Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban meninggal akibat bencana longsor di area pertambangan batu giok Myanmar bertambah. Dikutip dari Reuters, personil search and rescue (SAR) Myanmar telah berhasil mengamankan 162 korban per Kamis malam, 2 Juli 2020.
"Masih banyak pekerja yang belum ditemukan dan kami khawatirkan sudah tewas," ujar otoritas setempat, Jumat, 3 Juli 2020.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, bencana longsor tersebut berlokasi di Hpakant, Kachin yang memang terkenal akan industri gioknya. Longsor tersebut dipicu hujan lebat yang kemudian meruntuhkan tumpukan limbah di dekat lokasi pertambangan.
Tumpukan limbah yang runtuh menimbun ratusan warga yang bekerja tak jauh dari sana. Sebagian besar adalah para penambang batu giok yang rutin bekerja di lokasi bencana.
Bencana longsor di Hpakant sendiri bukan hal baru. Hal tersebut sudah sering terjadi, apalagi di musim hujan. Penyebab utamanya karena minimnya aturan keamanan penambangan di Myanmar. Adapun kasus yang terbaru ini adalah yang terburuk dalam lima tahun terakhir.
Sebelumnya pada 2015, sekitar 100 orang tewas dalam sebuah musibah longsor, yang menjadi seruan agar pemerintah Myanmar mengatur industri ini. Pada 2019, musibah serupa kembali terjadi yang menewaskan 50 warga Myanmar.
ISTMAN MP | SUCI SEKARWATI | REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini