IA memang bukan sembarang tamu. Kendati kekuasaannya terbatas pada hal-hal seremonial, ia datang mewakili negeri yang banyak musuhnya. Karena itu, tidak heran jika kedatangannya ke Singapura Selasa pekan ini juga diwarnai dengan rasa antipati. Buat Presiden Israel Chaim Herzog, lawatan 18 hari ke Asia-Pasifik sebenarnya dimaksudkan untuk menggalang dukungan dari negara-negara di kawasan tersebut terutama untuk menetralisasikan aksi-aksi anti-Israel yang dipelopori Libya dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), seraya menata kembali hubungan ekonomi bilateral. Inilah untuk pertama kalinya dalam catatan sejarah Israel seorang presidennya mengunjungi Asia-Pasifik. Semula ia merencanakan bertemu dengan Presiden Cory Aquino di Manila, Ahad lalu. Namun, ia akhirnya mencoret jadwal kunjungan tiga harinya ke Filipina. Menurut siaran Radio Israel, Presiden Herzog khawatir kedatangannya di sana "dapat memperburuk suasana politik". Para pengamat di Manila juga khawatir atas kesediaan Cory mengundang Herzog. Menurut mereka, kunjungan tersebut bisa menjadi batu sandungan bagi Cory dalam upayanya menyelesaikan masalah dengan kaum separatis Muslim di Filipina Selatan. Cory tentu ingat bahwa Israel termasuk di antara negara pertama yang mengakui pemerintahannya setelah ia menggulingkan rezim Marcos, Februari lalu. Toh masalah keamanan dalam negeri -- perdamaian dengan separatis Moro -- lebih penting dibanding hubungan baik dengan Israel. Karena itu, pembatalan kunjungan presiden Israel disambut dengan tarikan napas lega. Apalagi pertikaian segitiga Cory-Enrile-komunis sedang memasuki tahapan kritis (lihat Laporan Utama). Di Malaysia, aksi-aksi menentang kunjungan Herzog ke Singapura lebih gencar. Di negeri ini perasaan anti-Israel memang kuat. Beberapa tahun silam, orkes filharmoni New York juga urung berpentas gara-gara salah satu karya yang akan dibawakan adalah gubahan Ernest Bloch -- seorang Yahudi. Di Kuala Lumpur sendiri sekitar 500 orang pengunjuk rasa membakar bendera Bintang Daud (Israel) dan The Star Spangled Banner (Amerika) di depan Kedubes Singapura, Jumat pekan silam. Dua hari kemudian Panitia Aksi Rakyat Malaysia juga mengadakan aksi serupa di halaman Dewan Pustaka. Sementara itu, Senin pekan ini, Pemuda UMNO mengadakan aksi unjuk rasa sambil menyampaikan nota protes melalui Kedubes Singapura. Para politisi Malaysia juga tidak tinggal diam. Bekas PM Tunku Abdul Rachman menganjurkan agar pemerintahnya meninjau kembali hubungannya dengan Singapura, karena ia menganggap Singapura "mempersendakan perasaan umat Islam". Suara-suara senada terdengar pula dari Menteri Pertahanan Abdullah Badawi, Deputi Menteri Luar Negeri Kadir Sheikh Fadzir, dan Menteri Pendidikan Anwar Ibrahim. Namun, sejak akhir bulan lalu, PM Mahathir sudah menyatakan bahwa secara resmi pemerintahnya tidak bisa memprotes kedatangan Herzog ke Singapura, karena hal itu dapat dianggap campur tangan dalam masalah dalam negeri Singapura. Karenanya, Mahathir lebih suka memanggil Duta Besar K. Tharmaratnam untuk "konsultasi". Tapi banyak yang mengartikan pemanggilan tadi perwujudan rasa protes Malaysia terhadap kunjungan tersebut. Di mata Singapura, Israel memang mempunyai tempat tersendiri. Menurut catatan, negara itulah yang ikut membenahi angkatan bersenjata Singapura selepas dari Federasi Malaya, pada 1965-an. Sementara itu, Kedubes Israel di Singapura mengungkapkan bahwa tahun lalu saja negaranya mengekspor barang dan jasa senilai US$ 55 juta ke Singapura. Sebaliknya, arus impor dari Singapura tercatat senilai US$ 13 juta. Berpatokan angka-angka tersebut, jelas Singapura merupakan mitra dagang penting bagi Israel di kawasan Asia Tenggara. Pemerintah Indonesia memang belum merasa perlu memanggil Dubes Rais Ahin. Kendati demikian, Senin lalu, departemen luar negeri mengeluarkan pernyataan yang menyesalkan kunjungan Presiden Herzog. Sekaligus pula memanggil pejabat Kedubes Singapura di Jakarta untuk mendapat penjelasan sikap politik Indonesia. Laporan Ekram H Attamimi (Kuala Lumpur)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini