Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Krisis, Sri Lanka Berikan Kekuasaan Darurat kepada Militer dan Polisi

Sri Lanka memberikan kekuasaan darurat kepada militer dan polisi untuk menahan warga tanpa surat perintah

11 Mei 2022 | 09.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kendaraan pendukung partai yang berkuasa di Sri Lanka terlihat di danau setelah didorong ke dalam air selama bentrokan demonstran pro dan anti-pemerintah di dekat kediaman resmi Perdana Menteri, di tengah krisis ekonomi negara itu, di Kolombo, Sri Lanka, 10 Mei, 2022. REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Sri Lanka memberikan kekuasaan darurat kepada militer dan polisi untuk menahan warga tanpa surat perintah pada Selasa. Keputusan itu seperti dilansir France24 diambil setelah bentrokan yang menewaskan tujuh orang dan melukai lebih dari 200 orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah Presiden Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri yang mengundurkan diri, Mahinda Rajapaksa, mengatakan bahwa kekuasaan luas bagi militer dan polisi untuk menahan dan menanyai orang-orang tanpa surat perintah penangkapan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Militer dapat menahan orang hingga 24 jam sebelum menyerahkannya ke polisi. Aturan itu juga membuat petugas keamanan dapat menggeledah paksa properti pribadi, termasuk kendaraan pribadi.

"Setiap orang yang ditangkap petugas polisi harus dibawa ke kantor polisi terdekat," kata pemberitahuan perintah tersebut menetapkan tenggat waktu 24 jam bagi angkatan bersenjata untuk melakukan hal yang sama.

Beberapa analis menyatakan keprihatinan atas potensi penyalahgunaan tindakan darurat. "Dalam situasi di mana ada keadaan darurat dan jam malam, siapa yang bisa memantau untuk memastikan peraturan ini tidak disalahgunakan?" kata Bhavani Fonseka dari lembaga pemikir Center for Policy Alternatives yang berbasis di Kolombo.

Ribuan pengunjuk rasa menentang jam malam dengan menyerang tokoh-tokoh pemerintah, membakar rumah, toko, dan bisnis milik anggota parlemen partai yang berkuasa dan politisi provinsi.

Juru bicara polisi Nihal Thalduwa, mengatakan meskipun ada laporan sporadis tentang kerusuhan, situasi tenang pada Selasa. Nihal mengatakan, sekitar 200 orang juga terluka dalam kekerasan yang menyebabkan jam malam di seluruh pulau sampai pukul 07.00 waktu setempat.

Serangan-serangan terhadap tokoh-tokoh pemerintah itu tampaknya merupakan pembalasan atas sebuah insiden hanya beberapa jam sebelum pengunduran diri Rajapaksa. Rajapaksa berbicara kepada ratusan pendukung yang berkumpul di kediaman resminya pada Senin, menyusul laporan bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk mundur.

Setelah sambutan, banyak dari mereka yang bersenjatakan jeruji besi, menyerbu sebuah lokasi orang-orang yang memprotes pemerintah, memukuli mereka dan membakar tenda. Polisi menembakkan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan para penyerang, setelah pada awalnya tidak berbuat banyak untuk menahan para pendukung pemerintah.

Ribuan orang turun ke jalan dalam perayaan setelah pengunduran diri Rajapaksa, tetapi suasana dengan cepat menjadi tegang. Para pengunjuk rasa berusaha merobohkan gerbang Kuil Pohon, kediamannya di pusat Kolombo, dengan pecahan kaca dan alas kaki yang dibuang berserakan di jalan-jalan sekitarnya, setelah beberapa bentrokan terburuk malam itu.

Pasukan militer berpatroli di daerah itu, dimana delapan kendaraan yang dibakar sebagian terendam di danau. Berkas-berkas yang dibuang dan peralatan yang hancur berserakan di kantor-kantor pejabat pemerintah Sri Lanka yang digeledah.

SUMBER: FRANCE24

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus