Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Koneksi Hanoi. Atau Konflik ...

Rms menjajaki melatih pemuda-pemuda di Vietnam. Domine metiari diduga mengadakan perundingan dengan wakil Vietnam di paris 9 April dan 23 Juli. Manusama tidak turut campur.

4 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SATU malam sebelum peringatan ulang-tahun ke-27 RMS - 25 April 1977 - di gedung pertemuan Houtrusthallen, Den Haag, pecah berita yang menggemparkan masyarakat Maluku Selatan di sana. Domine Metiari dan puterinya, Ny. Elly Pesireron, di musim panas tahun lalu telah menjajaki kemungkinan pengiriman pemuda-pemuda RMS ke Vietnam untuk dilatih bergerilya. Menurut berita itu, pembicaraan antara Metiari dengan 'orang kepercayaan' Hanoi berlangsung di Paris. Hanoi kabarnya sanggup melatih 'gerilyawan' RMS. Malah juga bersedia mengakui Republik Maluku Selatan yang merdeka. Dengan syarat: republik Maluku Selatan yang merdeka dari RI memilih ideologi sosialisme, dan meninggalkan kapitalisme. Metiari kabarnya menyetujui syarat Hanoi itu. Padahal Presiden RMS sendiri, ir J.A. Manusama, terkenal tidak mau rangkul-rangkulan dengan komunis. Malah pernah dia pecat "duta istimewa" RMS, Hendrik Owel, karena tanpa persetujuan sang "presiden" mengadakan kontak dengan Uni Soviet dan Fretilin (TEMPO, 10 Januari 1976). Karuan saja desas-desus berkembang terus: sang pendeta dituduh mau mengkup kursi presiden yang diwariskan almarhum Dr Soumokil pada Manusama 11 tahun lalu. Kabar perang dingin antara pemimpin formil dan pemimpin massa 'RMS' itu makin santer, dengan pernyataan terbuka seorang tangan kanan Manusama, bahwa Metiari dan bekas ketua Pemuda Masyarakat Eti Aponno adalah "dalang" pembajakan kereta api dekat Beilen, Desember 1975. Namun sesungguhnya, bagaimana duduk perkara "koneksi" antara Metiari dengan Hanoi? Dan betulkah Manusama sama sekali tidak mengetahuinya? Menurut mingguan Belanda Meuwe Revu 29 April lalu yang menyambut ulang-tahun 'RMS' dengan laporan khusus soal "koneksi Vietnam" itu Manusama sebenarnya sudah tahu. Malah tokoh ini, yang punya kekuasaan istimewa di atas Badan Persatuan (MPR-nya gerakan-gerakan pendukuno RMS di Belanda), dikabarkan sudah merestui banting setir ke kiri itu. Setelah pendudukan rumah bekas dubes Taswin di Wassenaar tahun 1970, Presiden amanat itu mulai menyadari bahwa pengaruhnya di kalangan anak muda 'RMS' sudah mulai pudar. Makanya dia buru-buru mencoba mendekati kembali para pemuda itu! yang kini lagi tertarik pada gagasan kiri. Setelah lama menimbang-nimbang, ditulisnya sepucuk "surat cinta" -- meminjam istilah Nieuwe Revu -- ke alamat pimpinan tertinggi USSR. Isinya: pujian bagi Lenin, permohonan bantuan ekonomis, kulturil dan ilmiah bagi pembangunan 'RMS' yang merdeka. Malang bagi Manusama. Dia hanya bertepuk sebelah tangan. Tak ada tanggapan dan Uni Soviet. Maka tahun 1975 dia berpaling pada orang yang namanya disebut-sebut dalam surat wasiat Soumokil, yakni Raymond Westerling. Orang ini, dalam anggapan Soumokil, adalah satu-satunya orang yang dapat memimpin pemberontakan Maluku Selatan dalam perjuangan militer membebaskan Maluku Selatan dari RI. Bekas kapten KNIL ini - yang sama sekali bukan sobat kental Manusama -- mendapatkan mandat penuh, dan uang 15 ribu gulden untuk mencari bantuan konkrit bagi RMS di luar negeri. Maka akhirnya, dengan honoranum itu, Westerling berhasil mencari kontak dengan Vietnam via orang kedua - yang juga orang Belanda. Orang Belanda kenalan Westerling itu juga tidak langsung bisa bertemu dengan pejabat tinggi Vietnam di Hanoi. Untuk itu masih perlu perantaraan orang ketiga, Charpentier, putera seorang politikus Perancis yang mengaku mengenal semua pejabat tinggi Vietnam secara pribadi. Termasuk mendiang Ho Chi Minh, yang pernah diperantarainya dalam perundingan perdamaian dengan jenderal Charles de Gaulle setelah kekalahan tentara Perancis di Dien Bien Phu. Nah, Charpentier inilah yang dua kali berunding dengan Metiari dan anaknya -- sebagai wakil resmi Badan Persatuan dan Pemuda Masyarakat (Vrije Zuidmolluksche Jongeren) - di Paris, 9 April dan 23 Juli 1976. Tempatnya: tingkat lima Hotel Meridien. Dalam pertemuan 9 April 1976, Charpentier mengajukn syarat bagi RMS, yakni memilih jalan sosialisme, dan sosialisme itu harus didasarkan pada penafsiran Maluku Selatan sendiri. Pilihan itu tidak boleh diputuskan secara sefihak oleh pimpinan 'RMS', tapi harus diputuskan secara demokratis dan legal, sehingga didukung oleh seluruh rakyat Maluku Selatan. "Mengapa pimpinan RMS tiba-tiba mencari bantuan ke Vietnam?" tanya Charpentier. Jawab sang pendeta: "Sudah 26 tahun kami mencari dukungan negara-negara Barat. Namun hasilnya nihil. Malah Belanda jalan terus dengan politiknya mematahkan semangat kami". Begitu pulang dari Paris sehabis pertemuannya yang kedua dengan Charpentier, domine Metiari serta merta mengeluarkan "Manifesto Gerakan Pembebasan Maluku Selatan" yang menyatakan banting setir ke kiri itu. Manifesto yang dikeluarkan di Den Haag 25 Juli 1976 itu ditandatangani oleh Metiari selaku "Presiden Komite Sentral" gerakan pembebasan itu, tapi dengan stempel Badan Persatuan. Mungkin dokumen itulah - yang baru dibocorkan ke luar menjelang HUT 'RMS' ke-27 - yang dianggap sebagai petunjuk rencana Metiari mengkup kursi kepresidenan Manusama. Namun anehnya, laporan kedua wartawan Nieuwe Revu Jan Pijper dan Henri Remmers, memberikan kesan bahwa Manusama cukup mafhum atas rencana melatih pemuda-pemuda Maluku Selatan di Vietnam, yang kemudian bakal diterjunkan di pulau Seram, Maluku Tengah. Kapan infiltrasi bersenjata itu mau dilakukan? "Kalau ada yang berjalan tidak beres di Indonesia", sahut Manusama. Berapa orang yang dapat dikerahkan dalam tahap perjuangan bersenjata itu? "Paling banter 4000 orang. Melatih laskar sebanyak itu, di sini (Belanda), terang bertentangan dengan tertib hukum Belanda. Tapi kalau sudah terjadi situasi di sana (Maluku) seperti di landia, terang pemerintah Belanda tidak bisa terus diam lagi. Pada saat itu, pemerintah Belanda harus terang-terangan mengecam beleid Indonesia selama ini". Adapun soal banting setir ke kiri-tidak peduli ke Vietnam atau ke Kuba - buat Manusama lebih merupakan taktik. Sebab menurut dia, "janganlah kita kehilangan kedaulatan kita sendiri, yang justru tempo hari mau kita pertahankan dengan memproklamirkan kemerdekaan Republik Maluku Selatan". Mungkin itu sebabnya Manusama - yang menurut Meuwe Revu pernah ditawari bantuan CIA tahun 1958 dan 1967 - menggunakan dokumen rahasia itu untuk menghantam Metiari ketika wibawa sang Presiden terancam oleh popularitas sang pendeta di kalangan anak muda RMS yang radikal. Tapi dokumen Metiari itu sendiri, apa memang ada? Sebab hanya beberapa hari setelah cerita koneksi RMS Vietnam itu tersiar, perwakilan tetap Republik Sosialis Vietnam di Paris membantah adanya mandat buat Charpentier serta pembicaraan dengan tokoh-tokoh RMS di Hotel Meridien.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus