LEMBARAN baru lagi dalam sejarah Prancis. Kendati penghitungan suara pemilihan umum Ahad pekan lalu belum usai, hasil akhirnya sudah bisa diduga: aliansi partai konservatif RPR (di bawah pimpinan wali kota Paris Jacques Chirac) dan partai Tengah-Kanan UDF (yang diketuai bekas presiden Giscard d'Estaing) menguasai mayoritas parlemen beranggotakan 577 orang. Maka, untuk pertama kalinya sejak Republik Kelima, 1948, seorang presiden akan didampingi oleh perdana menteri yang tidak sehaluan dengannya. Buat Francois Mitterrand dari Partai Sosialis kenyataan pahit ini harus dihadapi setidaknya hingga tahun 1988, akhir masa baktinya sebagai presiden. Berarti, selama itu, ia harus lebih "bertenggang rasa" dengan perdana menterinya -- yang agaknya akan dipegang oleh Chirac. Kemenangan golongan Kanan ini bukannya tidak mempunyai masalah. Mereka ternyata tidak berhasil meraih keunggulan mutlak. Sehingga, manakala koalisi RPR dan UDF retak, mudah sekali menimbulkan keguncangan pemerintahan hasil pemilu ini. Sebenarnya, ketika Partai Sosialis mengungguli lawan-lawannya pada pemilu lima tahun lalu, mereka datang dengan setumpuk gagasan dan cita-cita pembaruan. Terutama dalam mengatasi masalah perekonomian dalam negeri. Mereka berupaya menekan pengeluaran, menggiatkan nasionalisasi, sambil memperkecil kemungkinan masuknya imigran gelap, dan menggalakkan desentralisasi. Bahkan dengan berani sekali Mitterrand mencanangkan program keprihatinan untuk mengatasi krisis ekonomi, 1983, mengabaikan saran para ahli lainnya. Dan, ternyata berhasil. Buat Mitterrand sendiri, ia harus mempersiapkan diri lebih baik jika hendak mempertahankan jabatannya pada pemilihan presiden mendatang. Dua orang kandidat lainnya -- Raymond Barre, bekas perdana menteri beraliran konservatif, dan Michel Rocard, rival utamanya di Partai Sosialis sudah tak sabar lagi menunggu saat pemilihan itu tiba. Dan selama saat-saat penantian itu, tidak sedikit kemungkinan pertikaian dengan perdana menterinya akan meletus. Jika hal itu tiba sebelum pemilihan terjadi, agaknya kecil kesempatan Mitterrand untuk bisa bertahan lagi. JRL
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini