Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Karena vietnam melintas

Anjuran dialog tak ada lagi. pasukan vietnam masuk muangthai sekadar menghentikan repatriasi pengungsi kamboja. para menlu asean mencela tindakan itu.

12 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA divisi "hantam cepat"--ditaksir berkekuatan antara 16.000 dan 18.000 -- pada suatu pagi yang cerah keluar dari pangkalan mereka di Nimitr, Kambodia. Dengan barisan tank T-54 buatan Soviet mereka maju ke arah perbatasan Muangthai. Gerakan 23 Juni itu semula mungkin hanya bertujuan mengejar kaum gerilya Khmer Rouge (Merah) yang mendapat kekuatan baru dari "program repatriasi" -- pemulangan kembali kaum pengungsi Kambodia. Tapi ternyata barisan tank Vietnam itu sempat melintasi perbatasan, hingga pertempuran dengan tentara uangthai tak bisa dihindari lagi. Hanoi tak mau mengaku bahwa paukannya sudah berada di wilayah Muangthai: Di beberapa tempat memang garis demarkasi agak kabur. Tapi yang jelas ialah Kok Sung dan Ban Non Mak Moon, keduanya desa Muangthai, sempat diduduki, dan pertempuran sengit di sekitar itu berlangsung dua hari setidaknya. Para Menlu ASEAN yang berkumpul di Kualalumpur 23-28 Juni segera serentak mencela perembesan pasukan Vietnam itu. Suatu keterangan bersama dikeluarkan para Menlu ASEAN itu segera setelah mereka membuka sidang tahunan ke-13 tentang situasi perbatasan Thailand-Kambodia itu. Belum pernah sebelumnya ada keterangan ASEAN pada sidang hari pertama Vietnam selama ini berusaha memecah pendapat ASEAN. Sebagai akibat penyerbuan pasukan Vietnam itu. ASEAN justru jadi kompak kembali dan terang-terangan mengutuknya. Wakil PM II Singapura S. Rajaratnam bahkan mengucapkan terimakasihnya pada Hanoi. "Jika Vietnam menunda penyerbuan pasukannya sampai hari Minggu (29 Juni), komunike ASEAN mungkin akan lebih lunak," kata Rajaratnam. Memang semula komunike ASEAN menyebut tentara Vietnam di Kamboja sebagai "pasukan asing". Tapi terakhir ini komunikenya memuat Vietnam, Agression dan Condemn (mengutuk)--tiga kata yang tadinya tidak dipakai ASEAN. Garis keras ASEAN sekali ini terhadap Vietnam. ASEAN menuntut supaya Vietnam menarik pasukannya dari Kambodia. Pada hakekatnya ASEAN tetap tidak mau mengakui rezim Heng Samrin di Phnom Penh yang didukung Vietnam. ASEAN menyatakan melanjutkan pengakuannya terhadap pemerintah Demokrasi Kampuchea--yang tadinya dipimpin oleh Pol Pot yang terkenal kejam itu. Tampaknya para Menlu ASEAN ingin memisahkan soal kekejaman Pol Pot di satu pihak dan pemerintah Demokrasi Kampuchea di lain pihak. Tapi jalan pikiran ini belum bisa disetujui pihak Amerika Serikat, seperti kelihatan dari sikap Menlu Edmund Muskie dalam dialognya dengan para Menlu ASEAN. Persoalan bagi AS ialah ASEAN mengimbau supaya perwakilan pemerintah Demokrasi Kampuchea di PBB tetap dilanjutkan. Sedang Kongres AS masih cenderung melihat pengaruh Pol Pot dalam pemerintah itu walaupun secara resmi Pol Pot kini bukan pemimpinnya. Sebelum sidang Menlu ASEAN itu terdapat silang siur pendapat tentang perlu atau tidak dialog dilanjutkan dengan Vietnam. Malaysia dan Indonesia semula tergolong yang ingin supaya dialog itu dipelihara. Ternyata komunike ASEAN itu sama sekali meniadakan klta dialog. "Bagaimana kami bisa mengadakan dialog lagi kalau pihak sana tidak kooperatif," kata Menlu Mochtar Kusumaatmadja. "Kalau akan terjadi dialog, itu harus datang atas permintaan Hanoi," sambung Rajaratnam. Bisa Meneropong Sebelum konflik Kambodia diselesaikan Hanoi, tampaknya ASEAN tidak bergairah lagi untu4 berunding dengan Vietnam. Tadinya Vietnam melihat kemungkinan kedua pihak membicarakan soal kerjasama regional, meskipun soal Kambodia tidak diselesaikan terlebih dulu. Kemungkinan ini sekarang jauh sekali. Selain AS, juga Australia, Selandia Baru, Jepang dan Kanada mengirimkan Menlu masing-masing ke Kualalumpur untuk berdialog dengan ASEAN. Umumnya sekutu ASEAN itu mendukung pernyataan Menlu ASEAN yang mengutuk agresi Vietnam ke wilayah Muangthai. Bahkan Menlu AS Muskie mengatakan pemerintahnya akan mempercepat pengiriman senjata dan tank AS yang dipesan Thailand. Mulai akhir pekan lalu, kiriman AS itu tiba di Thailand, mungkin seluruhnya dalam 6 atau 7 penerbangan. Pasukan Vietnam sudah mundur kembali ke Kambodia. Tujuannya berhasil dalam hal menghentikan repatriasi pengungsi oleh Thailand. Bangkok pun tampak menyadari bahwa Vietnam tak punya alasan menyerang lagi setelah repatriasi itu dinyatakan berhenti. Repatriasi itu, menurut siaran Phnom Penh, adalah "repatriasi bersenjata". Setelah mundur, tentara Vietnam berkubu di sepanjang perbatasan. Sumber intelijen di Bangkok menaksirnya sebanyak 30.000 menjaga daerah perbatasan Kambodia. Di beberapa tempat jarak mereka dengan tentara Muangthai dekat sekali, bisa saling meneropong. Setiap waktu tentara Vietnam tampaknya bisa melintasi lagi perbatasan itu. Walaupun Menlu Nguyen Co Tach mcngatakan di Jakarta baru-baru ini bahwa Vietnam tak akan melakukannya, siapa pula kini yang akan percaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus