Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Ankara—Turki melalui Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu menyatakanpenyesalan atas keretakan hubungan Qatar dengan negara-negara lain Arab, dan menyerukan perundingan untuk menyelesaikannya.
"Kami melihat ketenangan di kawasan Teluk sebagai kesatuan dan kesetiakawanan kami," kata Cavusoglu dalam jumpa pers pada Senin lalu seperti dilansir Reuters, Senin 5 Juni 2017.
"Tentu saja, negara memiliki beberapa masalah, tapi pembicaraan harus dilakukan dalam setiap keadaan agar masalah dapat diselesaikan secara damai. Kami sedih melihat gambaran saat ini dan akan memberikan dukungan apa pun untuk pemulihannya," ujar Cavusoglu.
Baca: Mengejutkan, Arab Saudi Putuskan Hubungan dengan Qatar
Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Bahrain dan empat negara lain memutuskan hubungan dengan Qatar, dengan tuduhan mendukung "terorisme" dan membuka keretakan terburuk dalam bertahun-tahun di antara beberapa negara terkuat di dunia Arab tersebut.
Kementerian Luar Negeri Turki menyatakan kesetiakawanan kawasan diperlukan lebih daripada sebelumnya dalam masa ketidakpastian dan kemelut mendalam di berbagai negara di kawasan tersebut.
"Turki siap melakukan apa pun dibutuhkan untuk menemukan penyelesaian dalam waktu singkat atas ketidaksepakatan di antara negara persaudaraan tersebut," katanya dalam pernyataan.
Sedangkan Iran, negara yang berbagi ladang gas dengan Qatar, menuding jika keputusan delapan negara tadi karena kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Saudi akhir Mei lalu.
“Apa yang terjadi sekarang adalah hasil awal dari tarian pedang,” ujar Hamid Aboutalebi, Wakil Kepala Staf Presiden Iran Hassan Rouhani.
Yang dia maksud adalah tarian pedang yang dilakukan Trump saat berkunjung ke Saudi. Saat itu Trump mendesak negara-negara muslim untuk mengambil peranan dalam memerangi radikalisme. Dia juga menuding Iran sebagai biang ketidakstabilan di Timur Tengah. Iran berharap agar masalah ini bisa diselesaikan lewat dialog.
Baca: Empat Dampak Pemutusan Hubungan Diplomatik Saudi dengan Qatar
Pemutusan hubungan diplomatik terhadap Qatar itu bermula dari unggahan kantor berita Qatar yang memuat komentar dari Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, sekitar dua pekan lalu. Emir Qatar itu mengkritik kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Iran. Dia juga menyanjung negara Syiah tersebut sebagai kekuatan Islam.
Saudi, Bahrain, Mesir, dan UEA yang merasa Iran merupakan musuh bebuyutan, langsung memblokade media-media Qatar, termasuk Al Jazeera.
Pemerintah Qatar mengklaim berita kontroversial itu muncul karena kantor berita mereka telah diretas dan meminta semua pihak untuk tenang.
Pengakuan Qatar itu tak membuat negara-negara tetangganya percaya. Ketegangan di negara-negara Teluk dan sekitarnya itu akhirnya pecah kemarin. Bahrain, Arab Saudi, Mesir, UEA, Yaman, pemerintah Libya wilayah Timur, Maladewa dan Mauritius, menuding Qatar mendukung terorisme.
Insiden pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar pernah terjadi pada 2014 ketika Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain memanggil pulang Duta Besar mereka dari Qatar. Alasannya, ketiga negara itu menuding Qatar mendukung Presiden Mesir terguling, Mohamad Mursi dan kelompok terlarang Ikhwanul Muslimun.
REUTERS | BBC | SITA PLANASARI AQUADINI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini