Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka di Perairan Barat Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, kata seorang kepala nelayan daerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih dari 50 orang Rohingya berdiri di lambung kapal dekat Kota Meulaboh di Aceh Barat setelah kapal terbalik saat air pasang, kata Miftach Tjut Adek, kepala komunitas nelayan di provinsi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami, sebagai nelayan, berkewajiban membantu mereka,” katanya kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa tim penyelamat telah menghadapi cuaca buruk untuk menyelamatkan mereka dari kapal yang tenggelam.
Kepala BASARNAS Banda Aceh Al Hussain dalam rilisnya menyebut pada Rabu petang pukul 18.45 WIB Tim Rescue Kansar Banda Aceh bersama tim SAR menuju lokasi untuk melakukan evakuasi terhadap para penumpang kapal dengan menggunakan Kapal SAR Kresna 232. Kapal tersebut diperkirakan tiba di lokasi pada Kamis tengah malam.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) memperkirakan sekitar 2.000 orang Rohingya telah mencapai Indonesia sejak Oktober lalu. Mereka adalah kelompok minoritas teraniaya di Myanmar yang melarikan diri ke negara Asia Tenggara selama setahun terakhir, sebagian besar ke Aceh.
Reuters tidak dapat segera menentukan berapa banyak warga Rohingya yang berada di perairan tersebut atau ke mana tujuan mereka.
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka “sangat prihatin dengan situasi di Meulaboh”.
“Ini adalah keadaan darurat, prioritas kami adalah bekerja sama dengan pihak berwenang dan masyarakat setempat untuk menyelamatkan nyawa,” kata UNHCR.
Mereka menambahkan bahwa pihaknya tidak dapat segera memastikan jumlah total warga Rohingya atau apakah ada kematian di antara kelompok tersebut.
Pemerintah daerah Aceh Barat tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Selama bertahun-tahun, warga Rohingya telah meninggalkan Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Mereka umumnya dianggap sebagai penyelundup asing dari Asia Selatan, ditolak kewarganegaraannya, dan menjadi sasaran penyiksaan.
Orang-orang Rohingya naik perahu kayu setiap tahun, ketika laut lebih tenang antara November dan April, dengan tujuan menuju negara tetangga Thailand dan Bangladesh, Indonesia dan Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim.
Jumlah korban jiwa pada 2023 yang berjumlah 569 orang Rohingya tewas atau hilang ketika mencoba melarikan diri dari Myanmar atau Bangladesh adalah yang tertinggi sejak 2014, kata UNHCR pada Januari.
Pilihan Editor: Berkas Perkara 3 WNA yang Selundupkan Pengungsi Rohingya ke Aceh Sudah P21, Kejari Susun Dakwaan
REUTERS