Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) menyatakan masih berupaya memeriksa WNI yang kemungkinan bergabung dengan kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yakni kelompok pemberontak yang menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Terkait dengan kemungkinan WNI yang bergabung dengan HTS, kami masih terus monitor. Kami masih terus mencari data-datanya," kata Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kemlu, Judha Nugraha, saat menggelar konferensi pers di kantor Kemlu, Jakarta Pusat pada Senin, 16 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Judha mengungkapkan jumlah WNI yang bersedia dievakuasi masih fluktuatif karena WNI beralasan saat ini kondisi di Suriah sudah lebih aman. Secara khusus, WNI dari kalangan mahasiswa banyak yang membatalkan ikut evakuasi karena merasa sudah aman jika dibandingkan dengan pertempuran yang terjadi awal bulan lalu.
Judha mengingatkan pemerintah bertugas memfasilitasi evakuasi WNI. Namun, setiap WNI bebas untuk memilih apakah mau dievakuasi atau tidak.
Kemlu berupaya mengevakuasi WNI yang masih berada di Suriah usai kelompok pemberontak menggulingkan Presiden Bashar al-Assad. Berdasarkan catatan Kemlu, sebanyak 65 orang WNI dari Suriah yang telah tiba di Indonesia.
"Hingga saat ini dapat kami sampaikan ada dua gelombang evakuasi WNI yang sudah dilakukan. Alhamdulillah 65 WNI telah tiba di Indonesia," ucap Judha.
Judha menuturkan 65 WNI tersebut terdiri dari 47 pekerja migran (TKI/TKW) dan 18 orang WNI lainnya merupakan anggota keluarga mereka di Suriah. Ke-65 WNI itu, terdiri 55 perempuan dan 10 laki-laki yang berasal dari 10 provinsi di Indonesia.
Berdasarkan laporan Al Jazeera, pada Minggu dini hari, 8 Desember 2024, pasukan oposisi menyatakan Suriah telah terbebas dari kekuasaan Bashar al-Assad ketika pasukan oposisi menyerbu ke ibu kota. Mantan presiden Suriah itu dilaporkan telah melarikan diri dari Damaskus, dan mendapatkan suaka dari Rusia.
Runtuhnya kekuasaan keluarga Assad yang telah berlangsung selama lebih dari 53 tahun telah digambarkan sebagai momen bersejarah–hampir 14 tahun setelah warga Suriah melakukan protes damai terhadap pemerintah yang membalas dengan kekerasan yang dengan cepat berubah menjadi perang saudara.
Pilihan editor: Hamas Rilis Video Sandera Israel di Gaza
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini