Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kerusuhan di Inggris: Mengapa kelompok Sayap Kanan Menyerang Imigran dan Muslim?

Polisi menangkap ratusan orang dari kelompok sayap kanan ketika kerusuhan yang dipicu oleh kebencian dan informasi yang keliru mencengkeram Inggris.

6 Agustus 2024 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Para pengunjuk rasa sayap kanan membakar tempat sampah dalam aksi anti-Imigran di luar sebuah hotel di Rotherham, Inggris, 4 Agustus 2024. Badai disinformasi anti-Muslim di media sosial telah memicu kekerasan Islamofobia dan sayap kanan setelah penusukan massal yang menewaskan tiga anak pada 29 Juli 2024. REUTERS/Hollie Adams

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika kerusuhan terus berkecamuk di Inggris, hotel-hotel yang menampung para pencari suaka dibakar oleh para penghasut sayap kanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hotel Holiday Inn Express di Tamworth, di Inggris utara, dibakar. Para perusuh juga berkumpul di dekat hotel Holiday Inn Express yang digunakan untuk menampung para pencari suaka di Rotherham. Kedua insiden tersebut terjadi pada Minggu, 4 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Protes yang dipimpin oleh kelompok-kelompok sayap kanan telah meningkat menjadi bentrokan dengan polisi di berbagai kota, seiring dengan gelombang kerusuhan di Inggris. Kerusuhan ini dipicu oleh xenofobia dan informasi yang keliru seputar pembunuhan tragis terhadap tiga orang gadis dalam sebuah insiden penikaman, yang melanda seluruh negeri. Sekitar 400 orang telah ditangkap.

"Saya jamin Anda akan menyesal telah mengambil bagian dalam kekacauan ini, baik secara langsung maupun mereka yang memicu kekacauan ini secara online," ujar Perdana Menteri Keir Starmer dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi pada Minggu. Dia menyebut kerusuhan tersebut sebagai "premanisme ilegal yang terorganisir" oleh sebagian kecil warga Inggris.

Dalam cengkeraman kekerasan hari keenam, Downing Street mengadakan pertemuan darurat di ruang briefing Kantor Kabinet (Cobra).

Inilah yang perlu Anda ketahui:

Apa yang menyebabkan terjadinya peristiwa ini?

Minggu lalu, dalam sebuah lokakarya tarian dan yoga bertema Taylor Swift di sebuah pusat komunitas di Southport, Inggris, tiga orang gadis muda ditikam hingga meninggal oleh tersangka berusia 17 tahun, Axel Rudakubana. Ia lahir di Cardiff, ibu kota Wales, dari orang tua Kristen Rwanda.

Informasi palsu di media sosial mengklaim bahwa tersangka adalah seorang imigran Muslim.

Para pelaku kerusuhan tersebut sangat vokal dalam menyuarakan kebencian mereka terhadap para imigran. Namun, ada juga rasa xenofobia yang mendasari terhadap komunitas minoritas di Inggris, terutama Muslim, kata para analis.

Rosa Freedman, seorang profesor di Universitas Reading, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kerusuhan tersebut merupakan hasil dari keterlibatan pemerintah Konservatif terdahulu dengan kelompok-kelompok sayap kanan yang rasis.

"Alih-alih menyembunyikan wajah mereka, mereka sekarang telah muncul... kita tidak bisa menyalahkan Partai Buruh yang telah [baru] berada di pemerintahan [selama] empat minggu terakhir," katanya.

Sementara itu, penghasut seperti Tommy Robinson memicu ketegangan.

Terlahir dengan nama Stephen Christopher Yaxley-Lennon, aktivis sayap kanan dan salah satu pendiri English Defence League (EDL) ini sibuk mengunggah video-video bernada menghasut kepada 800.000 pengikutnya di X, mengecam Muslim, migran, lembaga-lembaga politik, dan polisi.

Dia memposting dari jauh, kabarnya di Siprus. Seorang hakim Pengadilan Tinggi mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Robinson setelah dia gagal hadir di Pengadilan Tinggi pada Senin untuk sidang dalam kasus penghinaan pengadilan atas kasus pencemaran nama baik. Dalam kasus ini, dia kalah melawan pengungsi Suriah, Jamal Hijazi.

Influencer Andrew Tate, yang menyatakan bahwa tersangka Southport tiba di Inggris dengan menggunakan perahu, dan anggota parlemen Nigel Farage, yang akan dibahas lebih lanjut, juga dituduh memicu perpecahan.

Di mana saja kerusuhan itu terjadi?

Di beberapa kota besar dan kecil di seluruh negeri.

Selain Southport, Rotherham dan Tamworth, bentrokan juga dilaporkan terjadi di Manchester, Liverpool, Belfast di Irlandia Utara, dan kota-kota lainnya.

Unggahan-unggahan di media sosial menggambarkan rencana ajang-ajang sayap kanan lainnya. Al Jazeera tidak dapat memverifikasi klaim-klaim ini secara independen.

Prime Minister Starmer said he “utterly” condemns “far-right thuggery”.

Apa yang dikatakan pemerintah?

Perdana Menteri Starmer mengatakan bahwa ia "benar-benar" mengutuk "premanisme sayap kanan".

Menteri Dalam Negeri Yvette Cooper menyatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Sky News: "Akan ada orang-orang yang berpikir bahwa mereka akan pergi berlibur musim panas minggu ini, dan sebaliknya mereka akan menghadapi ketukan di pintu dari polisi."

Nigel Farage, pemimpin anti-imigrasi dari gerakan populis Reform UK yang kini menjadi anggota parlemen, telah memicu ketegangan. Pada Mei, ia menyatakan umat Islam tidak memiliki nilai-nilai yang sama dengan Inggris.

"Apa yang Anda lihat di jalanan Hartlepool, London atau Southport tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang akan terjadi dalam beberapa minggu ke depan," ujar Farage baru-baru ini.

Dia juga membenarkan alasan kerusuhan.

"Kelompok ekstrem kanan adalah reaksi terhadap ketakutan, ketidaknyamanan, dan kegelisahan yang dirasakan oleh puluhan juta orang di luar sana," katanya.

Neil Basu, mantan kepala kepolisian kontra-terorisme Inggris, menuduh Farage tidak bertindak cukup jauh dalam mengutuk kekerasan tersebut.

"Apakah Nigel Farage mengutuk kekerasan? Apakah dia mengutuk EDL? Menyulut perselisihan di masyarakat adalah tujuan mereka," kata Basu.

Menteri Kepolisian Dame Diana Johnson menjanjikan konsekuensi dan tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kekacauan dan kekerasan di jalanan.

"Ketika saya melihat orang-orang menjarah beberapa toko di pusat kota, itu tidak ada hubungannya dengan protes yang tulus atau orang-orang yang memiliki pendapat berbeda tentang imigrasi," kata Johnson.

Apa selanjutnya?

Polisi dan pejabat mengatakan kepada masyarakat bahwa pelaku kekerasan dan pelecehan akan dihukum. Sementara itu, komunitas etnis minoritas dan imigran menjadi lebih takut.

Dalam konferensi pers baru-baru ini, Asisten Kepala Polisi South Yorkshire, Lindsey Butterfield, menyatakan, "Jika Anda berada di sana, kami akan menemukan Anda dan Anda akan dimintai pertanggungjawaban atas kekerasan kemarin."

Anggota parlemen veteran dari Partai Buruh, Diane Abbott, mengatakan di X, "Kerusuhan anti-imigran di seluruh negeri dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mengancam nyawa, harta benda, dan kepolisian kita. Kita perlu memanggil kembali Parlemen."

Dame Sara Khan, seorang penasihat independen untuk tinjauan terhadap kohesi sosial dan ketahanan terhadap ekstremisme, mengatakan kepada Guardian bahwa "ancaman ekstremis dan kohesi memburuk".

"Negara kita sangat tidak siap," katanya. "Ada celah dalam undang-undang kita yang memungkinkan para ekstremis ini beroperasi dengan impunitas."

AL JAZEERA

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus