SEBUAH Islam songsang semakin populer di Malaysia. Ini
semata-mata ditujukan kepada kelompok yang menyelewengkan ajaran
Islam. Tak sedikit kelompok Islam lainnya yang merasa bahwa
tuduhan songsang atau sesat ini digunakan secara berlebihan.
Terutama kalangan penguasa sering menyebutnya.
Memang sejak timbul gerakan Nur Zaman di Batu Pahat, Johor,
Pemerintah Malaysia semakin cemas terhadap perkembangan ajaran
Islam songsang. Gerakan itu telah menggunakan kekerasan dalam
aksinya. Dan tak tanggung-tanggung, mereka menyerang pos polisi
hanya dengan bersenjatakan keris dan pedang. Itu terjadi 16
Oktober tahun lalu.
Gerakan itu dipimpin oleh Mohamad Nasir Ismail, 21 tahun. Hanya
20 anggotanya tapi sempat mengegerkan. Nasir Ismail bukanlah
penduduk asli Batu Pahat. Waktu terjadi peristiwa itu ia baru
enam bulan menetap di Kampung Sri Pasir, Distrik Batu Pahat.
Namun ia segera mendapat kepercayaan sekelompok penduduk,
terutama setelah ia berhasil menyembuhkan orang bisu.
Nasir Ismail adalah keturunan Kampuchea yang menetap di
Muangthai. Dengan bantuan Perkim (Persatuan Kumpulan Islam
Malaysia) -- yang diketuai bekas PM Tengku Abdul Rachman -- ia
dibawa masuk ke Malaysia setelah diislamkan. Itu terjadi tahun
1975. Sejak itu ia menetap di Kelantan. Karena jadi pedagang, ia
sering masuk kampung, hingga akhirnya menetap di Kannpung Sri
Pasir, Batu Pahat.
Di kampung inilah ia mulai menyatakan dirinya sebagai Imam
Mahdi. Dengan bantuan temannya yang hampir sebaya dan juga
berasal dari Kampuchea, yaitu Lamin Chaypungor, ia mulai
mendekati dua orang bekas imam masjid. Dari situ seorang demi
seorang pengikutnya terkumpul.
Apa motif gerakan ini sampai menyerang pos polisi? "Sampai
sekarang tak ada yang tahu," jawab B.M. Arif, tokoh Angkatan
Belia Islam Malaysia ABIM di Batu Pahat, kepada TEMPO.
Bahkan sampai berakhir pengadilan terhadap enam anggota gerakan
itu, Januari lalu, motif gerakan ini tetap tidak diketahui. Di
antara 15 anggota Nur Zaman yang menyerang pos polisi di Batu
Pahat itu, delapan orang mati tertembak. Termasuk Nasir Ismail.
Enam orang yang diadili itu dijatuhi hukuman masing-masing 10
tahun penjara. Mereka dapat tambahan hukuman cambuk enam kali.
Karena tak jelas motif gerakan ini banyak dugaan beredar.
"Mungkin karena mereka muak melihat kemaksiatan di Kota Batu
Pahat," kata seorang penduduk. Memang di Batu Pahat (berpenduduk
hanya 100 ribu) terdapat 14 panti pijat dan beberapa klub malam.
"Kalau hanya soal maksiat mengapa mereka harus menyerang pos
polisi yang jelas mempunyai senjata?" kata seorang guru sekolah
menengah di sana. Memang inilah masalahnya.
Kalangan Angkatan Belia Islam Malaysia menyesalkan cara
pemerintah menyelesaikan peristiwa Batu Pahat ini. "Seharusnya
pemerintah membentuk Komisi Khusus untuk menyelidikinya," kata
Anwar Ibrahim, Ketua Umum ABIM.
Ini bukan peristiwa pertama. Beberapa tahun lalu terjadi
peristiwa Kerling, suatu aksi anak muda yang menghancurkan kuil
Hindu. Dan pemerintah juga tidak membentuk komisi pencari fakta
waktu itu. Akibatnya, motif kedua aksi itu tetap gelap.
Namun Anwar Ibrahim menyesalkan Gerakan Nur Zaman itu. "Ini
menimbulkan pengaruh negatif terhadap gerakan dakwah lainnya,"
katanya. Dia berpendapat pemerintah tidak santai lagi dalam
melihat kegiatan kelompok dakwah. "Seperti masih ada suasana
gawat meskipun sudah tidak ada lagi kelompok dakwah yang
menggunakan kekerasan," tambahnya.
Pemerintah Malaysia, tentu saja, curiga. Selama ini ada 39
kelompok dakwah yang niat baiknya (lihat box) diragukan.
Sementara itu sebagian kelompok dakwah dituduh menggunakan agama
untuk tujuan politik. Dalam setiap kesempatan acara keagamaan,
menteri yang berpidato sering menuding ke arah kelompok dakwah
-- biasanya tanpa menyebut nama.
Ketika membuka Masjid Hashim Yahya di Penang, Menteri Keuangan
Tengku Razaleigh Hamzah tak lupa menuduh tokoh kelompok Islam
tertentu mengutamakan kepentingan diri sendiri di atas
kepentingan Islam. "Tindakan serupa ini menimbulkan citra buruk
terhadap Islam," ujarnya.
Razaleigh Hamzah juga menghimbau agar agama dibersihkan dari
politik. "Politik seharusnya jangan dibiarkan bergerak dalam
Islam," katanya.
Tapi dalam berbagai khotbah Jumat "pemerintah juga sering
menggunakan mimbar itu untuk kepentingannya," kata Anwar
Ibrahim. Ia mengambil contoh khotbah Jumat yang menganjurkan UU
negara supaya ditaati. "Kalau mau obyektif, kita nilai apa yang
mereka ucapkan dan lakukan," tambahnya.
Anwar Ibrahim ditemui TEMPO di kantornya di Jalan Pantai Baru,
Kualalumpur. "Betul-betul serha sulit," katanya lagi. "Bila
bicara tentang penindasan kami dituduh sosialis. Bicara tentang
perlunya perubahan, dituduh berpolitik. Dalam khotbah rupanya
kami hanya boleh bicara tentang sembahyang dan sejarah
nabi-nabi."
Keprihatinan pemerintah Malaysia terhadap Islam songsang bisa
dipahami. Seorang guru wanita di Batu Pahat dalam hal ini punya
pengalaman tersendiri. Di dalam kelasnya ia pernah ditegur murid
karena ia memakai rok terusan. Muridnya menganggap pakaian guru
itu haram, karena tidak menutup aurat. Karena guru itu terus
memakai rok, tak seorang pun murid perempuan yang mau menyapanya
bila bertemu di jalan.
Suatu kali seorang murid perempuan tak mau menjawab pertanyaan
guru. Ketika ditanyakan di luar kelas mengapa ia tak mau
menjawab, si murid berkata: "Perempuan haram hukumnya berbicara
di depan laki-laki."
Kasus kefanatikan serupa ini cukup banyak. Bahkan ada pula
mahasiswa yang meninggalkan bangku kuliah dengan alasan "haram
bagi wanita".
Tapi perkampungan Darul Arqam di Sungai Pencala, Kualalumpur,
punya pelajar wanita. Tempat belajar mereka betul-betul
terpisah. Kalau keluar ruangan, anak perempuan memakai cadar.
Bila ada keperluan dengan guru pria, mereka berbicara dengan
dibatasi dinding.
Semua anggota pria Darul Arqam berpakaian jubah ala Arab bila
berada di perkampungan atau di rumah mereka. Kalau pergi
bekerja, mereka berpakaian seperti biasa.
Apakah ini sekedar mode? "Bukan, kami hanya menjalankan sunnah
Rasul," kata seorang pengikut Darul Arqam. Anggota ini
menyisihkan 3% dari gajinya setiap bulan untuk Darul Arqam. Dan
setiap Rabu malam ia pergi ke Sungai Pencala untuk mendengarkan
khotbah Imam Ashaari Muhammad. Di sana ia menemukan suatu
ketenangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini