Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Komunisme tinggal nama

Partai komunis uni soviet meninggalkan konsep mar- xisme-leninisme, diganti dengan ideologi sosial demokrat. kelompok garis keras tak menentangnya. jumlah anggota partai menurun hingga 20 %.

3 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marxisme-Leninisme dicopot dari Partai Komunis Uni Soviet. Para anggota Komite Sentral tak menentangnya. IDE Gorbachev bak tulisan di nisan kuburan, komentar Alexander Buzgalin, anggota kawakan Komite Sentral. Ide itu seperti mengatakan bahwa "Anda sungguh indah, komunisme," kata Buzgalin, "dan akan kukenang kamu di hatiku untuk selama-lamanya." Apa boleh buat, keluhan pahit Buzgalin hanya tinggal keluhan. Sudah sejak tahun lalu, setelah parlemen Soviet mencabut satu pasal dalam UUD yang memberi monopoli kekuasaan pada Partai Komunis Uni Soviet, komunisme dan Partai Komunis Uni Soviet makin pudar pamornya. Dan Kamis pekan lalu, dalam sidang pleno Komite Sentral, ideologi dan wadahnya itu pun mendekati kematiannya. Sekjen Mikhail Gorbachev menyatakan perlunya Partai meninggalkan konsep Marxisme-Leninisme, dan menggantinya dengan ideologi yang lebih berbau sosial demokrat. Dalam pidatonya, Sekjen Partai yang menurut sejumlah pengamat sikapnya terhadap partainya "masih misterius" itu mengecap para penguasa Soviet di masa lalu, yang mencap segala bentuk oposisi sebagai musuh rakyat. Yang menarik lagi, konsep baru Partai akan mengakui hak-hak pribadi, dan sistem demokrasi liberal. Di luar dugaan, tak seorang pun dari 27 orang yang hadir membantahnya. Tadinya diperkirakan usul Gorbachev -- yang sengaja dibocorkan -- akan mendapat tantangan kuat dari kelompok garis keras. Sebab, dua hari sebelum para pemimpin puncak Partai bersidang, 12 penganut garis keras mengumumkan satu deklarasi yang menolak ide perubahan tersebut. Deklarasi yang diberi judul "Sepatah Kata untuk Rakyat" itu antara lain ditandatangani oleh Deputi Menteri Pertahanan Valentin Varennikov dan Letnan Jenderal Boris G. Gromov, bekas komandan pasukan Soviet di Afghanistan. Dua orang yang punya pengaruh besar di kalangan militer ini menyerukan agar tentara dan kekuatan-kekuatan lain yang "sehat" turun tangan menyelamatkan tanah air dari kehinaan dan perang saudara. Para pendukung reformasi politik dan ekonomi, kata mereka, akan mem- bawa Uni Soviet ke jurang kehancuran. Lalu, kenapa perlucutan ideologi itu berjalan mulus? Kenapa kelompok garis keras yang disebut Gorbachev sebagai kaum "komunisme fundamentalis" -- kelompok yang antireformasi -- tak melancarkan perlawanan sedikit pun? Tampaknya para "fundamentalis" itu pun melihat kenyataan yang tak menggembirakan, yang dikemukakan Gorby dalam sidang. Yakni, adanya kecenderungan kuat jumlah anggota Partai terus menurun. Menurut data terakhir, dari sekitar 19 juta anggota, menjelang sidang pleno Komite Partai, angka itu tinggal sekitar 15 juta. Ada penurunan 20%. Dan dalam sebuah poll, hanya 10% rakyat yang masih antusias pada Partai Komunis Uni Soviet. "Mengapa itu terjadi?" kata Gorbachev, sebagaimana dilaporkan oleh surat kabar Washington Post. Ia lalu membeberkan hasil poll. Lebih dari setengah warga Soviet seluruhnya tak lagi percaya bahwa Partai Komunis Uni Soviet punya pengaruh kuat. Lalu sekitar dua pertiga mereka yakin bahwa Partai hanya mementingkan anggota dan milik mereka sendiri. Dan lebih dari sepertiga rakyat menyatakan perlunya perombakan Partai. Sebenarnya, perubahan itu bukannya tanpa penentang sama sekali. Tapi perdebatan hanya tentang beberapa hal, bukannya konsep dasarnya itu sendiri. Umpamanya, tentang pemeluk agama pun kini bisa jadi anggota Partai. Dulunya, hal ini tak dimungkinkan sama sekali, meski ada kabar di luar bahwa Gorbachev seorang Kristen. Tapi, akhirnya, dengan alasan untuk memperbesar jumlah anggota, pasal ini pun lolos. Mesti diakui pula, tak banyaknya debat dalam sidang pleno ini karena adanya ancaman dari kebijaksanaan Boris Yeltsin. Sekitar sepekan sebelumnya, tokoh kontroversial yang baru saja dilantik sebagai presiden Republik Rusia itu mengeluarkan dekrit yang melarang kegiatan Partai Komunis di instansi pemerintah dan semua BUMN di wilayahnya. Semua warga negara Rusia juga harus tunduk pada undang-undang Republik Federasi Rusia. Dekrit itu pun menyatakan bahwa rakyat tidak terikat pada keputusan partai politik atau gerakan massa mana pun. Atas dasar itu, pemerintah Republik Rusia memerintahkan semua sel partai dalam segala tingkat harus menghentikan kegiatannya dalam waktu dua pekan. Di Rusia sendiri, dekrit tak banyak mengalami hambatan. Hanya ada komentar-komentar kecil tak berarti. Misalnya, kata Vladimir Markov, juru bicara Partai Komunis Rusia, "Dekrit itu jelas bertentangan dengan norma-norma internasional yang mengatur kemerdekaan individu." Ganjil juga bahwa seorang komunis membawa-bawa soal "kemerdekaan individu". Atau, kata Tatiana Kashkarova, sekretaris Partai pabrik baja raksasa Palu Arit di Moskow: "Partai sudah ada di pabrik ini sejak sebelum Revolusi Bolsyewik, dan karenanya kami tak bisa dibubarkan oleh sebuah dekrit belaka." Dikatakan olehnya, Partai di pabrik itu, seperti juga di instansi-instansi pemerintah lainnya, diatur langsung pemerintah pusat dan bukan oleh republik. Untuk melawan Yeltsin itulah anggota Komite Sentral bersatu, termasuk Gorbachev. Cuma, Sekjen Partai yang penuh gagasan pembaruan itu hanya mengatakan, ia akan melihat, apakah dekrit Yeltsin bertentangan dengan UUD atau tidak. Dilihat dari jauh, satu kaitan menarik tampaknya masuk akal. Yakni, adanya saling dukung antara Gorby dan Yeltsin. Bukankah dekrit Yeltsin, diakui atau tidak, secara tak langsung ikut melicinkan diterimanya gagasan Gorby tentang perontokan ideologi merah dalam Partai? Tampaknya, nanti, dalam kongres Partai yang direncanakan pada November atau Desember tahun ini, Partai Komunis Uni Soviet bakal benar-benar ditentukan nasibnya. A. Dahana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus