Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan bankir Mark Carney dilantik sebagai Perdana Menteri Kanada pada Jumat, 14 Maret 202. Usai dilantik, ia mengatakan akan bekerja sama dengan Presiden AS Donald Trump.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Carney menggantikan Justin Trudeau sebagai perdana menteri. Berbeda dengan Carney, Trudeau memiliki hubungan yang naik turun dengan Trump.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Carney, 59 tahun, menegaskan pendekatannya akan berbeda. "Kami menghormati Presiden Trump, yang telah menempatkan beberapa isu yang sangat penting di bagian atas agendanya. Kami memahami agendanya," kata Carney dilansir dari Reuters. Ia menambahkan bahwa telah bekerja sama dengan Trump di sejumlah pertemuan internasional.
"Dalam banyak hal, sebagian pengalaman saya tumpang tindih dengan pengalaman Presiden (Trump). Kami berdua peduli terhadap negara kami. Namun, dia tahu, dan saya tahu dari pengalaman panjang, bahwa kami dapat menemukan solusi bersama yang menguntungkan kedua belah pihak," katanya.
Carney mengatakan bahwa tidak punya rencana langsung untuk berbicara dengan Trump. Namun ia mengomentari rencana Trump yang ingin mencaplok Kanada sebagai hal gila.
Ia merombak kabinetnya yang beranggotakan 24 orang dengan tujuan untuk berurusan dengan Washington. Ia juga memangkas hampir setengah dari posisi menteri yang diwarisi dari Trudeau.
Pemilu berikutnya harus diadakan paling lambat 20 Oktober 2025. Partai Liberal akan menghadapi oposisi Partai Konservatif, yang telah lama berkampanye menentang pajak karbon konsumen era Trudeau.
Carney berjanji untuk menghapuskan pajak karbon konsumen. "Ini akan membuat perbedaan bagi warga Kanada yang sedang dalam kesulitan," katanya kepada kabinet.
Pengangkatan Carney merupakan puncak karir pria yang tak punya pengalaman politik sebelumnya. Usai dilantik, Carney mengatakan akan mengunjungi London dan Paris pekan depan. Kanada telah berupaya untuk memperkuat aliansi di Eropa seiring memburuknya hubungan dengan Amerika Serikat.