Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gara-gara wawancara Presiden Kroasia di BBC, kini orang muslim Bosnia memihak Serbia. DI negara yang dilanda perpecahan ini, setiap perkembangan selalu berupa kejutan. Bocornya gagasan Kroasia dan Serbia membuat peta baru Yugoslavia kini menyulitkan posisi Kroasia menghadapi republik terbesar Serbia. Untuk memecahkan masalah etnis di Yugoslavia, meski lagi bermusuhan, bahkan berperang, Kroasia dan Serbia setuju mengelompokkan etnis-etnis menurut wilayah yang mereka diami sekarang. Bagi etnis minoritas, dipersilakan bergabung dengan etnis yang lebih besar. Berdasarkan gagasan ini, wilayah Republik Bosnia-Hercegovina yang didiami orang Kroasia akan digabungkan ke Republik Kroasia. Daerah yang ditempati oleh etnis Serbia akan disatukan dengan Republik Serbia (TEMPO, 27 Juli 1991). Sebelum gagasan terealisasi, hal itu dikatakan secara gamblang oleh Presiden Kroasia Franjo Tujman, dalam wawancara dengan Radio BBC London, pekan lalu. Padahal, sebelumnya, orang-orang muslim Bosnia setuju mendukung kemerdekaan Kroasia, dan siap bertempur melawan Serbia bila diperlukan. Imbalannya, Kroasia akan tetap menjaga keutuhan Republik Bosnia-Hercegovina, wilayah yang didiami oleh etnis Bosnia, Kroasia, dan Serbia. Kontan, orang Bosnia merasa dikhianati oleh Tujman. Konsep pemetaan baru akan sangat merugikan mereka, karena mereka akan jadi minoritas yang terjepit di antara Kroasia dan Serbia. Karena itu, kelompok Islam di Yugoslavia dengan cepat berbalik mencari penyelamatan, dan ke mana lagi berpihak bila tak ke Serbia, musuh orang Kroasia. Sehari setelah wawancara Tujman disiarkan, pemimpin masyarakat Islam Bosnia, Adil Zulfikarpasic, terbang ke Beograd, menemui Presiden Serbia Slobodan Milosevic. Dalam pertemuan itu, Zulfikarpasic menyatakan kesediaan masyarakat Islam memihak Serbia dalam konflik dengan Kroasia, demikian berita yang diperoleh pembantu TEMPO Bambang Purwantara di Kopenhagen. Malahan, konon, ada suatu klausul dalam pembicaraan pendahuluan di Beograd itu agar mempersenjatai orang Islam untuk menghadapi orang Kroasia. Sebagai imbalannya, sebagaimana diminta oleh orang Bosnia dari Franjo Tujman, adanya jaminan bagi Republik Bosnia-Hercegovina untuk tetap dibiarkan seperti sekarang: berdiri sebagai republik sendiri dalam federasi Yugoslavia. Dan republik ini dibiarkan berhubungan langsung dengan negara-negara Masyarakat Eropa. Juga, Zulfikarpasic minta agar budaya Islam tetap dihormati, tidak saja yang hidup di Republik Bosnia-Hercegovina, tapi juga yang berkembang di kalangan minoritas muslim yang tinggal di Republik Montenegro dan Republik Serbia. Itulah tawaran Zulfikarpasic yang disebutnya sebagai "kesepakatan bersejarah". Kabarnya, Presiden Slobodan Milosevic menerima baik tawaran pemimpin Islam Bosnia itu. Terutama setelah permintaannya agar orang-orang Islam Yugoslavia melupakan cita-cita mereka mendirikan negara Islam disetujui oleh Zulfikarpasic. Sampai di sini, memang boleh saja dinilai Presiden Tujman mengkhianati orang Bosnia. Namun, diterimanya tawaran Zulfikarpasic oleh Presiden Milosevic, apakah tak bisa juga dikatakan bahwa Serbia mengkhianati Kroasia? Yang jelas, sampai akhir pekan lalu belum ada perubahan peta perang di Yugo. Pertempuran masih hanya berlangsung di bagian timur Kroasia, di wilayah yang didiami etnis Serbia, sejak pertempuran pindah dari Slovenia. Sabtu pekan lalu, pertempuran di Kota Glina, misalnya, antara tentara federal Yugoslavia dan etnis Serbia di satu pihak, dan paramiliter Kroasia di pihak lain, menewaskan 18 orang. Apa lagi perubahan di Yugo setelah ini? ADN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo