Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Konglomerat yang Menampik Kalah

Silvio Berlusconi terdepak dari kursi perdana menteri dengan selisih suara tipis. Kabinet baru diragukan kemampuannya.

17 April 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perdana Menteri Italia, -Silvio Berlusconi, 69 tahun, berang bu-kan- buat-an. Kebiasaannya melontar-kan- humor tiba-tiba padam. Hari itu, S-e-lasa pekan lalu, di rumah-nya yang me-gah di Roma, ia puasa bicara sehari-an.- Hatinya terlalu jengkel mende-ngar lawan-nya dalam pemilu majelis rendah dan majelis tinggi, Romano Prodi, 66 tahun, mengumumkan kemenang-annya secara sepihak.

Prodi memaklumatkan kemenangan t-ipis koalisi kiri-tengah yang ia pimpin di majelis rendah dengan 49,8 persen sua-ra. Koalisi partai kanan Berlusconi memperoleh 49,7 persen. Artinya, pen-ca-paian mereka hanya terpaut 25 ribu suara di antara 47 juta pemilih. Tapi undang-undang pemilu yang baru memberi koalisi Prodi bonus kursi sebagai pe-menang pemilu untuk menjaga stabilitas kabinet.

Walhasil, koalisi Prodi memperoleh 348 kursi di majelis rendah. Sedangkan- koalisi Berlusconi hanya mendapat 281 kursi. Tapi, di majelis tinggi (senat), se-li-sih kursi dua kubu ini sa-ngat tipis, ba-risan Prodi- memperoleh 158 kursi dan Berlusconi 156 kursi. ”Kami akan me-merintah dengan koa-lisi mayoritas,” kata Pro-di.

Toh, Berlusconi ogah me-nelepon Prodi untuk meng-akui kekalahannya seba-gai-mana tradisi demokrasi modern. ”Sa-ya menunggu- teleponnya,” ujar Prodi. Alih-alih mengakui kekalahan, Berlus-coni malah meminta penghitungan ulang- puluhan ribu kertas suara yang ia yakini akan mengubah hasil pemilu.

Berlusconi semakin putus asa ketika Kementerian Dalam Negeri mengukuh-kan- kemenangan tipis Prodi. Ia malah meminta agar dibentuk pemerintahan- koalisi besar ala Jerman, ketika hasil- suara Partai Demokrat Kristen dan la-wannya, Partai Sosialis, tak memadai membentuk pemerintahan sendiri.

Berlusconi ingin berbagi kekuasa-an- de-ngan Prodi. Tapi Prodi bersike-ras membentuk pemerintahan sen-diri kare-na- mayoritas koalisinya cukup kuat memerintah. Meski pasar keuangan khawatir pemerintah Prodi akan ter-la-lu- lemah mendorong reformasi untuk membang-kitkan ekonomi. ”Kemenang-an ka-mi aman. Ada kemungkinan u-ntuk me-me-rintah selama lima tahun,” kata Prodi. Namun, kata akhir tetap di t-a-ngan presiden setelah berkonsultasi de-ngan para pemimpin partai.

Walau kemenangan Prodi belum res-mi,- ucapan selamat kepada bekas Presi-den Komisi Eropa ini mengalir dari Pran-cis, Luxemburg, dan Komisi Eropa. Sedangkan Washington, yang bersahabat dengan Berlusconi, memilih menanti hasil akhir.

Politik Berlusconi dan Prodi banyak- perbedaannya. Berlusconi menjadi per-dana menteri sebagai seorang peng-usaha, suka pada beban pajak yang ri-ngan, sedikit campur tangan neg-ara, dan mengi-rim 3.000 tentara ke Irak de-mi menjaga hubungan dengan Presiden George W. Bush.

Silvio Berlusconi adalah satu dari fi-gur paling penuh warna, orang terkaya- di Italia dengan kekayaan kotor US$ 12 miliar (Rp 108,6 triliun). Dia memiliki perusahaan realestat Milano 2, per-usahaan penerbitan terbesar Monda-dori, perusahaan investasi Fininvest yang mengontrol 150 perusahaan termasuk t-iga stasiun televisi swasta terbesar di Italia.

Dengan kekayaan itu, Berlusconi terjun ke panggung politik lewat Partai Forza Italia yang ia dirikan pada 1993. Lawan politiknya menge-luh pemi-lih tak dapat melari-kan diri dari belit-an liput-an berita yang meng-un-tungkan Berlusconi. Bah-kan pelawak yang ne-kat mengkritik pemilik klub bola AC Milan ini ja-ngan harap akan pernah muncul di televisi lagi.

Sebaliknya Prodi. Ia po-li-tisi pendukung visi Ero-pa,- suka pada satu peme-rintahan yang kuat, dan skep-tis terha-dap Washing-ton dan pe-rang di Irak. Dalam kampanye lalu, ia berjanji memungut pajak bagi orang ka-ya yang dihapus Berlusconi. Prodi juga berjanji- akan memotong pajak penghasilan. Ta-pi bagi buruh pabrik semacam Sergio- Baroldi, 52 tahun, Berlusconi dan Prodi setali tiga uang. ”Mereka hanya meng-gemukkan dompet masing-masing, dan berkelahi bak kucing dan anjing,” ujarnya.

Raihul Fadjri (Guardian, IHT, AP, AFP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus