Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
EDDIE Butchover, petugas Patroli Jalan Raya Nevada, Amerika Serikat, hanya melakukan tugas rutinnya. Senin malam pekan lalu, ia menyetop Cadillac Escalade warna merah anggur di sebuah perempatan di utara Las Vegas. Di jok belakang mobil itu, tampak seorang pria menunduk, sibuk menyantap salad. Tak disangka, itulah pria yang sedang diburu FBI: Warren Steed Jeffs.
Jeffs, 50 tahun, termasuk salah satu di antara sepuluh orang paling dicari Biro Investigasi Federal sejak Mei silam. Usamah bin Ladin juga ada di daftar yang sama. FBI bahkan menjanjikan hadiah US$ 100 ribu (sekitar Rp 1 miliar) bagi mereka yang memiliki informasi untuk menangkap Jeffs.
Sosok pria kelahiran San Francisco, California, ini memang sarat kontroversi. Guru sekolah swasta yang juga akuntan ini adalah pemimpin Gereja Fundamentalist Latter-Day Saints (FLDS). Sekte ini semula merupakan bagian dari Gereja Mormon, yang didirikan oleh Joseph Smith pada 1830 di New York.
Pada masa lalu, kaum Mormon kerap diasosiasikan dengan poligami. Pada awal pendiriannya, gereja ini memang mendukung perkawinan ganda. Praktek ini mendapat banyak tentangan hingga pada 1890 Presiden Amerika Serikat, Wilford Woodruff, melarang poligami dan sejak itu pengikut Mormon pun menghentikan praktek itu, meski tidak semua setuju. Termasuk sekte FLDS belakangan ini. Para pemimpinnya mendengungkan: mereka yang memiliki tiga istri atau lebihlah yang bisa masuk surga.
Namun, tak seperti kelompok pendukung poligami lainnya, anggota FLDS hanya tunduk pada perintah satu nabi: Warren Jeffs. Ia menggantikan ayahnya, Rulon Jeffs, yang meninggal pada 1972. Sebagai ”nabi”, Jeffs yunior punya mandat menentukan siapa harus menikahi siapa dan di mana. Tak cuma menikahkan, ia juga bisa memisahkan para istri dari suaminya dan ”mengirim” wanita-wanita itu ke pria lain, termasuk dirinya.
Konon, 70 wanita anggota FLDS telah dikawini Jeffs. Dari jumlah itu, lebih dari selusin adalah janda almarhum ayahnya. Di situlah Jeffs tersandung hukum. Di Utah, ia terjerat pasal ”membantu terjadinya kejahatan pemerkosaan” karena ia mengatur pernikahan gadis-gadis belum cukup umur dengan pria-pria yang jauh lebih tua. Di Arizona, ia dihajar pasal serupa plus ”melakukan hubungan seksual dengan wanita di bawah umur”. Ya, dua tahun lalu lima remaja pria telah mengadukan Jeffs, yang mengeluarkan mereka dari komunitas FLDS. Mereka ditendang ”supaya anggota yang lebih tua lebih leluasa berkompetisi mendapatkan istri”.
”Nabi” itu kini meringkuk di tahanan federal Las Vegas. Belum jelas apakah dia akan diekstradisi ke Arizona atau Utah. Tampaknya, Utah akan menimpakan hukuman terberat baginya dibanding negara bagian yang lain.
Hingga kini, lebih dari 30 ribu orang menikahi lebih dari satu orang di Utah, Idaho, Montana, dan Arizona. Ada yang melakukannya karena menjalankan kepercayaan dan kebudayaan Mormon, ada pula yang sekadar menjalankannya sebagai gaya hidup, tanpa mencantol ke sekte atau kelompok religius apa pun. Pemerintah Negara Bagian Utah pun melakukan sederet tindakan menentang poligami dengan menugasi penyidik khusus untuk mendekati ”kelompok rahasia” ini.
Hukum federal Amerika Serikat memang melarang poligami. Ganjarannya akan lebih berat jika praktek ini dilakukan terhadap gadis-gadis di bawah umur. Karena itulah, ada sejumlah anggota FLDS yang ditangkap karena ketahuan melakukan poligami. Salah satunya Kelly Fischer, UMU, warga Colorado City.
Semula tak ada yang istimewa dari pria yang tinggal dengan istri dan anak angkatnya seorang remaja putri berusia 15 tahun itu. Sampai suatu ketika si gadis hamil, para tetangga menduga-duga. Dan benar: Fischer ternyata telah mengawini anak di bawah umur itu dalam sebuah upacara rahasia komunitas FLDS. Berkat laporan tetangganya, yang kebetulan bekas anggota sekte yang sama, Fischer dicokok polisi.
Penangkapan Fischer diikuti oleh tujuh pria anggota komunitas FLDS dengan tuduhan serupa. Pengadilan Fischer dan kawan-kawan dianggap sukses dan dijadikan contoh soal penanganan kasus poligami oleh Pemerintah Negara Bagian Arizona dan Utah. Pengacara Fischer sempat menyatakan akan membawa istri muda Fischer dan ibu si gadis untuk memberi kesaksian: mereka menikah tanpa paksaan, dan berbahagia seperti keluarga lain. Namun, pengadilan menolak. Kedua negara bagian itu kini mengembangkan sistem pengadilan untuk kasus-kasus serupa, tanpa perlu mendengarkan kesaksian korban.
Beberapa kelompok pendukung poliga mi merasa perlakuan hukum seperti ini tak tepat. Marlyne Hammon, yang tinggal Centennial Park—komunitas yang berpisah dari gereja FLDS sekitar 20 tahun lalu—khawatir pasal-pasal itu salah sasaran. Pelaku kawin ganda akan terbidik, tapi yang menikah dengan anak di bawah umur akan lolos. Menurut dia, banyak gadis di bawah umur di Arizona yang punya anak dengan pria yang lebih tua, namun memilih tidak menikah. ”Bagaimana dengan mereka, apakah dijerat juga?” sergahnya. Hammon menuding larangan yang diatur dua negara bagian itu ”sudah melampaui batas”.
Sejumlah aktivis Koalisi Kebebasan Beragama dan Toleransi pada 2002 mendatangi kantor parlemen di Utah. Mereka memperjuangkan poligami sebagai bagian dari hak asasi manusia. Mereka melobi para anggota parlemen supaya Undang-Undang Antipoligami bisa diamendemen.
Ternyata yang menentang masih lebih banyak. Aksi antipoligami terus bergulir. Salah satu yang menyedot perhatian publik Utah adalah kasus Tom Green pada 2001. Kasus ini merebak di media menjelang Olimpiade musim dingin di Salt Lake City setahun berikutnya. Bahkan sebuah bir diberi label Polygamy Porter, yang bergambar seorang pria dengan beberapa wanita, sebagai ejekan bagi para pendukung poligami.
Kini, polisi berharap penangkapan Jeffs mengakhiri kegiatan sekte ini. Jaksa Agung Arizona, Terry Goddard, menyatakan penangkapan ini sebagai ”awal kehancuran FDLS”. Ia juga berharap ”jemaah” Jeffs akan terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil dan melemahkan sekte.
Tapi, banyak juga yang ragu. Rod Parker, pengacara yang mewakili anggota FLDS, menyebut: para penganut sekte ini percaya bahwa Jeffs telah dipilih Tuhan untuk menjadi pemimpin. Karena itu, meski berada dalam tahanan, ia tetap dianggap sebagai nabi dan selalu ada orang lain yang menjalankan aktivitas kepemimpinan sehari-hari di gereja. Buktinya, selama berbulan-bulan dalam pelarian, dia sanggup mengatur FLDS. Kenapa sekarang tidak?
Polisi kini juga lebih berhati-hati. Meski sang pemimpin telah tertangkap, mereka tak mau buru-buru menggerebek pusat kegiatan kelompok FLDS. Aparat keamanan di Utah tak mau kejadian seperti pengepungan sekte Cabang Davidian di Waco, Texas, pada 1993 terulang. Waktu itu, sedikitnya 80 anggota sekte tewas.
Selama di pelarian, Jeffs selalu meyakinkan pengikutnya bahwa ia tak akan tertangkap karena Tuhan melindunginya. Nyatanya, kepercayaan Jeffs bertabrakan dengan kejadian Senin malam di perempatan kecil di Las Vegas, ”sang nabi” yang punya seribu titah itu tertangkap tanpa bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
Andari Karina Anom (BBC, Time. The Salt Lake City Tribune)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo