KETIKA Wattana Asavahem, Wakil Menteri Dalam Negeri Muangthai, berangkat ke Singapura belum lama ini, ia membawa dua koper penuh jimat kecil. Bukan untuk dijual, tetapi untuk membekali 30.000 buruh Thai yang bekerja di proyek bangunan di negeri Lee Kuan Yew itu. Sejak Januari lalu, sudah 14 buruh meninggal mendadak dan misterius. Maka, "Mereka perlu diperkuat mentalnya," kata Wattana. Wattana ke Singapura sebagai ketua delegasi departemen kesehatan dan tenaga kerja Muangthai untuk menyelidiki kematian yang misterius itu. Ternyata, kasus kematian semacam itu sudah mencapai angka 200 sejak buruh Muangthai mulai bekerja di Singapura pada 1983. Bahkan, setelah dicek lebih lanjut oleh kedutaan-kedutaan Muangthai di negeri lain yang menampung pekerja-pekerjanya, baru ketahuan bahwa kasus yang sama juga terjadi di Brunei, Malaysia, dan Arab Saudi. Di Arab Saudi, kurang lebih 500 pekerja telah meninggal sejak 1965. Dokter-dokter di Singapura mengatakan pekerja-pekerja malang itu meninggal akibat serangan jantung. Korban tampak sehat, berumur antara 25 dan 40 tahun. Semula, pejabat-pejabat Muangthal menduga bahwa penyebab kematian itu adalah asap Hydrogen Chloride Beracun (Toxic) dari pipa pralon (PVC) yang digunakan oleh para pekerja untuk memasak nasi ketan, makanan sehari-hari mereka. Di kampung mereka, di bagian timur laut Muangthai, daerah termiskin di Muangthai, mereka menggunakan bambu. Tetapi, pejabat kesehatan Singapura menyangsikan teori tersebut, karena asap beracun itu dianggap terlalu sedikit untuk membuat dampak seserius itu. Beberapa teori lain dikemukakan, misalnya soal makanan. Atau soal minuman keras yang dicampur dengan obat kuat yang digemari pria-pria Muangthai. Tetapi, semua itu baru dugaan. Anehnya, penyakit misterius ini mirip sekali dengan penyakit yang melanda pengungsi-pengungsi Indocina yang bermukim di AS. Menurut informasi pusat penyakit menular AS, antara 1977 dan 1982, sebanyak 51 pengungsi Indocina meninggal tanpa diketahui sebabnya. Korban-korban itu meninggal ketika tidur. Ahli-ahli Amerika menamakan penyakit ini "gejala kematian malam tiba-tiba yang tak jelas". Yuli Ismartono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini