MEMASUKI pekan kedua, tak seorang pun kini berani mengatakan kapan perang selesai. Padahal, di awal perang, pihak Sekutu berniat melakukan perang secepatnya. Jadi, bom-bom Sekutu itu menghancurkan apa? Pekan lalu, muncul dugaan bahwa Irak memasang peluncur rudal dan pesawat palsu. Beserta Saddam Hussein dan pasukan khusus Pengawal Republik, pesawat, tank, dan rudal disembunyikan di kota bawah tanah Baghdad, yang tahan ledakan bom. Maka Jenderal Norman Schwarzkopf, yang menjadi panglima Sekutu, tak bisa lagi membeberkan dengan bangga hasil pengeboman itu pada acara brifing seperti sebelumnya. Alasannya, bom-bom memang tepat menghantam sasaran yang direncanakan. Tapi apakah di sasaran itu ada peralatan perang yang dituju, itu susah dipantau. Apalagi, memantau hasil pengeboman pasukan Pengawal Republik sungguh tak mudah. Sasaran ini bukan seperti gedung yang diam, sehingga terlihat jelas kalau hancur, tapi mereka bisa bergerak menghindar. Itu soalnya bila serangan darat belum juga dilakukan, karena pihak Sekutu belum yakin kekuatan Irak sudah bisa dikurangi dengan pengeboman yang tak henti-henti itu. Situasi pelik yang dihadapi Sekutu ini semakin membuktikan bahwa Irak punya strategi bertahan yang tangguh. Kepala Staf Gabungan Jenderal Colin Powell sendiri mengakui, "Kami sedang bertempur melawan musuh yang sangat banyak akal, tahu bagaimana memecahkan persoalan. Bahkan, mereka termasuk jenius." Belakangan, kartu Irak dalam bertahan mulai dikeluarkan, dan sangat mengejutkan dunia. Misalnya, rudal Scud -- yang dijuluki "pipa terbang" dan terkenal ketidak akuratannya -- sekali sempat menerobos rudal penangkal Patriot Amerika. Memang, pihak Amerika mengatakan, tak ada sistem yang 100% sempurna. Patriot pun punya kesempatan gagal. Tapi lolosnya sebuah Scud cukup membuat rakyat Israel waswas. Dan coba saja, seandainya Irak meluncurkan rudal itu secara massal -- dan disebut-sebut, Patriot tak akan bisa menangkalnya 100% -- apa jadinya Riyadh dan Tel Aviv yang selalu jadi sasaran? Itu sebabnya, dari semula, Israel kurang berminat pada sistem pertahanan udara bikinan Amerika ini. Meskipun sekarang terpaksa menggelar Patriot, Israel lebih suka mengembangkan sendiri sistem rudal Arrow. Menurut perhitungan ahli Israel, yang dimuat koran Jerusalem Post, Patriot masih kurang hebat. Sistem ini tak berdaya jika Saddam mengirimkan sekaligus lusinan Scud, bukan diecer seperti sekarang. Tampaknya sebutan master of defence, jagoan menyusun pertahanan, cocok buat Saddam Hussein. Dengan bunker-bunker bawah tanah yang luar biasa kuatnya itu misalnya pastilah bukan pekerjaan mendadak. Tapi, suatu rencana tahunan. Menurut mingguan Jerman Bild am Sonntag, delapan belas meter di bawah Jalan Jamia, tempat istana itu berdiri sebelumnya, ada sebuah rongga kukuh seluas 1.800 meter persegi. Tempat perlindungan ini dipersiapkan bertahun-tahun oleh perusahaan Jerman. Tempat ini hanya bisa dicapai lewat lif dan lorong rahasia. Pintunya dari besi baja setebal 30 cm yang beratnya empat ton. Dari sinilah, konon, Saddam terus memberi komando untuk pasukannya. Beton yang melindunginya terbuat dari bahan khusus B 600 yang tebalnya dua meter. Disebut khusus karena kekuatannya setara dengan beton biasa yang tebalnya 15 meter. Panas 300 derajat Celsius dapat ditahannya. Bahkan jika sebuah bom atom jatuh di Jalan Jamia, konon, Saddam hanya akan merasakan sedikit guncangan. Ada bantalan spiral yang akan melontarkan efek guncangan. Pesawat terbang juga disimpan dalam hangar yang terlindung dalam bukit pasir. Atap baja hangar itu dilindungi dengan beton 1,2 m tebalnya -- 45 cm lebih tebal dibandingkan dengan standar milik NATO. Memang landasan Irak hampir semuanya sudah dihancurkan Sekutu, tapi ia punya akal untuk menyimpan pesawat di hangar yang terletak di perkampungan luar kota. Dekat dengan jalan raya yang bisa difungsikan sebagai landasan darurat. Maka masuk akal jika sampai awal pekan ini, cuma tercatat 49 pesawat Irak yang dapat dihancurkan -- menurut pernyataan resmi pihak Sekutu. Untuk pasukannya, konon, Saddam juga memiliki kota di bawah tanah seluas 50 kilometer persegi di bawah Baghdad (lihat tulisan Teka-Teki Kota Bawah Tanah). Sang Jagoan masih melengkapi pertahanannya dengan hal-hal yang sangat tak terduga. Tiba-tiba saja ia membakar padang minyak Wafra, yang sangat dekat dengan garis depan pertempuran. Asap hitamnya yang tebal menjadi tirai pelindung bagi gerakan pasukan Irak. Akibatnya, pasukan Sekutu tak bisa terlalu mengharapkan dukungan serangan udara jika mereka menyerbu, karena yang tampak dari udara cuma asap tebal tadi. Yang lebih dahsyat lagi, jutaan barel minyak dipompakan dari Kuwait ke laut. Pendaratan pasukan amfibi jelas terhalang. Bahkan pasokan air minum untuk kapal-kapal Sekutu dan negara kawasan Teluk ikut terancam. Meskipun seluruh dunia mengutuk, Irak tampaknya tetap di atas angin. Saddam bisa mempermainkan opini dunia dengan menunjukkan bahwa semua kerusakan ini terjadi karena Amerika juga. Kata radio Baghdad tentang minyak yang tumpah itu: "Itu akibat pengeboman Sekutu." Bila pernyataan Kassim Ja'far pada Radio BBC benar, sebenarnya jauh sebelumnya, Saddam sudah menyatakan akan menumpahkan minyak ke laut, ini berarti pihak Sekutu tak bisa menangkal akal-akalan sang master of defence ini. Atau, pihak Sekutu tak percaya bahwa Saddam berani melaksanakan rencananya. Dua kemungkinan itu cuma menguntungkan Irak. Tampak jelas, strategi utama Saddam adalah mengulur waktu. Tampaknya, memang Saddam tak berminat memenangkan pertempuran --yang teoretis memang sulit -- tapi memenangkan perang itu sendiri. Sebab, jika perang berlarut-larut, dampak politis nampaknya semakin menguntungkan Saddam. Demonstrasi yang meluas di seantero dunia sudah menunjukkan ke mana massa berpihak (lihat Para Suporter Perang). Di dalam negeri Amerika, perang berkepanjangan juga sangat tidak populer. Pagi-pagi sekali, ketika mengumumkan serangan Sekutu, Presiden Bush berulang kali menekankan bahwa perang kali ini bukanlah Vietnam yang lain. Maksudnya, Amerika tak akan berlama-lama berperang melawan Irak. Kalau bisa, semua sudah selesai dalam beberapa minggu. Tapi, sekarang, Washington mulai realistis. Sementara tekanan opini massa semakin menguat, mereka mulai meminta rakyat Amerika bersiap menghadapi kemungkinan perang yang panjang. "Kita harus menyadari bahwa ada saat di atas dan ada saat di bawah. Bahkan mungkin saja pada suatu hari kita melihat Sekutu kalah," kata juru bicara Gedung Putih Marlin Fitzwater. Perang yang panjang dan makan banyak korban inilah yang ingin dihindari oleh Bush. Beberapa faktor sebenarnya menunjang pencapaian target ini. Padang gurun yang datar merupakan keuntungan tersendiri buat pasukan Amerika. Mereka bisa mengandalkan helikoper Apache untuk mendukung pasukan daratnya. Tapi siapa tahu, tiba-tiba ada bunker bawah tanah dan sebagainya itu. Dalam menghadapi perang darat seperti ini, Sekutu juga punya skenario yang dipersiapkan bertahun-tahun. Tank T-72 buatan Irak sama persis dengan yang digunakan Sovyet. Hampir semua alat perang Sekutu dibuat dengan konsep untuk menghadapi perang tank yang digambarkan bakal terjadi di Eropa antara Blok Timur dan Blok Barat. Struktur tentara Irak yang tersentralisasi juga mirip dengan struktur Sovyet. Dari situ, para jenderal Sekutu yakin bahwa doktrin perang yang sudah mereka kunyah bertahun-tahun akan cocok diterapkan di gurun kali ini. Pada dasarnya, doktrin perang ini mengandalkan keterpaduan antara kekuatan darat dan udara. Dalam menggempur, akan ada serangan serempak dari depan dan belakang untuk menjepit musuh. "Itu sudah menjadi kitab suci para perwira," kata Mayor John Chapman, dari Divisi I Lapis Baja Amerika yang dikutip oleh International Herald Tribune. Naga-naganya, strategi ini memang bakal digunakan. Pengeboman besar-besaran di garis belakang pasukan Irak adalah salah satu petunjuk ke arah itu. Sayangnya, genangan minyak tampaknya akan menghalangi pendaratan marinir yang bertugas menjepit dari belakang sementara pasukan darat menyerbu dari perbatasan Arab Saudi. Meskipun demikian, menteri pertahanan Amerika tetap yakin, limpahan minyak itu tak akan menjadi halangan. "Pendaratan berjalan seperti rencana," katanya mantap. Caranya? Itu masih dirahasiakan. Padahal, melihat cara Irak berperang kini, bukan mustahil Saddam masih menyimpan kartu yang lain. Meriam raksasa buatan ahli meriam Gerard Bull, yang konon bisa melontarkan peluru sejauh 4.000 km, adalah satu kekuatan yang masih disimpan. Seorang anggota parlemen Kanada bernama John Brown, yang dikutip oleh harian Mesir Al Ahram, menyampaikan rasa prihatinnya bahwa meriam itu akan menjadi ancaman serius. Masih ada lagi meriam G-5 buatan Afrika Selatan yang disebut-sebut sebagai senjata artileri terhebat di dunia. Keunggulan mesin perang ini adalah akurasinya, dan juga bisa dimuati peluru kimia, bahkan nuklir. Gerard Bull, ahli artileri Kanada rekanan Irak yang terbunuh di Belgia dua tahun lalu, juga memainkan peranan dalam pembuatan senjata maut ini. Seandainya semua itu tak membuat Saddam menang, setidaknya membuat perang berjalan lama. Dan perang yang berjalan lambat itulah banyak hal bisa terjadi. Yopie Hidayat & Dja'far Bushiri (Kairo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini