Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kepakan Sayap 'Al-Qaidah' dari Sahara

Kelompok teroris Islam garis keras kembali menggebrak. Di Afrika Utara, mereka menemukan ladang jihadnya lagi. Alih-alih diaku Al-Qaidah, mereka dituding sebagai teroris bayaran Amerika dan Inggris.

27 Januari 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMANYA MOKHTAR Belmokhtar. Badannya tegap dan berbalut kemeja loreng. Ketika kamera perekam dinyalakan, telunjuknya yang kurus tiba-tiba terapung, naik-turun mengiringi setiap perkataannya yang ia lafalkan dalam bahasa Arab.

Kamis dua pekan lalu, video pernyataan bekas komandan Al-Qaeda in the Islamic Maghreb (AQIM) yang berjulukan teroris bermata satu—karena kehilangan mata kiri dalam perang melawan pemerintah Aljazair pada 1990-an—ini beredar. Dalam tayangan yang hampir berdurasi dua menit itu, veteran perang Afganistan tersebut cuap-cuap bahwa ia bertanggung jawab atas penyanderaan dan penculikan yang dilakukan brigade bertopeng bawahannya sehari sebelum video beredar.

"Kami akan membalas semua perbuatan yang kalian lakukan terhadap Mali," katanya dalam video yang tayang eksklusif di stasiun televisi Sahara Media yang berbasis di Mauritania itu.

Ya, 16 Januari lalu, 32 anggota kelompok teroris pimpinan Belmokhtar menghadang dua bus yang ditumpangi para pekerja lokal dan asing di Tigantourine, Aljazair, dekat Amenas—ladang minyak dan gas milik perusahaan yang bermarkas di London, Inggris, British Petroleum (BP). Dengan perlengkapan senjata berat, mereka lantas menyandera para pekerja. Perlawanan petugas keamanan sempat merepotkan para teroris. Namun, karena kalah jumlah, mereka pun menyerah.

Walhasil, korban pun berjatuhan. Menurut data dari kantor berita BBC, pada saat baku tembak berlangsung, dua pekerja tewas dan enam orang luka-luka. Seorang pekerja lokal Aljazair dan seorang pekerja berkebangsaan Inggris tewas. Sedangkan enam korban lain, terdiri atas dua orang Inggris, satu pekerja Norwegia, dua polisi, dan satu petugas keamanan perusahaan, terluka hebat.

Tak puas membunuh dan mencederai, para penyekap lantas membajak dua bus yang diserangnya. Keduanya mereka arahkan kembali ke situs tambang minyak dan gas BP. Di sana mereka kembali menggila, menyekap dan mencoba menguasai kilang milik perusahaan yang mempunyai kantor di hampir 80 negara ini. Selama empat hari mereka bertahan bertamengkan pekerja dari berbagai negara yang jumlahnya ratusan, 685 pekerja Aljazair dan 107 pekerja asing.

Pasukan keamanan Aljazair lantas merespons keras drama penyanderaan itu. Berkendara lima helikopter, mereka mengepung tempat penyanderaan. Ketegangan pun memuncak. Para penyandera sempat ingin bernegosiasi. Dalam sebuah percakapan telepon, pemimpin kelompok Abdel Rahman al-Nigiri menginginkan pertukaran tawanan—rekan mujahid yang ditangkapi pihak Prancis di Aljazair dan Mali agar dibebaskan, tapi permintaan mereka tidak dikabulkan. Serdadu Aljazair merangsek, memberondong para teroris dan tawanan. Kontan, sekali lagi, korban berjatuhan.

Seusai serangan operasi pembebasan tawanan pada Sabtu dua pekan lalu itu disebutkan paling sedikit 81 orang tewas. Sebanyak 32 orang berasal dari pihak begundal teroris, sedangkan 49 jenazah lainnya ditemukan dari pihak pekerja, yang 38 orang di antaranya pekerja asing. Kalangan internasional sempat memprotes serangan militer Aljazair, hanya Prancis yang mendukung mereka.

"Tidak boleh ada negosiasi. Respons yang tepat sudah diperlihatkan militer Aljazair. Mereka tidak salah. Yang perlu disalahkan atas kematian tawanan itu adalah para teroris," kata Presiden Prancis Francois Hollande seperti dikutip AFP.

1 1 1

BRIGADE Bertopeng. Itu adalah nama milisi baru buatan Belmokhtar, yang ternyata sudah menyatakan keluar dari AQIM. Menurut beberapa sumber yang dikutip Christian Science Monitor, kelompok ini menguasai daerah yang luas merentang meliputi lima negara di Afrika Utara—sebagian Mauritania, Mali, Nigeria, Libya, dan sedikit perbatasan Chad.

Kelompok bertopeng ini adalah kelompok utama di balik drama penyanderaan ratusan pekerja BP. Mereka, ujar Michel Chossudovsky, profesor ekonomi dan pengamat teroris dari Kanada, mengklaim sebagai organisasi yang berafiliasi langsung dengan Al-Qaidah besutan Usamah bin Ladin. "Tapi mereka menggunakan Al-Qaidah sebagai topeng sesungguhnya," kata Chossudovksy. Sebab, dia melanjutkan, di balik mereka sebenarnya ada CIA, agen intelijen Amerika Serikat, dan MI6—biro intelijen Inggris untuk luar negeri. Belum lagi sokongan dana dari Qatar.

Tuduhan Chossudovksy rupanya benar-benar serius. Abang Sam dan Inggris dituding berada di balik aksi penyanderaan. Tujuannya adalah untuk kembali menghidupkan tema lama dua negara, yakni "perang melawan teroris". Rantainya, ujar dia, berawal dari pendirian AQIM pada 2007, yang langsung bersekutu dengan Kelompok Pejuang Islam Libya, yang para pentolannya diketahui adalah rekrutan CIA dan MI6. "Sebuah dokumen MI6 menyebutkan bahwa mereka pernah membiayai para pejuang asal Libya dan Afrika Utara di Afganistan. Nah, kini itu mencapai titiknya. Topeng mereka yang dibiayai sudah mulai terkuak," katanya.

Di Sahara, kini hari kembali pada sebuah masa yang biasa. Namun kekhawatiran tetap menggelayut. Sebab, Belmokhtar si Juragan Marlboro (baca boks) masih tetap berkeliaran menebar ketakutan di sela operasi pencarian sisa tawanan asing yang masih dinyatakan hilang. Tak mengherankan bila ia yang tampil di video pertanggungjawaban.

Sandy Indra Pratama


Koboi Gurun Juragan Marlboro

Kemunculan sosok pria yang pernah dikabarkan mati pada Juni tahun lalu dalam pertempuran di Kota Mali Gao, Mokhtar Belmokhtar, jelas sangat mengejutkan. Wajahnya yang penuh ditumbuhi kumis dan janggut itu tiba-tiba muncul di layar kaca. Kamis dua pekan lalu, ia mengatakan bertanggung jawab atas serangkaian aksi penyanderaan berdarah yang berlangsung selama empat hari di ladang gas Ansema di Aljazair.

Ya, Belmokhtar mengaku sebagai pemimpin Brigade Bertopeng—kelompok teror baru yang melepaskan diri dari Al-Qaeda in the Islamic Maghreb lantaran tak cocok di lingkungan internal.

Lelaki kelahiran Ghardaia, Aljazair, 40 tahun lalu itu bukan sosok yang asing bagi pemerhati keamanan Afrika. Ia disebut Koboi Gurun lantaran aksi penculikan dan kekerasannya selama ini di perbatasan lima negara Afrika Utara (Mauritania, Mali, Nigeria, Libya, dan sedikit perbatasan Chad). Belmokhtar sangat terkenal dan dihormati di kalangan garis keras Afrika Utara. Maklum, ia alumnus perang Afganistan—palagan prestisius bagi para pejuang Islam.

"Saya pernah melihat semua orang tampak ingin membahagiakannya," kata Richard Barrett, koordinator mantan tim pemantau Al-Qaidah-Taliban di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menurut dia, kelicinan Belmokhtar berlari dari tangkapan otoritas keamanan di lima negara membuatnya dijuluki The Uncatchable.

Persentuhan Belmokhtar dengan kehidupan bersenjata bermula saat usianya menginjak belasan tahun pada saat bergabung dengan militer Aljazair. Tak puas dengan perlawanan bersenjata di negaranya, ia berangkat ke Afganistan untuk ikut memerangi Uni Soviet. Setelah serdadu Soviet ditarik dari tanah Afganistan pada 1989, dia mudik ke Aljazair dan kembali mengobarkan perang untuk menggulingkan penguasa.

Kini Belmokhtar berbasis di Mali. Selain berjuang membebaskan Mali dari kungkungan Prancis, ia memiliki reputasi sebagai penyelundup. Dia mendapat jutaan dolar dari penyelundupan. Barang-barang yang ia selundupkan dari senjata, obat-obatan, hingga rokok. Saking aktifnya Belmokhtar menyelundupkan rokok, sampai-sampai pemerintah Prancis memberinya julukan Mr Marlboro.

Bagi sebagian pengamat, tindak tanduk Belmokhtar sebenarnya tidak terlalu kental dengan gerakan Islam garis keras. Menurut pakar terorisme dari London, Inggris, Jeremy Binnie, Belmokhtar lebih banyak disebutkan dalam kasus penyelundupan dibanding aksi terorisme. "Dia lebih tertarik dalam membuat uang daripada berbicara ideologi Islam garis keras," ujarnya seperti diberitakan CBC News.

Belmokhtar, kata Barrett, juga terkenal tukang kawin. Di setiap suku di perbatasan lima negara, ia memiliki istri. Tapi itu, menurut Barrett, merupakan salah satu strategi cerdik Belmokhtar. Sebab, dengan demikian, ia bisa mengendalikan semua suku istrinya dengan kekuasaan uangnya. "Setelah itu, semua orang di banyak suku mengasihi dan melindunginya," katanya memuji strategi Belmokhtar di Telegraph. Memang benar-benar seorang koboi.

Sandy Indra Pratama

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus