Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Heikal mengguncang mesir

Pemerintah mesir melarang buku "autum of fury: the assassination of sadat", ditulis oleh heikal, isinya sebagai fitnah dan caci maki terhadap kehidupan almarhum sadat. (ln)

21 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ARWAH Anwar Sadat rupanya belum bisa beristirahat dengan tenang. Namanya kembali digunjingkan orang. Kali ini oleh bekas sobat, yang kemudian menjadi seteru kerasnya, Muhammad Hassanein Heikal. Kisahnya bermula dari buku Heikal, baru saja terbit, yang berjudul Autumn of Fury: The Assassination of Sadat. Dalam buku setebal 278 halaman yang diterbitkan Andre Deutsch, London, Heikal melihat pembunuhan Anwar Sadat, terjadi 6 Oktober 1981, adalah peristiwa yang berdiri sendiri. Tujuannya "sederhana": menghukum mati seorang tiran tak beriman. Jadi bukan sebuah persekongkolan luas yang bermaksud meruntuhkan seluruh rezim yang berkuasa. Dari sisi ini, pendapat Heikal senada dengan laporan Jenderal Abu-Basha deputi menteri dalam negeri Mesir pada saat peristiwa pembunuhan itu. Tapi mengapa para penguasa Kairo murka? Menurut Heikal ada dua alasan: pertama, buku itu terbit pada saat sisa-sisa kelompok Sadat mengkonsolidasikan kekuatan untuk memperkuat posisi di dalam pemerintahan. Dan kedua, cara Heikal memblejeti kehidupan pribadi almarhum, yang sedikit banyak hanya menjatuhkan martabat beberapa tokoh sekarang. "Pada mulanya saya berharap Sadat menjadi matang dan dewasa setelah menduduki kursi kepresidenan," tulis Heikal dalam buku tersebut. "Tidak dinyana, almarhum terutama setelah Perang 1973 dengan Israel, malah melempar semua kartu perundingan, dan menyerahkan negeri ini di bawah perlindungan Henry Kissinger, David Rockefeller, dan para jutawan Mesir." Kissinger, menlu AS dalam pemerintahan Richard Nixon, dan Rockefeller, jutawan terkemuka yang dikenal dekat dengan Gedung Putih. Heikal juga mengkaitkan periode Sadat dengan korupsi yang merajalela, dan otokrasi yang kian melembaga. Perjalanan Sadat ke Yerusalem disebutnya sebagai usaha menutupi kegagalan ekonomi di dalam negeri. Di bagian akhir Heikal menggambarkan sang presiden sebagai pecandu vodka, suka bangun siang, dan membagi-bagikan barang antik Mesir kepada konco-konconya. Antara lain disebut Syah Iran, Jimmy Carter, Nixon, dan mendiang Jozef Broz Tito dari Yugoslavia. Pemerintah Mesir, setelah meneliti buku itu, akhirnya melarang karya Heikal tersebut beredar di dalam negeri. Sebuah koran Arab Saudi diimbau untuk menghentikan serial yang menyarikan isi buku itu. Dan Heikal dituduh "rasis". "Boleh jadi ia menulis bukunya dalam persekongkolan dengan musuh besar Mesir, Muammar Qaddafi," bunyi maklumat pemerintah Mesir. Heikal sendiri tidak terlalu kaget. Di kantornya, di tingkat empat sebuah bangunan di Kairo, bekas menteri penerangan Mesir itu bersejuk sejuk dalam ruangan dengan karpet dari dinding ke dinding. "Biarlah rakyat yang memutuskan," katanya seraya menghembuskan asap cangklongnya. "Saya hanya berusaha menulis dengan jujur." Dalam usia 60 tahun, bekas penasihat almarhum Gamal Nasser itu masih tampak sigap. Ia, salah seorang wartawan terkemuka dunia Arab, menerjuni jurnalistik 40 tahun lalu. Kolom politiknya di dalam harian Al Ahram, yang dipimpinnya sendiri, selalu menarik perhatian. Dan pada 1974, Sadat menggusur Heikal dari koran tersebut. Sudah sejak semula Heikal memang tidak seiring jalan dengan Sadat. Apalagi setelah presiden itu menuduhnya "memfitnah dan membahayakan tanah air." Heikal kemudian dilarang bepergian ke luar negeri. Tapi ia, yang banyak menulis dalam bahasa Inggris, tetap mengarang artikel untuk beberapa penerbitan di luar negeri, dan buku. Buku-bukunya: Nahnou wa America (1967), Nasser: The Cairo Documents (1972), The Road to Ramadhan (1975), Sphinx and Comissa (1979), The Return of the Ayatollah (1981), dan Autumn of Fury. Yang sedang dipersiapkan An Anatomy of the Arab World, dan Suez, Thirty Years After. Ketika Sadat memerintahkan penangkapan massal, 5 September 1981, Heikal ikut keciduk. Di penjara Turga, konon, dari jendela selnya, pada suatu hari ayah dari tiga anak lelaki itu memandang langit musim gugur yang makin kelabu. Itulah yang menggerakkan ia menulis Autumn. Heikal bebas sebulan setelah Anwar Sadat mangkat. Pada 30 Agustus tahun lalu, nskih AKtumn selesai ditulis. Bagaimana reaksi keluarga Sadat atas Autum of Fury? Jihan Sadat, janda almarhum presiden itu, tampak berusaha menahan diri. "Buku itu bukan hanya problem keluarga kami," katanya, "mdainkan problem seluruh Mesir." Tetapi ia tidak lupa menambahkan, "saya berhak menuntut penerbit dan pengarangnya, sebab buku itu semata-mata fitnah dan caci maki." Mengenai soal korupsi yang dihebohkan buku itu, Jihan, sekalipun Esmat Sadat, adik lelaki Anwar, sekarang ditahan gara-gara itu, seperti berusaha menangkis. "Tiap negeri dan tiap pemerintahan mengenai korupsi," kata Jihan. "Apakah korupsi tidak ada sebelum Anwar Sadat berkuasa?"

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus