Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Karena Dagingnya Disukai Jepang

Berbagai jenis ikan panas mungkin bisa punah sehingga komisi international penangkap ikan paus membatasi penangkapannya. Binatang ini juga terancam oleh pencemaran laut karena minyak.(ling)

4 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDUDUK Florence, kota kecil di Oregon, Amerika Serikat, menyaksikan pada suatu pagi yang tenang sejumlah ikan paus raksasa berbaring di pantai. Seakan-akan mereka beristirahat di bentangan pasir yang landai. Dari laut, puluhan punggung ikan paus besar kecil tampak berenang menuju pantai. Segera penduduk itu berusaha menghalau, namun tidak berhasil. Ternyata jumlahnya mencapai 41, jenis ikan paus sperm sengaja membuang diri ke pantai itu. Pekan lalu peristiwa serupa terulang. Kali ini di pantai New Foundland, Kanada, sejumlah 170 ikan paus mengkandaskan diri. Penduduk sekitarnya pun berusaha menghalau. Tapi ikan raksasa itu menghempaskan diri di pantai berkarang sehingga akhirnya mati. Hanya sejumlah 60-an berhasil dihalau kembali ke laut lepas. Dalam sejarah berkali-kali ikan paus mendaratkan diri di pantai sendiri atau berkelompok. Diduga kelakuan itu disebabkan penyakit atau menghindari bahaya. Tragisnya, bila sampai di darat, karena berat badannya sendiri yang puluhan ton, paru-parunya terhimpit dan ia mati. Salah dugaan sementara orang bahwa ikan paus itu sengaja bunuh diri. Peristiwa di New Foundland itu diuga karena binatang itu mengalami bahaya laut yang dicemarkan oleh minyak. Dua bulan lalu tanker raksasa Kurdistan patah dua di karang pantai itu sehingga muatan minyak tercurah ke laut semua. Hampir bersamaan dengan peristiwa tragis tadi, di London hari depan ikan yang sudah mulai langka ini ditentukan. Sekelompok negara yang tergabung dalam Komisi Internasional Penangkap Ikan Paus (IWC), mengadakan pertemuannya. Anggota Amerika Serikat mengusulkan diadakan suatu moratorium (masa penangguhan) atas penangkapan ikan paus dari semua jenis. Amerika sendiri sudah berhenti menangkapnya, dan sejak tahun 1971 juga melarang mengimpor segala macam produk yang berasal dari ikan paus. Minyak ikan paus banyak dipergunakan untuk pembuatan sabun, detergen dan bahan kosmetik. Ia juga berguna bagi industri tekstil, kulit dan baja. Ia berharga pula sebagai pelumas -- diolah dengan belerang -- yang tahan tekanan tinggi, dan sebagai bahan pokok pembuatan mentega margarine dan minyak goreng. Namun makin banyak peranannya terdesak oleh berbagai bahan sintetis. Ini menyebabkan pasaran produk ikan paus makin ciut. Hanya Jepang satu-satunya negeri yang membuat daging ikan paus itu jadi makanan lezat. Tapi selain Jepang masih ada sejumlah negara yang menganggap penting menangkap ikan jenis ini. Sehingga usul moratorium total dari Amerika menemui kegagalan. Namun akhirnya sidang ini menetapkan, melalui pungutan suara, untuk melarang penangkapan ikan paus jenis sperm dengan kapal pabrik selama 10 tahun mendatang. Ketentuan ini bila perlu dapat ditinjau kembali setelah 5 tahun. Seychelles, negara kepulauan di Samudera Atlantik, mengusulkan untuk menetapkan Samudera Indonesia sebagai suaka alam bagi semua ikan paus. Usul inipun diterima sidang, sehingga untuk 10 tahun mendatang setiap ikan paus bebas dari penangkapan selama berada di Samudera ini. Masalahnya sekarang siapa yang mengontrol, Komisi tidak punya kekuatan untuk memaksa anggotanya mematuhi ketentuan yang diadakannya itu. Banyak negara seperti Jepang mengelak ketentuan pembatasan penangkapan, dengan cara mengimpor hasil penangkapan oleh negara bukan anggota Komisi. Akibatnya, berbagai jenis ikan paus tetap hampir punah. Tak Jelas Asalnya Namun Jepang akhirnya menjamin untuk tidak lagi mengimpor hasil penangkapan oleh negara bukan anggota Komisi. Sebelumnya Jepang membeli semua produksi kapal penangkap ikan paus, yang sekaligus menjadi pabrik terapung. Seperti kapal yang terdaftar di Siprus, bernama Sierra, dikelola orang Afrika Selatan dan kaptennya dari Norwegia. Dimiliki oleh sebuah perusahaan yang tidak jelas asal-usulnya di Liechtenstein, Sierra diasuransikan di London. Ia membongkar muatan di kepulauan Kanari, wilayah Spanyol. Setiap tahunnya hampir 500 ikan paus digaet oleh kapal itu untuk dijual hasilnya kepada orang Jepang. Sierra setiap tahun menghasilkan sampai $4 juta, demikian Earthscan, suatu media informasi tentang soal lingkungan yang terbit di London. Banyak orang menduga Jepang akan mengundurkan diri sebagai anggota IWC, tetapi ternyata tidak. Mungkin disebabkan masih ada kesempatan unmk menangkap dengan kapal pabrik, jenis ikan paus minke, yang jumlahnya masih banyak. Sementara itu dua senator Amerika -- Paul McCloskey dan Don Bonker -- menyiapkan suatu RUU. Setiap anggota yang tidak mengindahkan IWC itu, demikian RUU tadi, akan dilarang menangkap ikan apa saja dalam batas wilayah 200 mil dari pantai Amerika Serikat. Terutama Jepang, Uni Sovyet dan Korea Selatan -- semua anggota IWC -- sangat tergantung pada pemusatan ikan di perairan itu. Dengan pembatasan itu diharapkan sebanyak 7.000 ikan paus tahun-tahun ini terhindar dari penangkapan. Tahun lalu penangkapannya berjumlah 20.000 ekor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus