Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kemarahan di luar lapangan

Sejumlah aksi dan pernyataan solidaritas terhadap mahasiswa cina bermunculan di seantero dunia, termasuk indonesia. kecaman dunia terhadap cina, mulai dari pembekuan hubungan diplomatik, ekonomi, dll.

17 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hongkong: Di koloni Inggris yang 8 tahun lagi harus tunduk pada Beijing ini massa menggebrak dengan menggelar pemogokan umum. Ujian sekolah yang jatuh pada Senin pekan lalu pun berantakan. Maklum, banyak pelajar lebih suka taat pada imbauan Persatuan Guru Profesional agar ikut pawai belasungkawa. Sejak awal pekan ini reaksi massa terhadap pembantaian Tiananmen ganti fokus. Tak lagi mendukung gerakan prodemokrasi, tapi menuntut jaminan adanya demokrasi bila Hong Kong sudah di tangan RRC. Manila: Di "Kota People Power" ini berlangsung hal yang jarang terjadi. Mahasiswa Cina di sini, baik yang dari RRC maupun Taiwan, pekan lalu bergabung dalam acara unjuk rasa bersama mahasiswa dari Hong Kong dan Filipina. Mereka semua menyerukan satu suara, "Matilah Deng Xiaoping dan Li Peng!" New York: Akhir pekan lalu, sekitar 30 ribu orang Cina mengadakan pawai di kota ini konon merupakan demonstrasi terbesar yang pernah dilakukan orang Cina di AS. Sementara itu, 40 rekan seperjuangan yang mengadakan aksi mogok makan di depan Markas Besar PBB sejak Senin pekan lalu, tetap berlanjut dan belum terdengar ada yang diangkut ke rumah sakit. Mereka menuntut agar Dewan Keamanan PBB bersidang untuk membicarakan pembantaian Tiananmen. San Francisco: Di salah satu kota besar di AS ini tak cuma terjadi demonstrasi solidaritas terhadap mahasiswa Beijing. Di sini, di depan 10 ribu aksi solidaritas, akhir pekan lalu, Wakil Konsul RRC Bidang Kebudayaan Chou Liming dan seorang anak buahnya menyatakan membelot dari Beijing. Pembelotan kedua setelah ahli astrofisika dan pembangkang terpopuler Cina, Fang Lizhi, dan istrinya minta perlindungan di Kedubes AS di Beijing. Moskow: Di ibu kota glasnost dan perestroika ini rakyat turun ke jalan sambil menyerukan: "Glasnost dan perestroika bagi rakyat RRC." Budapest: Dari ibu kota salah satu negeri sosialis Hungaria ini PM Gyula Horn mengkritik cara pemerintah RRC menumpas mahasiswa. Katanya, "Kekerasan hanya memperkuat barisan perusuh, bukan pembaru." Yogyakarta: Di salah satu kota besar di Indonesia unjuk rasa solidaritas terhadap mahasiswa Cina terjadi juga. Rabu pekan lalu, sekitar 100 mahasiswa dari berbagai universitas di kota ini berkumpul di lapangan Pancasila, di kampus Universitas Gadjah Mada. "Tuntutlah Demokrasi Sampai ke Negeri Cina," bunyi salah satu poster mereka. Dalam resolusi dua folio, mereka menyebut-nyebut Wang Dan, salah seorang pemimpin aksi mahasiswa Beijing yang meninggal di rumah sakit karena tusukan bayonet tentara, yang mampu "menatap dengan jernih tanda-tanda kehidupan di negerinya yang mengarah kepada pembiusan rakyat." Resolusi juga minta kepada pemerintah Indonesia untuk menunda normalisasi hubungan RI-RRC. Jakarta: Para pembela hak asasi di ibu kota Indonesia tak ketinggalan. Senin pekan lalu dari kantornya langsung disebarluaskan pernyataan tentang peristiwa Tiananmen. "Kejadian di Cina mengajarkan kita betapa pentingnya sinkronisasi antara perkembangan politik dan ekonomi," bunyi salah satu kalimat pernyataan sehalaman folio dari Lembaga Pembela Hak Asasi Manusia, yang ditandatangani direkturnya, Haji J.C. Princen. Paris: Selain aksi solidaritas muncul di kota ini juga, pemerintah Prancis mengumumkan pembekuan hubungan diplomatik. Di samping itu, sebagaimana yang juga diumumkan oleh AS, Inggris, Belanda dan Swedia, Prancis pun menyetop semua penjualan senjata ke RRC. London: Ada aksi di kota ini yang agak menyimpang dan kecenderungan umum dunia, yang langsung membela mahasiswa Cina dan mengecam pemerintah Beijing. Berdasarkan sebuah pengumpulan pendapat, ternyata tak sampai separuh responden yang menghendaki penundaan penyerahan Hong Kong kepada RRC. Juga tak sampai separuh yang mau memberi hak kepada orang Hong Kong untuk bermukim di Inggris. Ini sesuai dengan sikap PM Margaret Thatcher, yang menegaskan. "Tak akan ada perubahan dalam soal pengembalian Hong Kong kepada RRC." Washington: Sementara Presiden Bush bersikap hati-hati, hanya membatasi sanksi pada pelarangan penjualan senjata kepada RRC, muncul ketegangan antara kedua negara awal pekan ini. RRC minta agar Fang Lizhi dan istrinya, yang minta perlindungan di Kedubes AS di Beijing, diserahkan. Fang dituduh "terlibat kejahatan menentang propaganda revolusioner." Tak ada berita tentang hasil perundingan Menlu James Baker dengan Han Xu, Dubes RRC di Washington.Prg.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum