Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Korea Selatan tidak akan bergabung dengan Cina atau Jepang untuk melawan kebijakan tarif baru Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kata penjabat Presiden Korea Selatan Han Duck-soo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kami tidak akan menempuh jalan itu," kata Presiden Han seperti dikutip CNN pada Selasa ketika ditanya apakah Korsel akan bergabung dengan negara lain, seperti Jepang atau Cina, untuk melawan tarif AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Negara demokrasi Asia dan sekutu lama AS itu menghadapi tarif 25 persen sebagai bagian dari penerapan tarif global Trump pekan ini. Hal ini dapat menghantam ekonomi yang dipimpin ekspor yang memenuhi rumah-rumah dan jalan-jalan Amerika dengan merek-merek seperti Samsung, LG, dan Hyundai, serta menaikkan biaya barang-barang tersebut bagi konsumen.
Han, yang mengambil alih peran tersebut setelah pendahulunya digulingkan karena krisis darurat militer, mengatakan Korea Selatan "jelas ingin bernegosiasi" dengan AS dan memuji "aliansi yang sangat kuat" kedua negara itu.
Ketika ditanya apakah Korea Selatan akan bersatu dengan negara-negara lain seperti Jepang atau Cina untuk melawan tarif AS, jawabannya jelas: "Kami tidak akan mengambil jalan itu."
"Saya tidak berpikir perlawanan semacam itu akan memperbaiki situasi secara dramatis," katanya, meremehkan pentingnya pertemuan baru-baru ini antara menteri perdagangan dari tiga negara Asia. "Saya tidak berpikir itu akan benar-benar menguntungkan bagi kami bertiga, dan terutama bagi Korea."
Hanya beberapa jam setelah berbicara dengan CNN, Han berbicara dengan Trump melalui telepon. Seperti dilansir The New York Post, pembicaraab telepon itu digambarkan oleh presiden AS tersebut sebagai "panggilan yang hebat" dalam sebuah posting di Truth Social.
Politisi veteran Han, 75 tahun, ditunjuk sebagai penjabat presiden pada Desember setelah mantan pemimpin Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer. Ini menyebabkan kekuasaannya ditangguhkan, dimakzulkan, dan akhirnya dicopot dari jabatannya pada pekan lalu.
Namun, Han sendiri dimakzulkan hanya dua minggu kemudian karena menolak mengisi kursi kosong di salah satu pengadilan tinggi negara tersebut dan baru diangkat kembali pada akhir Maret.
Ia baru menduduki jabatan tersebut selama sembilan hari ketika Trump mengumumkan serangkaian tarif yang akan diberlakukan terhadap puluhan negara, meskipun ada perjanjian perdagangan bebas antara Washington dan Seoul.
Selama wawancara, Han menggambarkan tarif AS sebagai "sangat disayangkan," dan mengakui bahwa "tidak semuanya akan diselesaikan dalam satu atau dua hari". Ia juga meminta bisnis Korea Selatan harus bersiap menghadapi dampaknya.
Namun, ia juga menyuarakan optimisme - dengan mengatakan bahwa ia yakin kedua negara dapat mencapai resolusi sebelum jalur produksi mulai ditutup di seluruh Korea Selatan.
Seperti Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba – yang berbicara dengan Trump Senin malam – Han mengatakan mencari jalan keluar, bukan pembalasan.
“Saya pikir kami harus, dengan cara yang sangat tenang, menilai apa arti 25 persen ini bagi kami, dan kami harus, dengan cara yang sangat tenang, bernegosiasi dengan mereka,” kata politikus yang fasih berbahasa Inggris ini, seraya menambahkan bahwa ia telah mengirim menteri perdagangannya ke Washington.
Komentar tersebut muncul saat Cina semakin menegaskan kecamannya terhadap perang dagang Trump, dengan menggambarkan ancaman tarif terbarunya sebagai “kesalahan atas kesalahan” dan menegaskan kembali janjinya untuk “berjuang sampai akhir.”
Trump pekan lalu menandatangani perintah eksekutif yang menerapkan tarif timbal balik kepada mitra-mitra dagang AS, yang meliputi tarif impor 34 persen terhadap Cina, 24 persen terhadap Jepang dan 25 persen terhadap Korea Selatan.
Langkah-langkah terbaru ini menyusul tarif 25 persen sebelumnya untuk baja dan aluminium, yang diberlakukan bulan lalu, yang akan sangat memukul Korea Selatan sebagai pengekspor baja terbesar keempat ke AS.
Tarif tersebut merupakan tambahan dari pungutan terpisah sebesar 25 persen untuk impor mobil dan suku cadang mobil dari AS, sebuah industri yang menjadi keunggulan negara tersebut.
Pada Selasa, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan AS akan memberlakukan tarif 104 persen pada barang-barang Cina mulai 9 April setelah Beijing melewatkan batas waktu yang diberikan Presiden Donald Trump untuk mencabut tindakan pembalasan.