Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ABU DHABI - Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik dunia, dan Imam Besar Al-Azhar Syekh Ahmed al-Tayeb menandatangani deklarasi persaudaraan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin lalu. Deklarasi yang bersejarah ini menyerukan perdamaian antarnegara, agama, dan ras, yang diteken di depan audiensi global Kristen, Islam, Yahudi, dan agama lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui dokumen tersebut, seperti dilansir Guardian, Al-Azhar dan Vatikan sepakat bekerja sama memerangi ekstremisme. Atas nama semua korban perang, penganiayaan, dan ketidakadilan, kedua pemimpin umat ini memberi peringatan akan perang dunia ketiga yang perlahan mulai terlihat. "Kami dengan tegas menyatakan agama tidak pernah menghasut, sikap penuh kebencian, permusuhan, dan ekstremisme, begitu pula kekerasan atau penumpahan darah," demikian bunyi salah satu deklarasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Deklarasi ini menjadi hal yang bersejarah karena terjadi 800 tahun setelah pertemuan Santo Fransiskusmenyandang nama Santo Assisidengan Sultan Malek al-Kamil dari Mesir. Kala itu, pada 1219, Santo Assisi datang ke negara Islam dan menerapkan perintah kepada warga Kristen untuk hidup secara rohani di antara warga muslim dan meminta mereka tidak terlibat pertengkaran.
Paus Fransiskus tiba di Uni Emirat Arab pada Ahad lalu. Dia merupakan paus pertama yang mengunjungi Semenanjung Arab. Dilansir BBC, kunjungan Paus merupakan undangan putra mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan, untuk hadir dalam konferensi antar-agama. Sheikh Mohammed lewat Twitter mencuit: "Kami berbicara tentang meningkatkan kerja sama, konsolidasi dialog, toleransi, koeksistensi manusiawi, dan inisiatif penting untuk mencapai perdamaian, stabilitas, serta pengembangan bagi warga dan masyarakat."
Dalam kunjungan kepausan pertama di Jazirah Arab, tempat kelahiran Islam, Paus secara khusus menyerukan diakhirinya perang di Timur Tengah, dengan menyebut Yaman, Suriah, Irak, dan Libya sebagai contoh.
Uni Emirat Arab merupakan bagian dari koalisi militer pimpinan Saudi yang terlibat perang di Yaman. Pada Ahad lalu, sebelum berangkat ke Abu Dhabi, Paus menyatakan prihatin atas situasi di Yaman. Selama hampir empat tahun konflik di Yamannegara miskin di Semenanjung Arabsekitar 16 juta orang menghadapi kelaparan. "Ini keprihatinan besar dan kelelahan akibat konflik yang panjang. Banyak anak yang menderita kelaparan."
Dalam pidatonya, Paus mengatakan kesempatan datang ke sini ditujukan untuk perdamaian. "Kekerasan, ekstremisme, atau fanatisme tidak pernah bisa dibenarkan atas nama agama," katanya.
Adapun Syekh Ahmed al-Tayeb meminta umat Islam di Timur Tengah merangkul komunitas Kristen setempat. Al-Tayeb menyebut mereka sebagai bagian dari bangsa dan bukan minoritas. "Anda adalah warga negara dengan hak dan tanggung jawab penuh," ujar Tayeb. Dia juga meminta umat Islam di Barat berintegrasi dengan negara yang mereka tempati dan menghormati hukum setempat.
Paus juga dijadwalkan menggelar misa di Abu Dhabi, kemarin. Sekitar 135 ribu anggota jemaat berkumpul di Zayed Sports City Stadium di Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab, untuk melihat Paus, yang berada di negara Teluk Arab. "Sebagai seorang Kristen, ini hari terpenting dalam hidup saya," ujar Thomas Tijo, 44 tahun, dari Negara Bagian Kerala, India selatan. Dia tinggal dan bekerja di Uni Emirat Arab serta menempuh perjalanan dengan bus pada dinihari untuk sampai ke stadion.
Uni Emirat Arab, dengan sembilan gereja Katolik, adalah rumah bagi sekitar 2 juta ekspatriat beragama Katolik yang tinggal dan bekerja di Semenanjung Arab. Mereka umumnya berasal dari Filipina. Satu juta umat Katolik lainnya diperkirakan tinggal di negara-negara lain di Semenanjung Arab.
Kunjungan Paus selama tiga di Jazirah Arab menjadi momen penting. Sejumlah surat kabar di Arab Saudi memuat foto-foto pertemuan Paus dengan imam besar Masjid Al-Azhar Mesir di Abu Dhabi serta putra mahkota Abu Dhabi. REUTERS | BBC | HERALD MALAYSIA | URDU POINT | SUKMA LOPPIES
5 Hal kebebasan Beragama di Uni Emirat Arab
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo