Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ke Surga Bersama Tiga Istri

Pemimpin sekte poligami di Amerika Serikat ditangkap. Ia dianggap nabi. Konon, ia mempunyai 70 istri.

4 September 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EDDIE Butchover, petugas Pa­tro­li Jalan Raya Nevada, Amerika Serikat, hanya melakukan tugas rutinnya. Senin malam pekan la­lu, ia menyetop Cadillac Escalade warna merah anggur di sebuah perempatan di utara Las Vegas. Di jok bela­kang mobil itu, tampak seorang pria menunduk, sibuk menyantap salad. Tak disangka, itulah pria yang sedang di­buru FBI: Warren Steed Jeffs.

Jeffs, 50 tahun, termasuk salah satu di antara sepuluh orang paling dicari Biro Investigasi Federal sejak Mei silam. Usamah bin Ladin juga ada di daftar yang sama. FBI bahkan menjanjikan hadiah US$ 100 ribu (sekitar Rp 1 miliar) bagi mereka yang memiliki informasi untuk menangkap Jeffs.

Sosok pria kelahiran San Francisco, Ca­lifornia, ini memang sarat kontroversi. Guru sekolah swasta yang juga akuntan ini adalah pemimpin Gereja Funda­mentalist Latter-Day Saints (FLDS). Sek­te ini semula merupakan bagian dari Gereja Mormon, yang didirikan oleh Joseph Smith pada 1830 di New York.

Pada masa lalu, kaum Mormon ke­rap diasosiasikan dengan poligami. Pada awal pendiriannya, gereja ini memang men­dukung perkawinan ganda. Praktek ini mendapat banyak tentangan hingga pa­da 1890 Presiden Amerika Serikat, Wilford Woodruff, melarang poligami dan se­jak itu pengikut Mormon pun meng­hen­tikan praktek itu, meski tidak semua se­tu­ju. Termasuk sekte FLDS belakang­an ini. Para pemimpinnya mendengungkan: mereka yang memiliki tiga istri atau lebihlah yang bisa masuk surga.

Namun, tak seperti kelompok pendukung poligami lainnya, anggota FLDS hanya tunduk pada perintah satu nabi: Warren Jeffs. Ia menggantikan ayahnya, Rulon Jeffs, yang meninggal pada 1972. Sebagai ”nabi”, Jeffs yunior punya mandat menentukan siapa harus menikahi siapa dan di mana. Tak cuma menikahkan, ia juga bisa memisahkan para istri dari suaminya dan ”mengirim” wanita-wanita itu ke pria lain, termasuk dirinya.

Konon, 70 wanita anggota FLDS te­lah dikawini Jeffs. Dari jumlah itu, le­bih dari selusin adalah janda almar­hum ayah­nya. Di situlah Jeffs tersandung hukum. Di Utah, ia terjerat pasal ”mem­bantu terjadinya kejahatan pemerkosaan” ka­re­na ia mengatur pernikahan gadis-ga­dis belum cukup umur dengan pria-pria yang jauh lebih tua. Di Arizona, ia diha­jar pasal serupa plus ”melakukan hubungan seksual dengan wanita di bawah umur”. Ya, dua tahun lalu lima re­ma­ja pria telah mengadukan Jeffs, yang mengeluarkan mereka dari komuni­tas FLDS. Mereka ditendang ”supaya anggota yang lebih tua lebih leluasa ber­­kompetisi mendapatkan istri”.

”Nabi” itu kini meringkuk di tahanan federal Las Vegas. Belum jelas apa­kah dia akan diekstradisi ke Arizona atau Utah. Tampaknya, Utah akan me­nim­pakan hukuman terberat baginya dibanding negara bagian yang lain.

Hingga kini, lebih dari 30 ribu orang me­nikahi lebih dari satu orang di Utah, Idaho, Montana, dan Arizona. Ada yang me­­lakukannya karena menjalankan ke­per­cayaan dan kebudayaan Mormon, ada pula yang sekadar menjalankannya sebagai gaya hidup, tanpa mencantol ke sekte atau kelompok religius apa pun. Pemerintah Negara Bagian Utah pun melakukan sederet tindakan menen­tang poligami dengan menugasi penyidik khusus untuk mendekati ”kelompok ra­hasia” ini.

Hukum federal Amerika Serikat memang melarang poligami. Ganjarannya akan lebih berat jika praktek ini dilakukan terhadap gadis-gadis di bawah umur. Karena itulah, ada sejumlah anggota FLDS yang ditangkap karena ketahuan melakukan poligami. Salah satunya Kelly Fischer, UMU, warga Colorado City.

Semula tak ada yang istimewa dari pria yang tinggal dengan istri dan anak ang­katnya seorang remaja putri ber­usia 15 tahun itu. Sampai suatu ketika si ga­dis hamil, para tetangga menduga-­du­ga. Dan benar: Fischer ternyata telah me­ngawini anak di bawah umur itu da­lam sebuah upacara rahasia komunitas FLDS. Berkat laporan tetangga­nya, yang kebetulan bekas anggota sekte yang sama, Fischer dicokok polisi.

Penangkapan Fischer diikuti oleh tujuh pria anggota komunitas FLDS de­ngan tuduhan serupa. Pengadilan Fischer dan kawan-kawan dianggap sukses dan dijadikan contoh soal penanganan kasus poligami oleh Pemerintah Negara Bagian Arizona dan Utah. Pengacara Fischer sempat menyatakan akan membawa istri muda Fischer dan ibu si gadis untuk memberi kesaksian: mereka menikah tanpa paksaan, dan berbahagia seperti keluarga lain. Namun, peng­adilan menolak. Kedua negara bagian itu kini mengembangkan sistem pengadilan untuk kasus-kasus serupa, tanpa perlu mendengarkan kesaksian korban.

Beberapa kelompok pendukung po­li­ga mi merasa perlakuan hukum seperti ini tak tepat. Marlyne Hammon, yang tinggal Centennial Park—komunitas yang berpisah dari gereja FLDS sekitar 20 tahun lalu—khawatir pasal-pasal itu salah sasaran. Pelaku kawin ganda akan terbidik, tapi yang menikah dengan anak di bawah umur akan lolos. Menurut dia, banyak gadis di bawah umur di Arizona yang punya anak dengan pria yang le­bih tua, namun memilih tidak menikah. ”Bagaimana dengan mereka, apakah dijerat juga?” sergahnya. Hammon menu­ding larangan yang diatur dua negara bagian itu ”sudah melampaui batas”.

Sejumlah aktivis Koalisi Kebebasan Beragama dan Toleransi pada 2002 mendatangi kantor parlemen di Utah. Me­reka memperjuangkan poligami sebagai bagian dari hak asasi manusia. Mereka melobi para anggota parlemen supaya Undang-Undang Antipoligami bisa di­amendemen.

Ternyata yang menentang masih lebih banyak. Aksi antipoligami terus bergulir. Salah satu yang menyedot perhatian publik Utah adalah kasus Tom Green pada 2001. Kasus ini merebak di media menjelang Olimpiade musim dingin di Salt Lake City setahun berikutnya. Bahkan sebuah bir diberi label Polygamy Porter, yang bergambar seorang pria dengan beberapa wanita, sebagai ejekan bagi para pendukung poligami.

Kini, polisi berharap penangkapan Jeffs mengakhiri kegiatan sekte ini. Jaksa Agung Arizona, Terry Goddard, menyatakan penangkapan ini sebagai ”awal kehancuran FDLS”. Ia juga berharap ”jemaah” Jeffs akan terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil dan melemahkan sekte.

Tapi, banyak juga yang ragu. Rod Parker, pengacara yang mewakili anggota FLDS, menyebut: para penganut sekte ini percaya bahwa Jeffs telah dipilih Tuhan untuk menjadi pemimpin. Karena itu, meski berada dalam tahanan, ia tetap dianggap sebagai nabi dan selalu ada orang lain yang menjalankan aktivitas kepemimpinan sehari-hari di gereja. Buktinya, selama berbulan-bulan dalam pelarian, dia sanggup meng­atur FLDS. Kenapa sekarang tidak?

Polisi kini juga lebih berhati-hati. Meski sang pemimpin telah tertangkap, mereka tak mau buru-buru menggerebek pusat kegiatan kelompok FLDS. Aparat keamanan di Utah tak mau kejadian seperti pengepungan sekte Cabang Davidian di Waco, Texas, pada 1993 terulang. Waktu itu, sedikitnya 80 anggota sekte tewas.

Selama di pelarian, Jeffs selalu meyakinkan pengikutnya bahwa ia tak akan tertangkap karena Tuhan melindungi­nya. Nyatanya, kepercayaan Jeffs ber­tabrakan dengan kejadian Senin malam di perempatan kecil di Las Vegas, ”sang nabi” yang punya seribu titah itu t­ertangkap tanpa bisa menyelamatkan ­di­rinya sendiri.

Andari Karina Anom (BBC, Time. The Salt Lake City Tribune)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus