Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kondisi Ekonomi Memburuk, PM Yaman Diganti

Presiden Yaman Hadi menyalahkan bekas PM Bin Dagher atas jatuhnya nilai tukar mata uang riyal, yang merosot akibat perang berkepanjangan.

17 Oktober 2018 | 09.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Muhammad Al-Farawi, guru sukarelawan, memberikan pelajaran kepada anak-anak di sebuah sekolah di Provinsi Saada, Yaman, 6 Oktober 2018. Anak-anak di sekolah ini pada Agustus 2018 terkena serangan udara koalisi Arab Saudi saat berada di dalam bus. REUTERS/Naif Rahma

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Riyadh - Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi, memberhentikan Perdana Menteri, Ahmed Bin Dagher, terkait memburuknya kondisi perekonomian negara yang sedang dilanda perang ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca:

 

Selama ini, seperti dilansir Middle East Eye, Bin Dagher kerap berselisih paham dengan kelompok separatis di Selatan dan Uni Emirat Arab, yang merupakan sekutu Hadi.

Presiden lalu menunjuk Maeen Abdulmalik Saeed sebagai PM baru. Sebelumnya, Saeed menjabat menteri Pekerjaan Umum dan Jalan, yang bekerja dari Arab Saudi bersama mayoritas menteri lainnya. Bin Dagher mengucapkan selama kepada Saeed atas posisi barunya itu.

Menurut pernyataan dari kantor Presiden, perdana menteri dianggap bersalah atas memburuknya kondisi perekonomian dan anjloknya nilai tukar mata uang.

 

Baca:

 

“Pemberhentian ini merupakan hasil dari kelemahan pemerintah akhir-akhir ini terkait perekonomian dan layanan pemerintahan,” begitu bunyi pernyataan seperti dilansir Aljazeera, Selasa, 16 Oktober 2018 waktu setempat.

Yaman dilanda perang saudara antara pemerintah yang berbasis Sunni melawan pemberontak Houthi, yang berbasis Syiah. Sejak Maret 2015, koalisi pimpinan Arab Saudi, yang saat ini terdiri dari Uni Emirat Arab, menyerang pasukan Houthi di Yaman. Saudi berusaha mengembalikan kekuasaan Hadi, yang terpaksa melarikan diri ke Arab Saudi setelah istananya diserang pasukan Houthi.

 

Baca:

 

Houthi menguasai mayoritas kawasan utara negara itu termasuk Sanaa. Sedangkan Hadi menguasai bagian selatan dengan didukung kelompok separatis.

Akibat perang, nilai tukar mata uang Yaman yaitu riyal, telah merosot hingga 50 persen dibandingkan dengan dolar sejak awal perang terjadi.

Baru-baru ini, utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa, Martin Griffiths, mengatakan lembaga internasional ini berupaya mengembalikan kepercayaan ekonomi Yaman.

 

Baca:

 

Saat ini, Yaman merupakan negara Arab termiskin. Sekitar 22 juta warganya membutuhkan bantuan dan sekitar 8.4 juta lainnya berada dalam kelaparan.

Perang ini telah menyebabkan sekitar 10 ribu orang tewas dan dua juta lainnya mengungsi. Menurut PBB, perang di Yaman mengakibatkan krisis kemanusiaan parah, yang membutuhkan penanganan segera.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus