Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PHNOM PENH - Partai penguasa Kamboja menggelar kampanye terakhir, kemarin. Sekitar 250 ribu pendukung Partai Rakyat Kamboja atau Cambodia’s People Party (CPP) membanjiri jalanan di ibu kota Kamboja setelah Perdana Menteri Hun Sen berpidato.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hun Sen menekankan pentingnya Kamboja agar tetap damai. Dia membandingkan dengan masa Khmer Merah-kelompok bersenjata merangkap partai politik berhaluan komunis saat Perang Vietnam. "Pilih CPP, akan menjamin perdamaian. Saya tidak akan membiarkan negara ini jatuh dalam pertumpahan darah seperti masa lalu," ucap Hun Sen di depan ribuan orang yang mengenakan kaus biru dan putih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemilu Kamboja digelar tanpa oposisi, meski ada 20 partai kecil yang ikut berlaga. Partai Penyelamatan Nasional Kamboja atau Cambodia National Rescue Party (CNRP), partai oposisi yang meraih 40 persen kursi dalam pemilu Kamboja pada 2013, dibubarkan Mahkamah Agung pada November lalu.
Tanpa oposisi, CPP yakin menang. "Mengapa kami menang? Karena sudah lebih dari 50 persen dukungan dari warga untuk CPP," ujar juru bicara pemerintah dan anggota senior CPP, Phay Siphan. Meski begitu, beberapa pemilih mengatakan kepada Reuters bahwa mereka dipaksa untuk memilih CPP. Klaim tersebut dibantah CPP.
Seorang siswa, Sum Davin, 19 tahun, mengatakan tidak banyak perubahan dalam pemilu karena Samdech akan kembali memimpin. Samdech adalah gelar resmi Hun Sen. "Orang-orang hanya mendengar satu partai dan tidak ada yang tahu partai-partai lain," katanya.
Amerika Serikat dan Eropa mengkritik cara Kamboja menangani oposisi. Amerika memberlakukan pembatasan visa kepada beberapa anggota pemerintah Kamboja.
Sebastian Strangio, penulis buku "Hun Sen’s Cambodia", mengatakan kecaman Barat terhadap Hun Sen berdampak kecil. Sebab, Hun Sen mendapat dukungan dari negara-negara di kawasan, termasuk Cina. "Barat menerapkan sanksi, tapi Hun Sen tidak mungkin mundur. Kamboja diatur untuk era baru yang akan bergejolak dengan Barat," kata Strangio. CHANNEL NEWS ASIA | REUTERS | SUKMA LOPPIES
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo