Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hubungan antara Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. (Bongbong Marcos) dan Wakil Presiden Sara Duterte kini tengah memanas setelah sebuah pernyataan kontroversial yang dikeluarkan oleh Duterte pada Sabtu, 23 November 2024. Dalam pernyataan tersebut, Sara Duterte, yang merupakan anak dari mantan Presiden Rodrigo Duterte, dengan tegas mengungkapkan bahwa jika dirinya terbunuh, dia akan membunuh Presiden Ferdinand Marcos Jr. sebagai balasannya. Pernyataan yang mengejutkan ini langsung memicu reaksi beragam dari publik
Selama masa kepresidenan ayahnya, Rodrigo Duterte, Sara dikenal sebagai tokoh yang cukup berpengaruh, baik di tingkat lokal maupun nasional. Ia memainkan peran penting dalam membentuk aliansi politik dan berpartisipasi aktif dalam keputusan-keputusan besar yang diambil oleh pemerintah.
Namun, setelah pemilu 2022, di mana dia dan Marcos menjadi pasangan yang dipilih rakyat, hubungan antara keduanya mulai menunjukkan tanda-tanda ketegangan. Banyak pihak yang menilai bahwa perbedaan dalam pendekatan politik dan visi pemerintahan mungkin menjadi penyebab utama perpecahan ini.
Kronologi Perseteruan Sara Duterte dan Marcos Jr.
1. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2022
Pada pemilihan presiden Filipina 2022, Sara Duterte, putri dari mantan Presiden Rodrigo Duterte, berkoalisi dengan Ferdinand Marcos Jr. (Bongbong Marcos) yang kemudian terpilih sebagai pasangan Presiden dan Wakil Presiden Filipina. Mereka dilantik pada 30 Juni 2022, sebagai hasil dari dukungan kuat dari berbagai partai politik.
2. Ketegangan Awal
Hubungan antara Duterte dan Marcos sempat terlihat harmonis setelah pelantikan mereka, namun ketegangan mulai muncul beberapa bulan kemudian. Beberapa sumber politik melaporkan bahwa Sara mulai menunjukkan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Bongbong Marcos, terutama terkait perbedaan pandangan politik.
3. Pengunduran Diri Sara Duterte dari Posisi Menteri Pendidikan
Pada Juni 2024, Sara Duterte mengundurkan diri dari jabatan Menteri Pendidikan dan Wakil Ketua Satgas Anti-Pemberontakan (NTF-ELCAC). Meskipun demikian, ia tetap mempertahankan posisinya sebagai Wakil Presiden. Pengunduran diri tersebut disebabkan oleh ketidakcocokan dengan kebijakan pemerintah dan bukan karena kelemahan pribadi, menurut Sara.
4. Tuduhan terhadap Marcos Jr. dan Ketegangan dengan Rodrigo Duterte
Pada Januari 2024, mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte menuduh Marcos Jr. dan sekutunya berencana mengamandemen konstitusi untuk menghapus batasan masa jabatan. Duterte juga mengecam langkah-langkah Marcos terkait kebijakan luar negeri dan narkoba. Tuduhan ini memperburuk hubungan antara Duterte dan Marcos.
5. Desakan dari Putra Duterte untuk Marcos Mundur
Pada Januari 2024, Sebastian Duterte, putra Rodrigo Duterte, yang juga menjabat sebagai wali kota Davao, mendesak Presiden Marcos untuk mengundurkan diri. Ia mengkritik kebijakan antinarkoba Marcos yang lebih longgar dan kebijakan luar negeri yang lebih pro-Amerika, yang bertentangan dengan kebijakan ayahnya.
6. Pernyataan Duterte mengenai ICC
Pada November 2024, mantan Presiden Rodrigo Duterte menyatakan bahwa ia tidak takut dengan Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) terkait perang narkoba yang dilakukannya. Pemerintah Marcos menyatakan akan mempertimbangkan permintaan Interpol jika ICC mengajukan red notice terhadap Duterte.
7. Ancaman Sara Duterte Terhadap Marcos Jr.
Pada 23 November 2024, Sara Duterte mengeluarkan pernyataan yang mengancam Presiden Marcos, jika terjadi upaya pembunuhan terhadap dirinya. Pernyataan tersebut memperburuk ketegangan politik antara keduanya. Kantor Komunikasi Kepresidenan Marcos segera merespons pernyataan Sara Duterte dengan menyebutkan bahwa ancaman tersebut adalah serius dan akan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menanganinya. Sekretaris Eksekutif merujuk ancaman aktif ini untuk ditindaklanjuti.
Ketegangan ini menambah kompleksitas hubungan politik antara keluarga Duterte dan Marcos. Meskipun sebelumnya menjadi sekutu politik yang kuat, perbedaan pandangan dan kebijakan kini memunculkan pertanyaan tentang masa depan aliansi mereka dan stabilitas politik Filipina.
MICHELLE GABRIELA | DEWI RINA CAHYANI | SITA PLANASARI
Pilihan Editor: Ucapan Sara Duterte, Wakil Presiden Filipina yang Ancam Bunuh Presidennya: Saya Tidak Bercanda
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini