NIKOLAI Podgorny masih tetap sebagai Presiden Uni Soviet. Tapi
kedudukannya sebagai salah seorang pimpinan partai (polit biro)
sudah dicabut oleh Leonid Brezhnev beberapa hari yang lalu.
Tidak ada keterangan resmi mengenai pemecatan dari jabatan
penting kepartaian itu. Para pengamat politik di Moskow menilai
pemecatan itu sebagai kegiatan Brezhnev, Sekjen Partai, untuk
makin memperluas kekuasaan politiknya. "Dengan menggeser
Podgorny, Brezhnev mendapat peluang untuk mendudukkan seorang
pengikutnya sendiri di politbiro", kata seorang diplomat Barat
di Moskow pekan silam.
Di Washington, pejabat-pejabat departemen luar negeri
menafsirkan kejadian penting di Moskow itu sebagai akibat dari
usaha Brezhnev untuk mengalihkan perhatian dari kemunduran
politik luar negeri maupun kegiatan dalam negeri
pemerintahannya. Kedudukan Podgorny sebagai presiden memang cuma
sekedar protokoler, tapi sebagai seorang anggota politbiro ia
mempunyai tanggungjawab diplomatik yang cukup besar.
Dalam kedudukan itulah ia berkali-kali melakukan perjalanan ke
Afrika. Beberapa pekan silam ia berkeliling di beberapa negara
Afrika yang kini sedang berada di puncak perhatian pergolakan
Afrika. Mei tahun 1971 Podgorny berhasil menandatangani
perjanjian persahabatan dengan Mesir yang di tahun 1973 secara
sepihak dibatalkan oleh Presiden Sadat. Bersama dengan kemajuan
diplomasi Amerika Serikat oleh Dubes Andrew Young - di Afrika,
Uni Soviet mungkin mengalami kemunduran diplomatik di benua
hitam itu. Nampaknya kemerosotan itulah yang menjadi salah satu
"dosa" Podgorny sehingga terlontar dari kamar politbiro.
Bagi para peninjau politik Kremlin, kejadian atas diri Podgorny
itu dirasakan tidak teramat mengejutkan. Sejak ulang tahun
Brezhnev yang ke-70 beberapa bulan silam, tanda-tanda makin
membengkaknya kekuasaan Sekjen Partai makin nyata terlihat.
Meskipun di tahun 1965 Brezhnev bersama Podgorny dan Alexei
Kosyigin secara bersama menggantikan Kruschov. Pemerintahan
pos-Kruschov yang dimulai dalam bentuk troika (tiga orang),
setelah Brezhnev merasa diri kuat, secara berangsur-angsur
bergeser ke tangannya sendiri. Kosyigin memang masih belum
tergeser secara resmi, tapi kekuasaannya sebenarnya sudah lama
berkurang, dan akan terus berkurang.
Podgorny, 74 tahun, masih melakukan kegiatan protokoler. Tapi
tidak jelas hingga kapan. Ia masih tetap tinggal di kediaman
resmi bersama isteri dan dua anak. Di rumah itu dan di
tempat-tempat resmi, pembesar terakhir Soviet yang masih
mengalami revolusi Oktober ini -- waktu itu Podgorny berusia 14
tahun - masih terus berbahasa Rusia dengan aksen Ukraina.
Seperti juga Kruschov, Podgorny juga berasal dari Ukraina. Ia
telah tertarik Komunis sejak muda. Adalah Lenin yang membukakan
kesempatan baginya untuk belajar pertanian dan soal-soal yang
menyangkut bahan makanan. Tapi baru pada tahun 1930 Podgorny
menjadi anggota partai. Barangkali karena kedekatannya dengan
Lenin itulah maka ia menjadi inceran Stalin ketika yang terakhir
ini melakukan pembersihan berdarah.
Lolos dari teror berdarah Stalin di masa mudanya, di hari
tuanya, Podgorny masih harus menghadapi gejolak politik lain.
Sebelum Podgorny, sudah terlebih dahulu tersingkir anggota
politbiro lainnya. Shelevin, Woronov, dan Sherestov. Orang-orang
ini secara bergilir terlempar dari kursi politbiro, meski mereka
pernah memainkan peranan besar dalam menggulingkan Kruschov
untuk kemudian menaikkan Brezhnev sebagai gantinya.
Berita yang ditunggu-tunggu adalah: bagaimana nasib yang bakal
jatuh di kepala Perdana Menteri Kosyigin? Apapun yang terjadi,
Uni Soviet kini jauh lebih elegant dalam melakukan penggeseran
pejabat tinggi dibanding di masa lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini