Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kisah Dari Penjara Afrika Selatan

Perbedaan perlakuan antara tahanan kulit putih dan kulit hitam di penjara-penjara di afrika selatan. brian price yang berhasil meloloskan diri menceritakannya dan dimuat di the observer.

4 September 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekitar 80 orang -- sebagian besar kulit hitam -- kini sedang menunggu keputusan hukuman di Afrika Selatan. Negara ini dianggap punya angka tertinggi dalam pembunuhan lewat pengadilan di dunia. Setiap tahunnya, paling tidak 100 orang dihukum gantung kadang-kadang malah mencapai angka 120 orang. Berikut ini ungkapan Brian Price, orang Inggeris yang berusia 35 tahun, yang dimuat dalam The Observer. Price menyaksikan sendiri barisan kemahan di Beverly Hills, satu bagian dari Penjara Sentral Pretoria Price dihukum 11 tahun karena urusan obat bius LSD dan pernah ditahan di tiga penjara. Setelah tiga setengah tahun dialah orang pertama yang bisa lolos dari penjagaan ketat Penjara Zonderwater, Pretoria. Dia kini bermukim di Inggeris. Ceritera ini dituturkannya kepada Ian Mather. SETIAP saat sekitar 150 orang kulit hitam menunggu hukuman gantung di Beverly Hills. Ada enam tali gantungan yang bisa mencabut nyawa enam orang sekaligus. Biasanya mereka digantung jam 6.00 pagi. Tangan mereka terikat ke belakang dalam lilitan tali sepatu. Lewat sebuah gang, naik dua buah tangga, sampailah mereka ke empat hukuman. Orang kulit hitam menyanyi terus dan berhenti di saat hukuman itu telah tiba baginya. Pemberitahuan hukuman biasanya dilakukan beberapa hari sebelumnya. Saat ketika mereka diberitahu itulah, mereka kemudian memulai dengan nyanyian-nyanyian kesukuan mereka. Biasanya sekitar 40 atau 50 orang menyanyi dengan serentak. Nyanyian yang penuh pesona, dengan kalimat yang diulang-ulang terus. Bagi seseorang yang tidak mengerti kata-katanya, suara mereka ini bagaikan suara lebah, dengan desau suara bernada rendah. Selama 24 jam mereka yang terakhir, mereka menyanyi tanpa berhenti. Mereka menjadikan diri mereka in trance, tidak sadar. Mungkin inilah maksud mereka menyanyi. Menuju perjalanan terakhir mereka, dengan melewati sel-sel, para tahanan lainnya mengetuk-ngetuk jeruji penjara dan berteriak, "Selamat tinggal" dan "Sampai berjumpadi atas sana". Mereka menerima kematian mereka. Mereka meninggal dengan penuh keperkasaan, demikian menurut pendapat saya. Cara mereka menggantung memang kurangajar. Kalau ternyata leher mereka belum patah ketika tukang jagal membuka pintu jebakan, mereka kemudian mengangkat tubuh itu tinggi-tinggi untuk kemudian dilemparkanke bawah. Para sipir menceritakan bahwa si tukang jagal membawa kapak tangan bergagang putih, di mana biasanya mereka pergunakan untuk menghantam bagian belakang kepala mereka sampai mereka diam kaku. Tubuh-tubuh itu kemudian dibiarkan tergantung sampai 20 menit. Kemudian mereka ditelanjangi, dan baju-baju mereka dilempar ke dalam sebuah kotak untuk dicuci dan kemudian dipakai sekumpulan narapidana yang lain. Seorang Inggeris, John Gibbs, yang menjalani hukuman antara 9-15 tahun karena serangkaian pelanggaran-pelanggaran kecil, mempunyai kewajiban mencuci tutup kepala bekas para terhukum ini untuk lantas bisa dipakai pada yang lain lagi. Dmitri Tsafendas, yang pernah membunuh Dr. Verwoerd, Perdana Menteri Afrika Selatan di tahun 1966, adalah salah seorang narapidana berkulit putih (yang jumlahnya cuma sedikit itu) di Beverly Hills. Biarpun usianya baru 58 tahun, tapi uban di rambutnya kini membuat kepalanya putih polos. Tubuhnya bungkuk, menyedihkan dan tampaknya dia hidup dalam impiannya sendiri. Ada seorang sipir berkulit hitam yang bernama Mamba Hitam yang mempunyai tugas khusus menghancurkan Tsafendas secara fisik dan mental. Tugasnya mengambil ransum untuk Tsafendas, dikencinginya dulu dan kemudian dipaksanya Tsafendas menelan makanan itu. Mamba Hitam biasa memukul dan menendangnya. Selama lima tahun atau lebih, para sipir biasa menangani Tsafendas. Dia barang mainan untuk tindakan sadis. Kini dia seorang yang hancur dan ditinggalkan sendirian. Dia begitu jadi tersendiri dari narapidana yang lain. Saya mencukur rambutnya dua kali. Saya bisa memotong dan dia yang meminta saya mencukur rambutnya. Suaranya bagus dan dia menyanyi seorang diri. Bisa juga dia bercakap beberapa bahasa. Tapi sebagian besar waktunya biasanya digunakannya untuk duduk mendengarkan nyanyian kematian orang kulit hitam. Dia pasti telah melihat ribuan orang kulit hitam datang dan pergi ke kematian. Tiap orang tahu bahwa dia masih ketakutan akan Mamba Hitam dan beberapa narapidana mengganggunya. Mereka berbisik: "Hei! Mamba Hitam datang", dan mulailah dia menangis. Nama itu saja cukup membuatnya gemetaran. Kulit hitam biasanya dihukum karena pelanggaran bukan karena pembunuhan, terutama karena perkosaan. Kalau seorang kulit hitam memperkosa wanita putih, dia digantung. Kalau pria putih memperkosa perempuan hitam, paling dia dapat 18 bulan penjara. Saya pernah menemukan perkara seorang hitam dan seorang putih yang terlibat dalam perampokan di mana seseorang 7 terluka karenanya. Si Putih mendapat tuduhan pembunuhan pertama dan si hitam tuduhan pembunuhan kedua. Dua-duanya naik banding. Si hitam digantung dan si putih mendapat hukuman badan. Anda akan menyaksikan tindakan yang kurangajar terhadap si hitam kalau anda menyaksikannya secara dekat. Para sipir memperlakukan mereka separuh manusia dan setiap kali para sipir itu memerintah selalu diiringi dengan jeweran di kuping atau tendangan. Si kulit hitam tidak bisa mengeluh karena kalau tidak dia akan ditarik keluar dan ditendang sampai remuk. Tampaknya orang-orang kulit hitam menerima hal ini. Biarpun saya ini juga rekan sepenjara, mereka selalu masih saja memanggil saya "boss". Makanan mereka lebih buruk: kacang dan daging satu ons seminggu sekali. Para sipir melemparkan makanan itu begitu saja pada mereka dan mereka harus memungutnya bagaikan binatang. Kulit putih mendapat daging atau ikan sekali sehari, meskipun daging itu bukanlah daging yang bisa anda mamah. KEKURANG-AJARAN adalah hal yang biasa. Tulang iga patah, geraham atau gigi rontok bukanlah hal yang luar biasa. Mereka mengo- batinya dengan memasukkan anda ke dalam sel, menguncinya dari luar dan dibiarkan begitu saja sampai anda jadi baik.... atau mati. Banyak sebetulnya yang tidak perlu sampai bertemu dengan sakratul maut, kalau saja mereka diperlakukan dengan sepantasnya. Ada yang kena hantam batu bata di kepalanya. Mereka memberinya pil, tapi kemudian dia meninggal karena perdarahan di otak. Sepatutnya dia dibawa ke rumah sakit. Saya sakit turun berok tapi orang yang pertama menolong saya mengatakan saya tidak apa-apa. Karena ulah saya juga saya sampai bisa bertemu dengan dokter penjara. Kemudian saya harus meninggalkan rumah sakit, setelah 11 jam saya dioperasi. Teman saya seorang Inggeris, mencoba lari ketika dia kerja paksa di luar pagar. Seseorang melihatnya dan kemudian memberi suitan. Dia tidak begitu sehat, tapi toh dia coba untuk melarikan diri. Kemudian dia sadar toh dia akan ketangkap dan berhentilah dia, membalikkan tubuhnya untuk menyerah. Dua orang sipir mencekalnya dan seorang lagi memukulnya. Kemudian dua orang sipir lagi datang dengan anjing Alsatia. Anjing diperintahkan untuk menyerangnya sementara dia masih dicekal terus. Anjing-anjing itu menyobek kakinya. Tubuh yang tampaknya seperti gumpalan itu diseretnya. Di dalam sel luka-lukanya membusuk tapi tidak ada dokter yang menengoknya. Kalau ada beberapa orang sipir datang ke pondok anda untuk melakukan pemukulan, sebagian besar dari narapidana lantas merebahkan diri, tengkurap dan mencoba menutupi muka dan perut. untuk kemudian membiarkan mereka menghantam sesuka hati. Tapi ada di antara mereka yang tidak berputus asa begitu saja. Mereka memperkirakan kalau kena pukulan, patut pula mereka memberikan balasan hantaman. Seorang teman saya kena hantam tulang iga dadanya. Tulang iganya kini bermunculan dalam letak yang salah. Di bagian bawah dadanya kini dia memiliki tulang iga macam burung dara. Sembilan orang mencoba kabur dari pondoknya dengan mendobrak jendela. Mereka kabur di malam hari dan bisa melewati pagar. Keesokan harinya sebuah heli mencoba mencari mereka di segala penjuru. Seorang berhasil ditemukan, dibereskan dengan pukulan sehingga mereka sendiri takut untuk mengembalikan narapidana tersebut kembali ke penjara. Akhirnya mereka menemukan akal, dengan mendorong dia keluar dari heli yang sedang terbang sekitar 20 kaki dan memberikan alasan bahwa dia menjatuhkan diri dan melukai dirinya sendiri. Sebetulnya orang tersebut didorong keluar. Belakangan dia juga ceritera bahwa dia memang didorong keluar. Mereka membuka pintu sebuan sel narapidana yang lain, masukkan tiga ekor anjing dan pintu dikunci dari luar. Anjing tersebut tentu saja mengoyak tubun narapidana dalam serpihan-serpihan yang mengerikan. Dia beruntung sekali bisa selamat. Keluarganya mempunyai uang, datang mengadu dan sipir yang melakukan hal iu kemudian dipecat. Sesaat sebelum saya kabur, ada pemberontakan di daerah kulit hitam di Zonderwater. Saya tahu paling tidak seorang narapidana terbunuh. Kami sendiri dikunci dari luar karena semua sipir harus mengatasi pemberontakan itu. Di Zondwater salah seorang opsir senior diberi nama oleh narapidana Flash Harry karena dia selalu berpakaian necis. Dia mempunyai kekuasaan untuk melaksanakan bentuk hukuman dengan cepat. Dia akan menarik ransum anda kalau saja anda berbuat pelanggaran ringan saja. Misalnya kalau dia menemukan anda berjalan di gang dengan baju yang sebuah kancingnya lepas, dia kemudian memberikan anda "makanan". Anda akan puasa untuk tiga ransum. Anda akan dikunci dalam sel semalaman dan hari berikutnya dan dibiarkan begitu saja. Sebuah alat aneh bernama Mary adalah alat yang biasa untuk memukul narapidana: sebuah alat berat yang terdiri dari sepotong kayu, berbentuk melintang disambung dengan kaki kayu untuk menahan alat aneh itu 45ø dari tanah. Si narapidana kemudian harus berbaring di tengahnya. Pinggang dan dengkul kemudian dikaitkan ke alat tersebut. Tongkat pemukul yang lentur adalah rotan yang mepunyai diameter 2,5 sentimeter, yang biasanya dipegang dengan kedua tangan sipir. Setiap pukulan diayunkan dengan sekuat tenaga yang bisa meluluhkan pantat. Untuk anak-anak diberikan rotan yang sedikit lebih kecil. Saya pernah melihat anak-anak kulit hitam diberi pukulan rotan di Capetown biarpun usia mereka baru 5 tahun. Mereka berurusan dengan pengadilan karena soal-soal mencuri susu, atau membuat ribut atau hal-hal yang remeh temeh, dan mereka ditahan paling tidak semalaman. Saya menyaksikan dua orang polisi bertubuh besar mengikat sepotong kain pada pantat seorang anak. Kemudian menghadiahinya delapan pukulan. Anak itu berteriak dan berteriak. Tapi polisi memang selalu ringan tangan terhadap mereka. Mereka meletakkan anak tersebut di atas sebuah bangku dalam keadaan berbaring. Dan hal ini saya saksikan berulang kali. Saya dipindahkan ke Zondewater karena saya membela hak-hak saya di Penjara Sentral. Kalau saya berhak mendapat daging 170 gram sehari, dan mereka memberinya cuma 90 gram, saya berteriak protes. Kalau saya harus mendapat sambal kacang 90 gram seminggu tapi yang saya dapat cuma 40 gram, saya berteriak. Kalau saya bertedak, yang lainnya turut berteriak dan tentu ini bukan hal yang dikehendaki penguasa penjara. Mereka tidak mau orang memikirkan tentang hak dan dirinya. Penjara Zonderwater yang tua adalah milik AD. Tempatnya kotor dan penuh dengan got-got yang penuh najis. Kami ber-26 dalam sebuah pondok yang berukuran 40 kali 14 kaki. Kami tidur di ubin di atas kasur kumal dan kalau anda bergerak saja mengangkat bahu anda anda sudah menyenggol teman sebelah anda. Kami dipindahkan ke penjara Zonderwater yang baru yang belum selesai, karena yang lama dipakai untuk para pengungsi Angola. Penjara yang baru yang menelan ongkos œ 7,5 juta berbentuk seperti roda pedati, dan dibuat bergaya Amerika. Dibagi dalam empat ruangan A, B, C, D, dan masing-masing mempunyai 10 pondok. Di tengah-tengahnya ada menara yang tingginya 100 kaki dengan pos pengamat di mana sipir bisa melihat jelas keadaan sekitarnya. Keadaan di penjara yang baru lebih lumayan. Narapidana kulit putih tidur ber-13 di satu pondok dan anda mempunyai tempat tidur sendiri, tempat mandi dan bak untuk mencuci. Ada pertunjukan film pada Sabtu pagi dan musim di minggu yang lain. Sebagian besar orang hukuman bekerja dalam lingkungan pagar pengaman, membuat barang-barang dari logam atau meja. Upah yang paling tinggi yang bisa dicapai 10 rand sebulan (sekitar Rp 5000) tapi hanya beberapa orang yang bisa mencapai jumlah ini. Dalam 3 tahun saya cuma bisa mencapai 1 rand sebulannya. Saya telah membuat 8-10 meja seminggunya. Narapidana yang lain cuma sebuah meja saja seminggunya. KORUPSI, merajalela. Kalau seorang narapidana ingin minum bir, dia bisa membeli ragi bir dari sipir. Semua ini tentu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Narapidana lain ahli dalam hal balapan kuda. Mereka yang menebak kartu tebakan sipir. Kalau tebakannya jitu, dibalas dengan perlakuan lumayan. Beberapa orang kolonel yang mengurus penjara bahkan mempunyai percetakan yang mencetak ijazah-ijazah palsu. Bukan saja ijazah, tapi bahkan juga uang. Penyelundupan, bukan hal yang sepi pula. Kontak antara kulit hitam dan putih terjadi kalau si putih sedang melakukan kerja paksa dalam klasifikasi kelas ahli, sedangkan si hitam, cuma sebagai kerja kasar saja. Si kulit putih ingin dagga (madjuana) yang oleh si hitam dibedakan lewat pertukaran sabun, rokok atau uang. Pertukaran terjadi dengan melemparkan barang tersebut ke pagar. Homosex, banyak terjadi. Saya rasa sekitar 255 drid narapidana jadi homosex. Beberapa di antaranya menyebut dirinya dengan boob rabbits, kelinci yang menjual diri. Kadang-kadang terjadi juga hubungan antara sipir dan narapidana. Sesaat sebelum saya meloloskan diri, ada persoalan tentang seorang sipir yang membedakan brandy dan dagga pada beberapa narapidana, untuk menyogok mereka, karena sang sipir naksir Vicky, si kelinci percobaan yang umurnya sekitar 20 tahun. Ini bukan kejadian yang pertama kali, tapi mereka kemudian ketangkap basah dan Vicky dipindah ke penjara kulit hitam. Saya meladkan diri jam 7.30 pagi tanggal 31 Mei yang lalu. Saya membuat kunci palsu untuk pintu yang paling dalam. Kami berdua kemudian menuju pintu pertama, mengikir rantainya pada pintu kedua, kemudian mempergunakan gunting kawat untuk pintu ketiga dan keempat. Kemudian kami harus memberangkang sepanjang 2 mil harus berjalan dengan tangan dan dengkul kami. Di lapangan kami bertemu dengan segerombolan kulit hitam. Kalau saja kami ketahuan oleh mereka! Biasanya yang berhasil menangkap narapidana dapat hadiah 10 rand.....

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus