Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lagi soal betong

Kunjungan menlu muangthai bichai rattakul ke indonesia. membicarakan soal betong kota diperbatasan muangthai malaysia. bichai membantah tuduhan malaysia, demonstrasi di betong diatur muangthai. (ln)

12 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Jakarta pekan silam, Menlu Muangthai, Bichai Rattakul menjadi tamu Menlu Adam Malik. Tidak semua hasil pembicaraan kedua pembesar itu diketahui para wartawan, meskipun Bichai mengakhiri kunjungannya dengan sebuah jumpa pers di Hotel Borobudur. Salah satu yang menarik dari keterangan Bichai di hotel itu adalah mengenai soal Betong yang kini jadi soal hanga antara Bangkok-Kuala Lumpur (TEMPO,5 Juni). Kepada para wartawan, Bichai membantah tuduhan Malaysia yang menyebut demonstrasi di Betong, beberapa pekan silam, sebagai diatur oleh Komunis. Kejadian di kota perbatasan itu hanya "merupakan perbuatan anak-anak nakal yang mencoba berbuat hal-hal nakal, dan 90% penduduk di sana tidak mengerti jalan fikiran dan maksud-maksud nakal itu", kata Bichai. Pokoknya, insiden Betong - yang berakhir dengan ditariknya pasukan Malaysia dari kota perbatasan itu -- "sama sekali tidak diilhami oleh Komunis", kata Bichai. Di Bangkok pada hari yang sama 4 Juni, surat kabar Bangkok Post, di halaman depannya menyiarkan sebuah berita dari reporter mereka di Betong. Dilaporkan dari kota perbatasan itu bahwa Letnan Paisal Chadramanee, wakil komandan pasukan gabungan Muangthai-Malaysia di perbatasan, mengatakan adanya 3000 anggota Liga Pemuda Komunis Malaya beroperasi di dalam kota Betong. "Seribu di antara mereka adalah wanita", kata Letnan Paisal. Disebutkan pula oleh letnan itu:bahwa dalam kota Betong terdapat banyak simpatisan Partai Komunis Malaya, sedang di luar kota, di hutan-hutan perbatasan, beroperasi 1.550 anggota mereka yang bersenjata. Simpatisan Komunis ini, demikian Paisal, adalah penduduk Betong dan mendapat tugas dari Partai Komunis Malaya untuk mengumpulkan pajak dari para pedagang di kawasan itu. "Semua tukang cukur di kota Betong ini harus membayar pajak kepada Komunis", kata Paisal. "Sejak bulan April lalu, pedagang ikan harus membayar pajak kepada Komunis. Dan tiap harinya Komunis mendapat 2.000 baht dari pajak ikan tersebut". Sekali kejadian fihak Komunis mencegah penangkapan ikan, dan Betong kekeringan ikan selama sepekan. Kata Paisal: "Tak seorang penduduk pun bisa menghindarkan diri dari pajak Komunis itu".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus