Jeff kini melakukan kampanye perlawanan lewat dunia maya. Ia membidani lahirnya aliansi para blogger dengan simbol Blogger United. Simbol ini kerap dicantumkan di halaman para blogger Malaysia. Bergambarkan sebuah tangan hendak memencet tuts keyboard. Tuts itu sendiri bertuliskan Bloggers United dan No Fear. Sementara di bagian atasnya terpampang gambar bendera Malaysia.
Para blogger pun mencari dukungan dari ahli hukum melalui sloone.wordpress.com dalam artikel Bloggers to sue PM Abdullah, NST. Mereka meminta dukungan para pengacara di dalam maupun luar negeri. Mereka mempertanyakan bisakah blogger di Malaysia mengambil tindakan class action melawan Badawi maupun NST. Blog ini juga menuliskan apakah ada pengacara di luar sana yang bisa mewakili mereka. “Saya tak akan pernah berhenti, terus mencari dukungan,” kata Jeff Ooi.
Toh, apa yang dilakukan para blogger ini tak mengusik kerja Badawi. Berdasarkan pantauan Tempo, berita ini tidak dilansir media lokal kecuali New Straits Time. “Secara pribadi, Pak Lah tak kisah dengan blogger itu, karena memang ditujukan kepada NST, bukan kepada Perdana Menteri,” ujar Theo Ai Hua, juru bicara Badawi, kepada Tempo, Selasa lalu.
Andi Dewanto, Taufik Salengke (Bernama, jeffooi.com)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo