Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kapak peperangan digali lagi

Suriah menolak mundur dari beirut. israel dan plo memasang kuda-kuda. menlu a.s george shultz masih optimis dengan usahanya untuk membujuk israel menarik mundur tentaranya dari libanon. (ln)

21 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEMAM yang dibawa Menlu Amerika Serikat George Shultz dari Beirut sembuh seketika begitu tiba di Yerusalem. Apa pasal? Ia begitu girang mendengar Kabinet Perdana Menteri Menachem Begin menyetujui rencana AS mengenai penarikan mundur pasukan asing dari Libanon. Usaha Shultz membujuk Israel menarik 25.000 tentaranya dari Libanon bahkan sudah maju lagi selangkah. Pekan lalu, perutusan Israel, Libanon, dan AS yang berunding di sebuah hotel di Netanya, kota pantai yang terletak sekitar 35 km dari Tel Aviv, sudah memberi isyarat akan berakhirnya pertemuan mereka. "Kami bertekad untuk merampungkan draft perjanjian secepatnya sehingga bisa ditandatangani segera," kata perutusan AS Morris Draper. Dua rekannya yang lain di meja perundingan adalah David Kimche (Israel) dan Antoine Fattal (Libanon). Dari Yerusalem, Shultz terbang menemui para pemimpin Arab di Suriah, Yordania, dan Arab Saudi. Tapi hasil serupa tak bisa dipetiknya -- terutama dari Suriah yang menempatkan sekitar 40.000 prajurit di bagian utara dan selatan Libanon sejak 1975. Ketika bertemu Presiden Hafez Assad, dua pekan lampau, dan ini merupakan kunjungan pertama seorang menlu AS tempo enam tahun terakhir, Shultz disambut dingin. "Untung mereka tidak sampai menutup pintu," ujar seorang pejabat yang menyertai Shultz. Dari Suriah, hari itu juga, Shultz terbang ke Arab Saudi, Israel, dan kembali ke Libanon. Setelah singgah di Jeddah, dan bertemu dengan Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Sultan, baru Shultz tampak berbesar hati lagi. Pemimpin Arab itu kelihatan memahami rencana menlu AS tersebut. Dan, konon, Pangeran Sultan bersedia membujuk Suriah, yang mendapat bantuan dari Arab Saudi sebesar US$ 750 juta setahun, untuk menarik pasukannya dari Libanon. Tekanan terhadap Suriah juga diharapkan AS dari Mesir dan Yordania. Selang sehari setelah Shultz meninggalkan Jeddah, Hafez Assad terbang ke Riyadh, ibu kota Arab Saudi, dan bertemu dengan Raja Fahd. Kedua pemimpin itu mengadakan tiga kali pembicaraan dalam tempo 24 jam. Tidak ada keterangan terperinci. Tapi menurut kantor berita resmi Suriah, SANA, Assad berusaha merayu Fahd mendukung oposisinya terhadap rencana Shultz. Faktor Suriah dalam soal penarikan mundur pasukan asing dari Libanon tampak menentukan. Menlu Yitzhak Shamir telah mencanangkan di depan parlemen Israel Knesset: "Israel bebas bertindak menurut keperluannya bila Suriah dan PLO menolak mundur dari Libanon." Dalam pada itu AS, menurut seorang pejabat senior departemen luar negeri, "secara resmi menerima kehadiran pasukan Israel selama Suriah masih bercokol di Libanon." Dalam usaha membujuk Assad, Menlu Libanon Elie Salem tidak ragu membuang langkah ke Damaskus. Enam jam ia berbicara dengan presiden serta pejabat tinggi Suriah lainnya. Tapi ketika kembali ke Beirut, Salem, yang tampak murung ketika turun dari tangga pesawat, tak berhasil dipancing para wartawan. Di Damaskus, Menlu Suriah Abdel Halim Khaddam bicara tanpa tedeng aling-aling. "Kami menolak persetujuan itu," katanya, "baik dalam bentuk maupun isinya." Ia tidak lupa menyebut usaha Shultz sebagai "mengurangi kebebasan dan keamanan Libanon, menempatkan negeri itu di bawah dominasi Israel dan kaum imperialis, serta merupakan bahaya terhadap keamanan Suriah." Para diplomat Arab dan Barat di Damaskus sangsi, apakah AS masih mungkin melancarkan upaya damai di kawasan ini, paling tidak dalam waktu singkat mendatang. Tapi Menlu George Shultz, yang sudah kembali ke Washington, dilaporkan masih optimistis. "Saya yakin Suriah pada akhirnya nanti menyetujui penarikan mundur pasukannya dari Libanon," kata Shultz. Sementara itu dari Damaskus dan Yerusalem mulai terdengar sesumbar sumbang. Menlu Abdel Halim Khaddam sudah membayangkan sebuah "perang baru" antara Suriah dan Israel. Dari Yerusalem, Menteri Pertahanan Moshe Arens segera memberi tanggapan. "Suatu perang dengan Suriah memang menjadi semakin mungkin," katanya. Ia lalu menyebut "persiapan intensif" yang sedang berlangsung di Suriah. Menurut sumber Barat, Uni Soviet baru saja mengirimkan 4.500 penasihat militer ke Damaskus, menyusul sejumlah roket dan pesawat terbang. Sumber Barat juga menyebut masuknya sekitar 2.000 pejuang Palestina ke Libanon, lewat Suriah, dalam minggu-minggu terakhir ini. Di antaranya, konon, terdapat kesatuan yang meninggalkan Beirut musim panas lalu. Sebelum pasukan ini datang, masih sekitar 6.000 sampai 10.000 prajurit PLO bertahan di Libanon. Juru bicara Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina, Bassam Abu Sharif, membantah berita itu. "Mereka sudah ada di Lembah Bekaa sejak evakuasi dari Beirut September lalu," katanya. Melalui kantor berita PLO, Wafa, pemimpin PLO Yasser Arafat minta para pejuang Palestina untuk siaga di Lembah Bekaa menghadapi kemungkinan serangan Israel terhadap Suriah. Keadaan di Libanon bertambah rawan dengan tindakan Kedutaan Besar Uni Soviet mengungsikan para anggota keluarganya dari Beirut. Sampai Senin lalu sudah sekitar 163 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, meninggalkan negeri itu dengan pesawat Aeroflot. Banyak yang menafsirkan pemberangkatan ini sebagai isyarat pecahnya perang baru di Timur Tengah. Tapi, menurut Dubes Soviet di Beirut, Alexander Soldatov, para keluarga itu pulang untuk "liburan musim panas". Akankah perang meletus lagi di Libanon? Bukan mustahil. Apalagi Ahad lalu pemimpin PLO Yasser Arafat sudah menyerukan perang terhadap Israel dan Amerika. "Perang yang efektif merupakan satu-satunya jalan menyusun kembali peta Timur Tengah," kata Arafat, seperti disiarkan Wafa. Pada hari yang sama, Menlu Suri Abdel Halim Khaddam menatakan, Arab Saudi akan membantu Suriah secara militer bila negeri ini diserang Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus