Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Makin Sulit Menebak Imam

Khomeini mengecam pemerintahan presiden bani sadr atas kecaman tersebut bani sadr langsung mengirimkan surat pengunduran diri. sengketa mengenai siapa yang berhak menunjuk p.m. (ln)

12 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SANKSI ekonomi yang dilancarkan AS dan sekutunya mulai menyakitkan Iran. Ternyata besar pengaruhnya Presiden Abolhassan Bani Sadr sendiri mengakuinya. Ia bahkan menyebut Iran sedang menghadapi periode yang paling buruk di bidang ekonomi, politik dan militer. Sejak embargo AS itu berlaku, inflasi naik sampai 40%, sedang harga barang melonjak 50%. "AS sedang mengharapkan bahwa dengan inflasi ini kita akan hancur," kata Bani Sadr. Itu tak hanya mencemaskan Bani Sadr, tapi juga Ayatullah Khomeini, di saat pemerintah Iran masih direpotkan oleh urusan sandera Amerika yang sudah disekap selama 8 bulan-dan pertentangan di dalam negeri sendiri. Akhir Juni, Khomeini mengecam pemerintah, karena terlalu lamban dalam memecahkan masalah yang dihadapi negara itu. Ia mengemukakan keheranannya mengapa presiden dan Dewan Revolusi tidak menjalankan kewajibannya sebagaimana mestinya. "Apabila pemerintah tidak bisa bertindak, mereka hendaknya mengundurkan diri. Kami bisa mencari penggantinya yang benar-benar efektif," kata sang ayatullah. Kecaman itu tampaknya tidak melulu ditujukan kepada Bani Sadr. Koordinasi antara para menteri memang tidak ada. Kabinet di bawah pimpinan seorang perdana menteri belium terbentuk. Masih ada sengketa mngenai siapa yang berhak menunjuk perdana menteri. Kalangan mullah yang menguasai Partai Republik Islam (PRI) yang memegang mayoritas di parlemen (Majlis) menghendaki merekalah yang menunjuknya. Bani Sadr merasa ia yang berhak. Memang Bani Sadr pernah mengajukan calon perdana menteri kepada Khomeini. Sang Imam rupanya tak setuju. Akibatnya ialah Bani Sadr langsung mendapat kecaman keras dari kalangan mullah. Keadaan ini antara lain memperlemah kewibawaan pemerintah, meskipun sebelumnya antara kelompok Bani Sadr dan kaum mullah sudah 'mengisap pipa perdamaian'. Bahkan Ayatullah Mohammed Behesti, tokoh utama PRI juga sudah mengumumkan akan mengadakan makan siang sekali atau 2 kali seminggu dengan Bani Sadr. Mendengar kecaman Khomeini, Presiden Iran itu konon langsung mengirimkan surat permohonan berhenti. Ia rupanya tidak menduga sang ayatullah akan sekeras itu mengecam pemerintahnya. "Setiap waktu bila saya melanggar garis revolusi dan ajaran agama, dia (Khomeini) boleh mengumumkannya," kata Bani Sadr yang belum dipecat kepada koran Bamdad. Ini suatu pertanda bahwa pertentangan di dalam tubuh kaum revolusioner Iran semakin menajam. Para pengamat di Teheran sulit untuk menebak di mana sebenarnya posisi Khomeini. Sedang garis keras yang selama ini dijalankan kalangan mullah tampaknya semakin dominan. Terutama yang menyangkut masalah 50 orang sandera Amerika. Dari pernyataannya belakangan ini, Pani Sadr tampaknya mulai bersikap keras pula dalam menghadapi masalah sandera Amerika itu. Bahkan ia menuduh AS sengaja menggunakan masalah sandera ini tekanan untuk menggulingkan pemerintah Iran dari dalam. Namun keruwetan yang dihadapinya, tentu saja, banyak bersumber dari sikap Iran sendiri yang tak menentu. Terutama mengenai tuntutan pemulangan Mohammad Reza Pahlavi ke Iran. Bekas Syah itu yang sekarang ini coma, dalam keadaan gawat di rumah sakit militer Maadi, Kairo, bagaimana pun sudah lepas dari tanggungjawab AS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus