SEBENARNYA Sekutu sudah menduga, Saddam pasti akan memamerkan tawanan perang yang ditangkapnya sebagai salah satu kartu perangnya. Tapi, ketika wajah mereka benar muncul di televisi -- kelihatan capek, sedikit bengkak, dan seperti putus asa -- Ahad pekan lalu, tampaknya pihak Sekutu kaget juga. Hari-hari berikutnya, TV Irak diwarnai oleh tampang memelas para pilot Sekutu yang tertangkap. Seorang pilot yang lain tangannya tampak dibebat. Yang kemudian mengundang reaksi keras dari Presiden Bush yakni pernyataan Radio Baghdad bahwa "mereka akan dipindahkan ke tempat-tempat strategis. Seperti pusat-pusat ilmiah," kata Radio Baghdad. Tindakan itu merupakan kejahatan perang, kata Bush lagi, dan Saddam Hussein bisa diadili sebagai penjahat perang. Soalnya, dalam "kamus" Irak, tempat-tempat ilmiah itu bisa jadi sebuah pusat riset tenaga nuklir, sebuah pabrik senjata kimia atau pabrik kuman. Inilah sasaran utama pengeboman yang dilakukan oleh pesawat tempur Sekutu dalam perang yang sudah berlangsung hampir dua pekan itu. Jelasnya, para pilot itu akan dijadikan tameng hidup, menggantikan para sandera Barat tempo hari. Irak menyatakan lebih dari 20 pilot (sebagian besar penerbang Amerika, lalu Inggris, kemudian Italia, Kuwait, dan Saudi) sudah berada di tangannya. Jumlah itu, sampai akhir pekan lalu, klop dengan pernyataan Sekutu, bahwa 21 orangnya hilang di udara Irak. Bagi Menteri Pertahanan Dick Cheney, ada atau tidak ada pilot Sekutu di sasaran pengeboman, Operasi Badai Gurun jalan terus. Yang belum jelas, adakah dampak penayangan tawanan perang itu terhadap sesama pilot yang harus menjatuhkan bom-bom di tempat tawanan dipasang sebagai perisai. Meski gampang diduga bahwa pernyataan para tawanan itu didiktekan pada mereka, setidaknya itu membuat rekan mereka memikirkan hal yang sebelumnya tak mereka perhatikan. "Saya tak setuju dengan perang ini," kata seorang pilot yang tertawan. Lalu seorang pilot yang disebutkan dari Italia memberi nasihat kepada para koleganya, keluar dari angkasa Irak, di sana sangat berbahaya. Mematikan." Pihak Amerika dan sekutunya memang punya cukup alasan untuk menyebut tindakan Irak melanggar Konvensi Jenewa tentang tawanan perang. Konvensi yang dibikin pada 1929 itu pada 1949 diperbaiki sebagai Konvensi Tentang Tawanan Perang -- dan Irak ikut menandatanganinya. Pasal 23 konvensi ini dengan jelas menyebutkan: Tawanan perang harus berada di tempat yang aman dan bebas dari operasi militer. Mereka juga harus mendapat perlindungan terhadap pengeboman sama baiknya dengan penduduk sipil. Di sini, sebenarnya konvensi itu kurang jelas. Sebab, bila begitu, kini Irak pun bisa juga menuduh Sekutu telah melakukan kejahatan perang karena mengebomi permukiman penduduk sipil. Selain marah terhadap pelanggaran Konvensi Jenewa, Bush tampaknya juga mengkhawatirkan Saddam akan bertindak sebagaimana Jepang dalam Perang Dunia II. Salah satu kasus yang menarik adalah ketika Jepang menangkap delapan pilot Amerika yang ikut menyerang Tokyo dalam operasi Doolittle Raid, April 1942. Tiga orang langsung dieksekusi, sementara sisanya dipenjara seumur hidup. Belakangan baru terungkap, para pejabat Jepang ternyata memerintahkan tentaranya memperlakukan pilot-pilot itu sebagai penjahat perang. Orang yang bertanggung jawab atas kasus ini, Wakil Menteri Perang, Jenderal Heitaro Kimura, dihukum gantung seusai perang. Namun, entah mengapa, menurut radio Inggris (BBC), sejak Jumat pekan lalu Irak menghentikan penayangan itu, "ditunda sampai saat yang dianggap tepat."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini