HIRUK pikuk politik India kini agak mereda. PM India yang baru,
Chaudhury Charan Singh, 77 tahun, telah diambil sumpahnya oleh
Presiden Neelam Sanjiva Reddy akhir pekan lalu. Tetapi perbedaan
faham segera muncul lagi dengan pembentukan pemerintahan baru.
Maka seorang pendukung Singh mengeluh: "Kesulitan baru mulai.
Politik India akan memasuki babak baru."
Seperti halnya pada tahun 1977, ketika terbentuk partai Janata,
sekarangpun beberapa kelompok politik saling mencegah lawan
untuk mencapai kemenangan Koalisi yang mendukung PM Singh
agaknya bertujuan seperti itu, terutama berhasil mencegah
Morarji Desai, bekas PM untuk memimpin pemerintahan kembali.
Janata sendiri jadi tidak kompak, sebagai persaingan pimpinannya
seperti Singh dan Desai.
Ketika Sabtu lalu kabinet Singh itu akan dilantik, ternyata 6
calon menteri --kesemuanya dari Partai Kongres Nasional -- tidak
hadir. Pimpinan partai itu sendiri, Y.B. Chavan, datang. Di situ
terbayang kesulitan. Masih ada perbedaan pendapat dalam tubuh
partai Kongres itu mengenai partisipasinya dalam kabinet Singh.
Sebagai pemimpin oposisi dalam parlemen, Chavan pernah ditunjuk
oleh Presiden Reddy sebagai formatur kabinet baru. Ia gagal dan
mengembalikan mandatnya. Bersamaan dengan itu ia menyatakan
dukungannya bila Presiden leddy menunjuk Singh sebagai PM baru.
Selama satu minggu kemudian dua tokoh utama yang bersaingan
keras -- Singh dan Desai -- saling mencari jumlah pendukung
terbesar.
Tiap formatur harus mengumpulkan paling sedikit 270 suara dari
538 anggota parlemen. Satu ketika kedua petanding itu
menyampaikan daftar pendukung masing-masing kepada Presiden
Reddy. Dan masing-masing berisi 280 nama pendukung. Tentu
Presiden Reddy meragukan perkiraan mereka karena jumlah suara
dalam parlemen hanya 538. Lantas ia memerintahkan mereka untuk
berhitung lagi. Sibuklah Singh dan Desai. Tapi akhirnya terbukti
bahwa Desai hanya bisa mengumpulkan 236 suara pendukung, sedang
Singh 262.
Dengan dukungan 262 suara itu. Singh masih belum bisa mengklaim
mayoritas Beberapa anggota dari golongan sosialis dalam partai
Janata menyatakan meninggalkan partai itu. Namun pimpinannya,
bekas menteri perindustrian George Fernandez, berjanji akan
mendukung Singh. Adalah sikap Fernandez akhirnya yang mendorong
Presiden meminta Singh untuk membentuk pemerintah baru.
Fernandez mengemukakan keberatannya terhadap Janata pimpinan
Desai. "Kami tidak bakal mendukung suatu pemerintahan pimpinan
Desai yang dikuasai RSS," katanya. Rashtriya Swayamsevak Sangh
(RSS) adalah golongan ekstrim kanan Hindu, yang menampung
kegiatan bekas Jana Sangh. Golongan ini makin erat hubungannya
dengan Desai. Singh dalam Janata mewakili golongan sekular.
Presiden Reddy menunjuk Singh sebagai formatur baru lebih cepat
dari dugaan semula. Tampak Singh belum siap betul. Terbukti
Sabtu itu semua menteri yang dilantik kecuali 3 orang -- belum
mendapat jabatan nnereka, sedang 6 calon menterinya belum
hadir.
Betapa labilnya koalisi ini dibuktikan pula dengan bentuk
dukungan dari beberapa partai. Partai Komunis India
(pro-Moskow), Partai Kongres (Indira Gandhi) dan Blok Sosialis
-- semua itu menyatakan mendukung Singh dengan ketentuan bahwa
identitas partai mereka tetap dipertahankan. Bahkan dalam
parlemen mereka ingin tetap di pihak oposisi. Hal ini berarti
posisi Singh sewaktu-waktu bisa rontok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini