Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ketika Rouhani Meninggalkan Basa-basi

Rouhani mengeluhkan intervensi politik Garda Revolusi. Pasukan elite ini telah menjadi suatu lembaga usaha besar yang meliputi berbagai sektor ekonomi.

15 Mei 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akhirnya kampanye pemilihan Presiden Iran yang berujung pada awal bulan ini meninggalkan basa-basi dan mulai membongkar apa yang selama ini terbungkus rapat di mata orang ramai. Presiden Hassan Rouhani, yang kembali mengajukan diri sebagai kandidat presiden dan tengah terjepit tekanan dari dalam dan luar negeri itu, berkata tanpa sensor.

Di hadapan jutaan pasang mata yang menyaksikan debat terbuka yang disiarkan langsung di stasiun televisi, ia menyebutkan kandidat pesaingnya, Ebrahim Raisi, ikut bertanggung jawab atas eksekusi massal pada 1980-an. Gelombang eksekusi orang-orang kiri pada 1980-anterutama kelompok Marxis, Mojahedeen e-Khalqmerupakan lembaran hitam dalam sejarah Revolusi Iran yang hingga kini belum pernah diakui pemerintah. Dua kekuatan yang menumbangkan rezim Shah Reza Pahlevi pada 1979 akhirnya berpisah, dan kaum mullah kemudian berhasil menyingkirkan orang-orang Marxis dalam serangkaian persekusi berdarah.

Dalam suasana kampanye, para pendukung Raisi menjawab serangan itu dengan mengedarkan sebuah video di media sosial. Video tentang seorang pejalan kaki yang melirik sebuah foto bom mobil yang meledak dahsyatsampai akhirnya dia menyadari bahwa peristiwa mengerikan itu terjadi di Teheran, Iran. Waktu itu Mojahedeen e-Khalq membalas teror dengan teror: dengan bom yang mengguncang masjid dan tempat-tempat publik. Iran banjir darah.

Serangan Rouhani yang serba apa adanya juga menghantam hal sensitif lain: intervensi politik Garda Revolusi. Empat tahun lalu, Rouhani memang sempat mengingatkan agar pasukan elite pengawal revolusi ini menjauhi politik dengan ungkapan yang sangat santun. Melihat beberapa orang veteran Garda duduk sebagai anggota parlemen, sambil menyitir ucapan Ayatullah Khomeini, ia menyampaikan bahwa tugas Garda melampaui politik praktis. Namun apa yang baru diucapkan dalam debat itu sama sekali jauh dari sopan santun.

Di atas podium, ia memaparkan betapa Garda Revolusi telah menyabotase kesepakatan nuklir dengan menembakkan dua rudal balistik pada Maret 2016, dua bulan setelah pencabutan sanksi terhadap Iran. ¡±Mereka membubuhkan pesan pada rudal yang hendak ditembakkan itu agar kita tak dapat menangguk keuntungan (atas kemajuan yang telah dicapai),¡± katanya sengit. Suatu pesan dalam bahasa Ibrani yang tertera di dinding rudal: Israel harus lenyap dari Perjalanan Waktu ini. Dengan sabotase ini, Iran, yang baru saja terlepas dari sanksi belasan tahun, harus menghadapi sanksi lain.

Rouhani menghadapi tekanan dari Garda Revolusi, yang khawatir kesepakatan nuklir dengan negara-negara Barat akan mengurangi kekuasaannya selama initermasuk wewenang penuh atas proyek rudal Iran. Ya, 38 tahun setelah Revolusi Islam Iran yang mengguncang dunia itu, para pengawal revolusi telah menjelma menjadi sebuah ¡±superbody". Mereka bukan hanya sebuah lembaga yang bertanggung jawab langsung kepada pemimpin spiritual Ayatullah Ali Khamenei, tapi juga organisasi yang memiliki pasukan berkekuatan 15 ribu personel darat, udara, dan laut, serta telah mengembangkan bisnis dalam berbagai sektor ekonomi-dari energi sampai perbankan.

Keakraban Garda Revolusi dengan kelompok konservatif selama ini membuahkan banyak konsesi dan memungkinkan diversifikasi usaha. Banyak yang merasa berutang budi pada kelompok ini. Mantan presiden Mahmud Ahmadinejad tak pernah lupa bagaimana Garda Revolusi membabat demonstrasi para pendukung kandidat Mir Hussein Mousavi di jalan-jalan pada 2009.

Jumat, 19 Mei, warga Iran akan menjatuhkan pilihan kepada para kandidat presiden, tak terkecuali Rouhani, yang menghadapi rongrongan dari dalam dan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Presiden yang memasukkan Iran di antara tujuh negara muslim yang warganya dilarang masuk Amerika ini merontokkan harapan "normalisasi" hubungan Amerika-Iran yang mulai bersemi di masa kepresidenan Barack Obama.

Kesepakatan nuklir Iran memang belum mendatangkan keuntungan ekonomi, tapi beberapa kandidat konservatif juga tak tahu apa yang harus dilakukan dengan kesepakatan itu jika nanti mereka berkuasa.

Idrus F. Shahab (Associated Press, Reuters, The Economist)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus