SEBUAH foto menggambarkan ironi itu. Sekelompok tentara pembela Yeltsin, karena itu membela reformasi, berdiri dengan senjata di depan warung McDonald's, warung Amerika yang bisa masuk Rusia karena reformasi. Tapi kemungkinan besar prajurit itu belum pernah mencicipi hamburger McDonald's. Gaji mereka cuma 5.700 rubel, sekitar Rp 10.000 per bulan, seharga sekitar delapan hamburger. Reformasi Rusia memang membawa korban. Ketika barang yang dulu langka kini bermunculan di etalase dan di pasar-pasar, pembelinya terbatas. Maka, seandainyapun orang Rusia tak turun standar hidupnya, mereka merasa lebih sengsara karena ternyata mereka tak mampu ikut mencicipi apa yang kini dijajakan. Dan pemandangan yang dulu tak pernah ada kini bisa dilihat: pengemis yang menyalahgunakan anak kecil untuk memancing belas kasihan orang. Di sisi lain, Hotel Rossiya, tak jauh dari Lapangan Merah, sejak bulan lalu telah dilengkapi dengan Manhattan Express, sebuah restoran dan kelab malam yang dibangun dengan investasi US$ 2 juta. David Rabin dan Will Regan, dua orang Amerika pengelola Manhattan Express, optimistis kedai dan kelabnya akan laris kendati untuk masuk kelab dikenai cover charge lebih dari tiga kali gaji seorang prajurit: US$ 20. Tapi kabarnya restoran itu tak pernah sepi. Dua sisi produk reformasi itulah yang konon membuat kelompok garis keras mencoba mengerem langkah Boris Yeltsin. Ruslan Khasbulatov, ketua parlemen yang kini mendekam di penjara (lihat Yeltsin Menang dengan Sepatu Lars), melihat reformasi lebih melahirkan kemiskinan masal daripada kelompok kaya. Daya beli gaji rata-rata warga Rusia sekarang paling banter hanya kurang dari separuh daya beli zaman sosialis. Memang, dulu harga-harga direm dengan subsidi. Bila dulu orang mengeluh, karena untuk mendapatkan barang-barang itu harus antre, dan bila kehabisan harus menunggu beberapa hari, mungkin pekan, untuk bisa kembali antre. Lalu, apa yang bisa diberikan oleh reformasi, yang dengan kekalahan garis keras pekan lalu, akan diteruskan Yeltsin? Yang mungkin perlu segera dikontrol adalah harga kebutuhan pokok makan, yakni roti. Kabarnya, roti adalah satu-satunya produk yang masih dimonopoli oleh sebuah usaha bernama Roskhleboprodukt. Akibat monopoli itu harga roti jatuh lebih tinggi dari seharusnya. Dan sumber harga tinggi, karena harga gandum tiga kali lipat dari yang wajar. Entah bagaimana liku- likunya, Roskhleboprodukt tak bisa atau mungkin kongkalikong menekan pihak penjual gandum, yakni pertanian kolektif. Maka, kata Menteri Keuangan Boris Fedorov, satu-satunya cara memotong jaringan itu adalah dengan membeli gandum dari Kanada. ''Dengan demikian korupsi bisa ditekan,'' katanya. Dan gagasan Fedorov mungkin kini bisa dilaksanakan. Yakni bila bantuan ekonomi dari Barat dan lembaga keuangan internasional untuk Rusia tak ditunda-tunda lagi. Pekan lalu sudah terdengar Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia akan mengucurkan dana US$ 1,5 miliar sebelum tutup tahun 1993. Tapi itu baru janji. Bila ternyata itu janji kosong, korban reformasi akan lebih besar, dan ketidakpuasan terhadap reformasi akan makin meruyak, dan bukannya tak mungkin situasi lalu berbalik: Khasbulatov dan Rutskoi jadi pahlawan. Kini bukan hanya Boris Yeltsin yang harus membuktikan sikap demokratisnya sampai pemilu Desember nanti, tapi juga Barat yang mendukung dia dan menjanjikan bantuan bila ia bisa membungkam garis keras. Mohamad Cholid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini