PENDUDUK Florence, kota kecil di Oregon, Amerika Serikat,
menyaksikan pada suatu pagi yang tenang sejumlah ikan paus
raksasa berbaring di pantai. Seakan-akan mereka beristirahat di
bentangan pasir yang landai. Dari laut, puluhan punggung ikan
paus besar kecil tampak berenang menuju pantai.
Segera penduduk itu berusaha menghalau, namun tidak berhasil.
Ternyata jumlahnya mencapai 41, jenis ikan paus sperm sengaja
membuang diri ke pantai itu.
Pekan lalu peristiwa serupa terulang. Kali ini di pantai New
Foundland, Kanada, sejumlah 170 ikan paus mengkandaskan diri.
Penduduk sekitarnya pun berusaha menghalau. Tapi ikan raksasa
itu menghempaskan diri di pantai berkarang sehingga akhirnya
mati. Hanya sejumlah 60-an berhasil dihalau kembali ke laut
lepas.
Dalam sejarah berkali-kali ikan paus mendaratkan diri di pantai
sendiri atau berkelompok. Diduga kelakuan itu disebabkan
penyakit atau menghindari bahaya. Tragisnya, bila sampai di
darat, karena berat badannya sendiri yang puluhan ton,
paru-parunya terhimpit dan ia mati. Salah dugaan sementara orang
bahwa ikan paus itu sengaja bunuh diri.
Peristiwa di New Foundland itu diuga karena binatang itu
mengalami bahaya laut yang dicemarkan oleh minyak. Dua bulan
lalu tanker raksasa Kurdistan patah dua di karang pantai itu
sehingga muatan minyak tercurah ke laut semua.
Hampir bersamaan dengan peristiwa tragis tadi, di London hari
depan ikan yang sudah mulai langka ini ditentukan. Sekelompok
negara yang tergabung dalam Komisi Internasional Penangkap Ikan
Paus (IWC), mengadakan pertemuannya.
Anggota Amerika Serikat mengusulkan diadakan suatu moratorium
(masa penangguhan) atas penangkapan ikan paus dari semua jenis.
Amerika sendiri sudah berhenti menangkapnya, dan sejak tahun
1971 juga melarang mengimpor segala macam produk yang berasal
dari ikan paus.
Minyak ikan paus banyak dipergunakan untuk pembuatan sabun,
detergen dan bahan kosmetik. Ia juga berguna bagi industri
tekstil, kulit dan baja. Ia berharga pula sebagai pelumas --
diolah dengan belerang -- yang tahan tekanan tinggi, dan sebagai
bahan pokok pembuatan mentega margarine dan minyak goreng.
Namun makin banyak peranannya terdesak oleh berbagai bahan
sintetis. Ini menyebabkan pasaran produk ikan paus makin ciut.
Hanya Jepang satu-satunya negeri yang membuat daging ikan paus
itu jadi makanan lezat. Tapi selain Jepang masih ada sejumlah
negara yang menganggap penting menangkap ikan jenis ini.
Sehingga usul moratorium total dari Amerika menemui kegagalan.
Namun akhirnya sidang ini menetapkan, melalui pungutan suara,
untuk melarang penangkapan ikan paus jenis sperm dengan kapal
pabrik selama 10 tahun mendatang. Ketentuan ini bila perlu dapat
ditinjau kembali setelah 5 tahun.
Seychelles, negara kepulauan di Samudera Atlantik, mengusulkan
untuk menetapkan Samudera Indonesia sebagai suaka alam bagi
semua ikan paus. Usul inipun diterima sidang, sehingga untuk 10
tahun mendatang setiap ikan paus bebas dari penangkapan selama
berada di Samudera ini.
Masalahnya sekarang siapa yang mengontrol, Komisi tidak punya
kekuatan untuk memaksa anggotanya mematuhi ketentuan yang
diadakannya itu.
Banyak negara seperti Jepang mengelak ketentuan pembatasan
penangkapan, dengan cara mengimpor hasil penangkapan oleh negara
bukan anggota Komisi. Akibatnya, berbagai jenis ikan paus tetap
hampir punah.
Tak Jelas Asalnya
Namun Jepang akhirnya menjamin untuk tidak lagi mengimpor hasil
penangkapan oleh negara bukan anggota Komisi. Sebelumnya Jepang
membeli semua produksi kapal penangkap ikan paus, yang sekaligus
menjadi pabrik terapung. Seperti kapal yang terdaftar di Siprus,
bernama Sierra, dikelola orang Afrika Selatan dan kaptennya dari
Norwegia. Dimiliki oleh sebuah perusahaan yang tidak jelas
asal-usulnya di Liechtenstein, Sierra diasuransikan di London.
Ia membongkar muatan di kepulauan Kanari, wilayah Spanyol.
Setiap tahunnya hampir 500 ikan paus digaet oleh kapal itu untuk
dijual hasilnya kepada orang Jepang. Sierra setiap tahun
menghasilkan sampai $4 juta, demikian Earthscan, suatu media
informasi tentang soal lingkungan yang terbit di London.
Banyak orang menduga Jepang akan mengundurkan diri sebagai
anggota IWC, tetapi ternyata tidak. Mungkin disebabkan masih ada
kesempatan unmk menangkap dengan kapal pabrik, jenis ikan paus
minke, yang jumlahnya masih banyak.
Sementara itu dua senator Amerika -- Paul McCloskey dan Don
Bonker -- menyiapkan suatu RUU. Setiap anggota yang tidak
mengindahkan IWC itu, demikian RUU tadi, akan dilarang menangkap
ikan apa saja dalam batas wilayah 200 mil dari pantai Amerika
Serikat. Terutama Jepang, Uni Sovyet dan Korea Selatan -- semua
anggota IWC -- sangat tergantung pada pemusatan ikan di perairan
itu.
Dengan pembatasan itu diharapkan sebanyak 7.000 ikan paus
tahun-tahun ini terhindar dari penangkapan. Tahun lalu
penangkapannya berjumlah 20.000 ekor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini